“Gastro-diplomacy has shifted the emphasis of traditional talks held over rubber-chicken dinners to a time when the food on the plate does the talking.” – En Route Magazine
PinterPolitik.com
Balada perebutan cinta Jokowi untuk masuk ke koalisinya serta posesivitas Megawati ke Jokowi, mungkin sudah berakhir. Belakangan ini masyarakat dibingungkan dengan sikap oposisi seperti Gerindra dan Demokrat yang ingin merapat ke petahana dengan alasan rekonsiliasi.
Ngapain ada pertarungan elektoral kalo ujung-ujungnya semua masuk pemerintahan. Buang-buang duit negara. Kalo kata Rocky Gerung tiada etika bernegara. Selain didekati, Jokowi juga ‘dikekang’ oleh posesivitas Megawati. Pokoknya PDIP harus dinomorsatukan.
Ya lumrah sih. Megawati ini kan raksasa politik yang mengangkat Jokowi dari politisi sederhana di Solo ke kursi Presiden di Jakarta. Tentu setelah berkeringat banyak, wajar kalau beliau harus diberi timbal balik. Situasi tarik ulur koalisi ini seperti para perempuan memperebutkan cinta Arjuna, Putera Pandu.
Tapi semenjak makan malam antara Ketua Umum PDIP, Megawati dengan Presiden Jokowi ketegangan mulai mencair. Pertemuan empat mata itu pun digelar di Istana Bogor. Dua kekasih lama itu pun membahas situasi bangsa dan politik terkini.
Malam yang syahdu diantara mereka pun terhidang jamuan lokal yang sarat makna. Adanya malam itu, Jokowi menyiapkan menu bakso dan mie jawa. Menurut Sekjen PDIP, Hasto kristiyanto menu mie jawa melambangkan berbagai variabel dari perspektif yang berbeda. Mungkin pada malam itu Jokowi membuka pembicaraan mengenai prahara hubungan mereka dan orang-orang di sekitar melalui mie jawa.
Adapun menu bakso menjadi lambang persatuan antara Pak Jokowi dan Bu Megawati mengenai kesepakatan perumusan kabinet. Diplomasi Pak Jokowi ini memang levelnya sudah tinggi ya. Menu makanan tidak hanya karena faktor favoritisme, namun juga ada makna di tiap bahan makanan yang disajikan.
Dan sepertinya diplomasi gastro Jokowi berhasil. Pasalnya seusai jamuan makan tersebut, dua kekasih tersebut menyunggingkan senyum bahagia nan harmonis. Bu Mega telah memberikan saran termasuk perubahan nomenklatur kementerian namun menyerahkan keputusan akhir pada Pak Jokowi.
Sepertinya hubungan antara Jokowi dan Megawati yang telah terjalin lama memasuki masa aman setelah huru-hara kemarin. Semoga ini pun berlangsung langgeng. Karena tanpa sokongan Megawati, Jokowi terancam rapuh menghadapi prahara yang menghadang lima tahun kedepan. (M52)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.