“Zaman berganti. Ideologi bisa berubah dengan mudah sekali. Semua memiliki untung dan rugi.” ~Primadonna Angela
PinterPolitik.com
[dropcap]E[/dropcap]mang dalam hal ekonomi aja yang perlu memikirkan untung rugi? Politik juga dongs. Mau dukung anu untungnya apa ya? Kalau yang ono rugi nggak ya? Harus ditimbang-timbang gaes. Makannya, tak jarang ada banyak politisi yang bersikap pragmatis. Hehehe.
Nah, soal untung rugi ya gaes. Kan beberapa hari koalisi partai pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno lagi nggak enak banget. Mereka bahkan dikabarkan sedang mengalami kerenggangan. Kan ngeri banget ya, pemilu bentar lagi, bukannya makin kompak malah terpecah belah.
Atas isu-isu tidak mengenakkan tersebut, satu per satu partai dari koalisi Prabowo-Sandi menyangkal hal tersebut, termasuk PAN. Terus apa hubungannya dengan untung rugi? Ada dongs!
Pertimbangan untung rugi yang menyebabkan politisi cenderung pragmatis... Share on XDirektur Media Center DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Dhimam Abror menyebutkan kalau tidak mendukung Prabowo-Sandi adalah sebuah kerugian. Hal tersebut ia utarakan karena menilai adanya coattail effect atau efek ekor jas dari pasangan nomor urut 02 tersebut. Elektabilitas partai jadi ikut naik gitu loh…
Ehh tapi bukannya kemarin ada beberapa kader yang menolak mengkampanyekan Prabowo-Sandi karena takut kalah pemilu? Kalau komit masa yang belok-belok dibiarin? Hihihi.
Ya, meski begitu, Wakil direktur Bidang Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi ini memang mengakui jika fokus mereka saat berkampanye tentu terbelah dua. Mengingat Pileg dan Pilpres ini digelar dalam waktu yang bersamaan.
Menurutnya, di satu sisi partai akan berusaha memenuhi ambang batas parlemen sebesar empat persen agar mendapat kursi di DPR, di sisi lain mesin partai juga harus bekerja untuk mengkampanyekan pasangan capres-cawapres yang diusungnya itu.
Baginya sekarang, tiap caleg di daerah harus memiliki strategi khusus untuk mengkampanyekan Prabowo-Sandi, terutama jika memiliki dapil yang bukan lumbung suara PAN, seperti dirinya.
Kalau masalahnya begitu, mau nggak mau yang diutamakan adalah mengampanyekan dirinya sendiri baru kemudian mengampanyekan capres-cawapres yang diusung partainya.
Ya, lagian dari awal kan memang sudah memilih ya. Mau ke Jokowi-Ma’ruf juga gimana. Terus kalau setengah-tengah mendukung Prabowo-Sandi juga rugi. Kalau kalah nggak jadi apa-apa, kalaupun menang tapi dukungannya nggak maksimal juga, gimana bisa dapet kursi kabinet? Ehhh… (E36)