“Kemudian kita lihat, kita lihat, ada yang berkumpul bersama-sama, bersama-sama, menghabisi ini, korupsi menghabisi ini,” – Taufik Ismail, Sebuah Puisi Mengenai Yang Dihadapi oleh KPK
Pinterpolitik.com
Kayaknya masih susah ya move on dari patah hati akibat revisi UU KPK beberapa waktu lalu. Gimana gak remuk hati masyarakat, upaya pemberantasan korupsi yang baru seumur jagung tiba-tiba harus dilemahkan melalui revisi UU tersebut. Sedih rasanya hati ini.
Ya memang sih, KPK juga bukan lembaga malaikat. Tapi, apakah yakin DPR yang mengusulkan revisi itu hatinya jauh lebih malaikat dari KPK? Jangan-jangan mereka malah mengirimkan malaikat maut untuk KPK dan pemberantasan korupsi secara keseluruhan?
Kelompok masyarakat sipil yang anti korupsi tampak geram betul dengan lolosnya UU tersebut di parlemen. Beberapa dari mereka bahkan menilai inilah awal dari masa kejayaan korupsi di negeri ini. Serem ya.
Sayangnya, kayaknya gak semua elemen masyarakat sedih dan geram akibat lolosnya revisi UU KPK. Coba sekarang tengok ke media sosial wabilkhusus Twitter. Di sana, ada banyak buzzer yang justru membenarkan revisi UU KPK.
Salah satu pembesar dari buzzer pro revisi UU tersebut adalah Denny Siregar. Blogger kondang yang terafiliasi Jokowi ini tampak semangat betul membela keputusan Presiden Jokowi dan DPR merevisi UU KPK.
Ia misalnya mencela habis-habisan sampul majalah Tempo yang menampilkan ilustrasi wajah Pak Jokowi dan sebuah bayangan berhidung panjang. Ia menilai majalah tersebut telah menghina kepala negara, padahal Tempo hanya berusaha mencocokkan janji sang presiden dengan kenyataan soal KPK.
Gak hanya itu, sosok yang mengaku penulis di bio Twitter-nya ini, tampaknya mulai ad hominem dalam melancarkan kritik buat KPK. Pribadi pimpinan KPK mulai diserang olehnya. Selain itu, pendukung KPK juga mulai diasosiasikan dengan kata-kata semacam kadal gurun. Ckckckck.
Denny Siregar ini gak kasian ya sama Pak Jokowi, junjungannya sendiri? Beliau ini kan lagi membuat kebijakan yang belum sesuai dengan kebutuhan publik, eh bukannya diingatkan supaya tidak melenceng, malah didukung habis-habisan.
Mbok ya kalau mendukung itu jangan cinta buta gitu loh. Sisakan juga ruang untuk memberi kritik. Kalau kayak gini, jangan salahkan kalau Mas Denny dianggap sebagai buzzer mitra rezim atau penulis bayaran.
Yang lebih parah, jangan sampai Mas Denny ini jadi bagian dari kejayaan korupsi seperti yang dibilang masyarakat sipil. Kalau nanti banyak koruptor yang bebas berkeliaran, mungkin aja masyarakat akan mengingat Mas Denny sebagai pihak yang memberikan pembenaran bagi revisi UU KPK. Hmmm.
Ya, tapi hidup itu kan pilihan. Kalau Denny Siregar mau lebih berpihak sama DPR dan rezim ya itu haknya yang bersangkutan. Kalau masyarakat yang lain kayaknya lebih suka nulis resep masakan atau puisi senja ketimbang membabi buta memuja rezim apalagi mengasosiasikan diri dengan kejayaan korupsi. (H33)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.