Banjir yang masih terjadi awal tahun, menghasilkan kritik pedas dari para politisi pada Gubernur DKI Jakarta. Wow, Anies dikeroyok?
PinterPolitik.com
“Dia yang tidak bisa menjadi pengikut yang baik, tidak bisa menjadi pemimpin yang baik.” ~ Aristoteles
[dropcap]M[/dropcap]emimpin suatu wilayah, apalagi ibukota negara yang memiliki permasalahan sangat kompleks, memang bukan tugas yang mudah. Apalagi pemimpin yang diserahi tanggung jawab, tidak punya pengalaman dalam sistem pemerintahan. Ya sudah, seharusnya warga yang memilihnya jangan berharap banyak.
Kalau kemudian di Jl. Padang, Kampung Baru Ulujami, Jakarta Selatan –yang sudah empat tahun bebas banjir tapi sekarang kembali kebanjiran, ya jangan marah. Banyak-banyak aja bertobat, minta ampun sama Allah SWT karena mungkin wilayah tersebut sedang mendapat cobaan dari Yang Maha Kuasa.
Sebagai warga Jakarta yang memiliki Gubernur dan Wakil Gubernur Muslim, bertitel banyak, bertutur kata santun, dan rajin ibadah, enggak patutlah marah-marah kalau ternyata kerjanya enggak memuaskan. Buat apa ngabisin tenaga? Kalau memang kecewa dan marah, sampaikan dong dengan bahasa yang etis dan santun.
Terus kalau bantuannya ternyata lambat diberikan dan banjirnya berhari-hari enggak surut juga, ya artinya kesabaran dan ketabahan warga lagi diuji oleh orang nomor satu di Jakarta ini. Jangan paksa mereka untuk langsung menjenguk, kan Gubernurnya lagi nengokin bendungan Katulampa sambil foto-foto ria di Bogor sana. Tunggu giliran aja.
Mumet dikejar tuntutan publik:
Publik tidak mau tahu bagaimana. Publik tahunya bayar pajak, pilih Anies, Anies bereskan banjir.“Nah, sekarang giliran saya minta bapak-bapak, ibu-ibu semua, bagaimana caranya, pokoknya bereskan sendiri,” perintah Anies.https://t.co/ClAqP2uEMQ
— #NKRI (@SammiSoh) February 8, 2018
Jangan tiru para politisi yang dari PDI Perjuangan dan PKB yang mengkritik Gubernur Anies, karena lebih suka mikirin para PKL Tanah Abang dan Tukang Becak daripada antisipasi banjir. Para PKL dan tukang becak itukan para pendatang yang belum punya kerjaan dan KTP DKI. Barangkali aja, Gubernur lagi mau nambahin penduduk Jakarta biar perkampungannya makin padat lagi.
Begitu juga dengan keluhan para pengamat perkotaan maupun transportasi, mereka kan cuma bisa ngomong doang. Apalagi malah membandingkan kerjaan Anies dengan gubernur sebelumnya yang sekarang dipenjara itu. Walau dulu Jakarta tertib dan lumayan ga sering banjir, tapikan gubernur itu penista agama.
Lagian enggak patut banget sih, masa kritiknya main keroyokan begitu. Emangnya enggak takut sama tujuh juta umat 212 yang waktu itu dukung Anies sepenuhnya? Apa PDI Perjuangan, PKB, dan para pengamat itu juga mau dilaporkan ke polisi sebagai penista gubernur biar ikut dipenjara di Mako Brimob sana?
Kalau memang Jakarta mau dibalikin lagi ke era 80-an, saat macet dan banjir ada di mana-mana, tukang becak dan pedagang kaki lima bertebaran di pinggir jalan, emangnya para politisi itu pada bisa apa sih? Kan Anies yang punya Jakarta sekarang, suka-suka dia dong mau diubah kayak apa! Hayooo, masih mau kritik keroyokan lagi? (R24)