“Kami berharap, usulan kenaikan tunjangan reses dan penggantian rumah dinas dengan uang dapat disetujui, sehingga bisa meningkatkan kinerja kami (Anggota DPR) di masa sidang mendatang.” ~ Ketua DPR, Bambang Soesatyo.
PinterPolitik.com
[dropcap]D[/dropcap]ahulu, mungkin kita gak pernah kepikiran bercita-cita menjadi Anggota DPR. Karena mungkin sewaktu SD, cita-cita kita masih seputar ingin menjadi Dokter, Tentara, atau Pilot. Kalau dulu, kita tahu gaji anggota DPR itu besar, udah pasti deh semuanya mau nyaleg tiap Pemilihan Umum, hahaha.
Bagi yang udah tau nikmatnya menjadi Anggota DPR, pasti berlomba mendaftar sebagai Caleg. Ya ada yang berhasil, ada juga yang gak sih. Bahkan ada yang gila karena stres berat gak balik modal saat kampanye. Tapi bagi yang berhasil duduk di kursi itu, beuh, sumpah rasanya empuk banget.
Nih ya, eike kasih tahu seberapa empuk kursi anggota dewan yang terhormat itu. Dalam sebulan mereka bisa bawa pulang Rp 66 juta. Eits, gak cuma itu doang loh. Angka itu masih akan ditambah dengan gaji ke-13 sebesar Rp 16 juta, dana reses Rp 118 juta/tahun. Jadi totalnya mencapai Rp 797 juta/tahun.
Udah jarang hadir setiap sidang paripurna, sekalinya dateng itu juga tidur, kalau gak tidur, eh malah ada juga nonton video hot. Mmm, digaji segede itu dari uang rakyat cuma buat kerja leyeh-leyeh. Kok hati eike perih ya. Kalau kata Cita Citata, ‘Sakitnya tuh di sini!’
Nah nyebelinnya lagi nih ya, ternyata Ketua DPR, Bambang Soesatyo secara terang-terangan meminta kepada Pemerintah agar menaikkan anggaran DPR sebesar Rp 7,7 triliun. Dan usulan terbarunya, berupa penggantian rumah dinas menjadi uang tunjangan serta kenaikan tunjangan reses. Wadezig.
Ini uang mulu sih yang ada dipikiran anggota DPR. Kapan mikirin rakyatnya sih. Aya aya wae ah. Curiganya, permintaan kenaikan anggaran ini berkaitan dengan persiapan para anggota DPR menghadapi pemilu legislatif mendatang. Ya semacam menyiapkan biaya politik untuk kepentingan Pileg ke depan gitu deh.
Padahal kalau kita liat kinerjanya, dari target Prolegnas jangka menengah periode 2014-2019 sebanyak 183 rancangan undang-undang (RUU), ternyata DPR hanya menyelesaikan 80-an RUU menjadi UU. Aduh-aduh, kok cuma mau uang rakyatnya aja sih, tapi kerjanya setengah hati. Sepertinya apa yang dikatakan filsuf Jonathan Swift (1667-1745) benar adanya, ‘Politics, as the word is commonly understood, are nothing but corruptions.’ (K16)