“Ayah, aku ga mau pindah lagi. Susah nyari temennya,” ujar anaknya penuh harap.
PinterPolitik.com
[dropcap size=big]T[/dropcap]erkadang ambisi hanya menutupi kelopak yang membuat matanya tertutup hingga mampu melihat sekadarnya.
Ambisi bukan sembarang ambisi. Terlebih, ambisi seorang ayah ini untuk terjun ke dunia politik, bapak berkumis satu ini tanpa disadari mengarahkan konsep keluarganya menjadi nomaden.
Berpindah dari satu kota ke kota lainnya, dari satu provinsi ke provinsi lainnya. Untuk apa? Untuk menggenggam sebuah kekuasaan. Bukan karena pindah kontrakan mulu lho… hehe
Baca juga : Silat Djarot di Ronde Pendek
Namun, kalau kepala keluarga ini mikir siapa yang dikorbankan, kira-kira anaknya dipikirin ga ya? Karena kan anaknya harus adaptasi dengan lingkungan baru terus.
Tapi kok gini amat ya? Ayahnya jadi pemimpin di Ibukota Jakarta dan jadi piala bergilir, kaya ga ada orang lagi aja di Jakarta, jauh banget ngambil dari Blitar. Hehehe
Satu dekade, dua periode, si ayah ini jadi Walikota Kota Proklamator, Blitar.
Setelah itu, si ayah dipanggil bos besarnya untuk jadi pengganti dan mengisi posisi Wakil Gubernur DKI Jakarta. Dan julukan politisi hoki bisa disematkan ke beliau. Karena karir politiknya cemerlang.
Tanpa dipilih dan dicoblos warga DKI, akhirnya si ayah ini duduk sebagai Gubernur DKI Jakarta. Canggih!
Ya walaupun ga lama, tapi seengganya udah nikmatin fasilitas sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Karena menjabatnya sebentar, si ayah kepikiran anaknya yang susah punya temen karena pindah-pindah terus. Diakhir masa jabatannya, si ayah janji untuk menetap di Jakarta aja dan tidak akan pindah lagi.
Disaat kita udah punya jalan hidup. Ada aja cobaannya ya ternyata. Si ayah ada aja yang rayu – rayu buat balik lagi ke Jawa Timur buat nyalon lagi. Digoda- goda terus hehehe.
Keluarga udah pindah – pindah terus, keluarga ini pusing juga, bukan cuma si ayah yang mikirin kotanya, tapi si ibu yang ngurusin lipetan baju mulu, si anak akhirnya udah punya geng dan pensiun jadi nomaden. Ayah lebih milih quality time bersama keluarganya dibandingkan jadi keluarga nomaden lagi. Karena pindah-pindah sangat melelahkan.
(Z19)