“Hitunglah umurmu dengan teman, bukan tahun. Hitunglah hidupmu dengan senyum bukan air mata.” – John Lennon.
PinterPolitik.com
Pertemuan dua mantan Presiden, yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Megawati Soekarnoputri dalam pemakaman almarhumah Ani Yudhoyono di Taman Makam Pahlawan, Kalibata masih menyisakan momen yang istimewa. Momen tersebut menjadi bahan perbincangan saat mereka saling menebar senyum ketika bertemu.
Pemandangan itu terbilang langka dan belum pernah terekam jelas dalam waktu yang sangat lama loh guys. Senyuman itu bisa menjadi penyejuk di tengah tensi politik yang panas karena Pemilu 2019 lalu.
“Kedatangan [Megawati] ini selain menyejukkan juga tentunya yang paling utama ikut menguatkan Pak SBY dan keluarga yang sedang berduka,” begitu kata Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon.
Pertemuan Megawati dan SBY mendapat sambutan hangat dari berbagai pihak. Apakah ini tanda perdamaian antara keduanya? Share on XJansen berharap kedatangan Megawati menjadi lembaran baru hubungan yang lebih akrab dengan SBY. Ketua DPP PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno sependapat dengan pernyataan tersebut. Doi menilai momen kemarin menggambarkan kesejukan suasana demokrasi yang harus terus dijaga oleh semua orang ke depan.
Oh ya, tahu enggak kenapa semua orang bilang momen kemarin itu menjadi contoh demokrasi yang baik dan sejuk?
Jadi gini gengs, sudah menjadi berita lama bahwa hubungan SBY dan Megawati renggang. Mega yang menjabat Presiden pada periode 2001-2004 dinilai jengkel kepada SBY yang saat itu menjadi Menko Polkam di kabinet Gotong Royong. Soalnya SBY secara diam-diam berniat menjadi pesaingnya dalam Pilpres 2004.
Kerenggangan ini diakui oleh SBY ketika mengadakan konferensi pers pada 2018 lalu. SBY mengatakan sudah berusaha selama 10 tahun untuk bisa berkomunikasi dengan Megawati.
“Mendiang Bapak Taufik Kiemas [suami Megawati] sahabat saya juga berusaha memulihkan silaturahmi kami berdua,” begitu kata SBY pada tahun lalu.
Nah, tidak heran kenapa semua pihak menilai momen keduanya bertemu, bersalaman, dan berbagi senyum itu sebagai tanda perdamaian. Jika benar terjadi, maka kejadian itu dapat menjadi momentum pendewasaan demokrasi di Indonesia. Hal yang perlu banyak ditiru oleh semua pihak, meski membutuhkan waktu sekitar 15 tahun.
Lalu pertanyaannya, apakah semua orang bisa meniru perdamaian tersebut? Semisal, apakah hubungan Prabowo Subianto dan Joko Widodo yang sedang panas ini perlu menunggu hingga 15 tahun untuk berdamai?
Jangan lupakan keakraban kalian ketika bersama memeluk atlet pencak silat Hanifan Yudani pada Asian Games 2018 lalu loh ya. (R47)