“Saya tidak akan bagi-bagi duit. Itu yang menyebabkan kepala daerah korupsi. Akar korupsi itu dimulai ketika pemimpinnya menyuap rakyatnya dengan Rp 100 sampai Rp 200 ribu.” ~ Djarot Saiful Hidayat
PinterPolitik.com
[dropcap]G[/dropcap]egap gempita Pilkada Serentak 2018 sudah terasa diberbagai daerah, salah satunya Sumatera Utara.
Pertarungan head to head antara Edy Rahmayadi – Ijeck dan Djarot Saiful Hidayat – Sihar Sitorus memang akan menjadi tontonan menarik.
Apalagi dua calon Gubernur ini memiliki sepak terjang dan pengorbanan yang nyentrik. Edy Rahmayadi rela mengorbankan karier militernya, padahal sudah menjabat Pangkostrad tapi demi mengabdi kepada warga Sumatera Utara, Edy pensiun.
Tapi Edy masih punya jabatan lainnya sebagai Ketua PSSI, jadi kalau urusan sepakbola, kelar lah sama Edy Rahmayadi, weleeeh weleeeh, Moeldoko aja kalah sama Edy pas pemilihan Ketua PSSI, widiiwww ngeri kali ya, hmmm.
Nah kalau lawannya, Djarot Saiful Hidayat, si politikus nomaden ini mencoba peruntungan di Sumatera Utara. Kan tahu sendiri, kemaren pas maju di Pilkada DKI Jakarta, Djarot tumbang tak dikasih ampun, weleeeh weleeeh.
Kayaknya kalau melihat kiprah Djarot di Sumatera Utara menarik juga. Mengingat, Djarot kan memang tak begitu mengenal Sumatera Utara, tapi gara – gara Megawati memerintahkan untuk maju, mau ga mau Djarot ikut aja, ya udah akhirnya PDIP ngasih restu ke Djarot.
Kalau ngomongin Pilkada, ada ga sih yang membedakan kampanye di Jakarta atau di Sumatera Utara?
Dalam setiap janji kampanye sih, kayaknya semua calon siapapun dan di manapun sama aja ya, tapi Djarot punya hal yang berbeda. Katanya, Djarot ga akan bagi – bagi duit karena ga mau jadi pejabat yang korupsi.
Hmmm, bener juga sih, tapi gimana ya? Itu sih kayaknya udah rahasia umum, bagi – bagi duit, sembako, itu sih sering banget diliat kalau ada Pilkada.
Ga ada yang tahu sih, kan itu tergantung apa yang jadi motivasinya. Kalau ngomong pengennya Pilkada itu tanpa ada money politic tentunya alasannya karena emang praktik politik idealnya kayak gitu, atau sekedar taktik curi perhatian di musim kampanye aja, hmmm, entahlah, weleeeh weleeh.
Tapi apa mungkin juga logistiknya kurang, kan tahu sendiri Djarot – Sihar itu cuma nyiapin Rp 100 juta, weleeeh weleeeh, gimana mau cukup coba? Hmm.
Makanya kalau pinjem kata – katanya Najwa Shihab dan Ganjar Pranowo, Djarot itu harus memastikan lagi agar otak sama hatinya itu ga niat nyopet duit rakyat, jadi pada semua aktivitasnya nanti, ga akan ada korupsi. (Z19)