“Dan keyakinan saya, Pak SBY memberikan apresiasi terhadap apa yang sudah dilakukan Pak Jokowi. Dan Insyaallah Demokrat akan bergabung.” ~ Ketua Umum PPP Romahurmuziy
PinterPolitik.com
[dropcap]B[/dropcap]elakangan tersiar kabar bahwa Partai Demokrat akan mendukung Jokowi dalam Pilpres 2019 mendatang. Kabar ini dihembuskan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy atau Romi usai dirinya bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Jombang, Selasa (3/4).
Wah, apa obrolan politisi sambil ngopi-ngopi cantik kayak gini bisa mewujudkan kesepakatan? Ya namanya juga politisi, hari ini bilang apa, eh besoknya berubah lagi. Ya liat ke mana arah angin bertiup aja sih. Emangnya bisa main layangan dengan melawan angin? Yang ada layangannya jadi singit, hahaha.
Tapi apa sih emangnya itung-itungan Demokrat, jika memutuskan bergabung mendukung Presiden Petahana Jokowi. Secara matematis politik, ya pasti jauh lebih menguntungkan. Sebagai partai pemenang pemilu dua periode, rugi banget lah kalau Jokowi sampai gak mau menimang Demokrat.
Toh saat menjadi partai oposisi di lima tahun ini, Demokrat merasa gak mendapat faedah gitu. Demokrat memang jiwanya berada pada partai penguasa, ya kalau gak kesampaian, minimal berada di kubu partai penguasa. Jadi partai oposisi lagi? Gerah banget itu mah, bikin gak betah. Wadezig.
Faktor pertimbangan lainnya, untuk menyelamatkan posisi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Mengikuti arus utama itu penting agar eksistensi AHY tetap terjaga. Jadi ada kepastian karir AHY tetap berjalan di bawah partai penguasa. Jabatan menjadi Menteri di tangan lah ya nanti. Mantap Jiwa.
Potensi bergabungnya Demokrat mendukung Jokowi, di sisi lain bisa dikatakan sebagai upaya meredam potensi kemenangan lawan politik di kubu lain. Mmm, siapa tuh yang dimaksud? Ya gak lain gak bukan Prabowo Subianto dari Partai Gerindra. Mmm, kenapa ya kira-kira, ada yang tau?
Rumornya nih ya, banyak loh para Jenderal Senior TNI yang khawatir kalau Prabowo sampai berhasil menang dalam Pilpres 2019 mendatang. Karena ada semacam dendam politik pribadi kepada para petinggi TNI kala itu, saat Prabowo dahulu di copot sebagai Panglima Kostrad pada 23 Mei 1998.
Jadi dimata Jenderal senior lain yang sesama kompetitor, bisa ngeri-ngeri sedap nih kalau Prabowo sampai menang. Nah dari pada ambil risiko, membuat Poros Ketiga tapi gak ada hasil, mending sekalian gabung dengan Presiden Petahana Jokowi. Cie Demokrat Shy Shy Cat (Malu-malu kucing) gitu sih dukungnya, hahaha. (K16)