KPU DKI sudah memilih moderator untuk debat kedua, yakni Prof. Dr. Eko Prasodjo dan Tina Talisa. Ketua KPU DKI memastikan, kedua moderator adalah orang yang netral.
pinterpolitik.com – Kamis, 26 Januari 2017.
JAKARTA – Debat kedua antara tiga pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta berlangsung, Jumat (27/1/2017) malam. Lokasinya tetap, Aula Birawa Hotel Bidakara di Jakarta Selatan. Durasi debat kedua ditambah 30 menit menjadi 120 menit.
Ketua KPU DKI Jakarta, Sumarno, mengatakan, pemilihan lokasi debat adalah usul dari berbagai pihak, termasuk televisi penyelenggara. Pertimbangannya, akses mudah dan ruangan cukup memadai. Pada debat kedua, KPU DKI bekerja sama dengan tiga stasiun televisi, yakni Metro TV, MNCTV, dan TVRI.
Sumarno berharap debat kedua dengan tema, “Pelayanan publik, reformasi birokrasi, dan tata kota,” nantinya bisa lebih dinamis. Apa-apa yang disampaikan oleh para pasangan calon diharapkan bisa lebih membumi.
KPU DKI sudah memilih moderator untuk debat kedua, yakni Prof. Dr. Eko Prasojo, dan Tina Talisa. Ketua KPU DKI memastikan, kedua moderator adalah orang yang netral. KPU DKI telah melacak rekam jejak dan latar belakang keduanya sebelum ditetapkan sebagai moderator.
Tina Talisa adalah jurnalis yang pernah menjadi presenter di beberapa stasiun televisi. Eko Prasodjo adalah Guru Besar Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia dan Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (periode 2011-2014).
Sumarno menuturkan, Eko, Tina, dan empat panelis, menandatangani pakta integritas. Hal itu dilakukan agar semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan debat tetap netral. Apabila melanggar pakta integritas, yang bersangkutan bisa dikenakan sanksi pidana.
Yang juga berbeda adalah durasi debat kedua, menjadi 120 menit di luar tayangan iklan berdurasi 30 menit. Dalam debat pertama, durasi debat 90 menit dan iklan 30 menit. Penambahan waktu dialokasikan untuk segmen keempat dan kelima. Sesi-sesi itu adalah sesi saling bertanya dan memberikan tanggapan atas jawaban masing-masing paslon.
Penilaian Pemilih
Pengalaman berdebat dalam kompetisi kandidat pemimpin Jakarta sudah diperoleh ketiga paslon dari debat pertama, 13 Januari lalu. Setiap paslon pasti sudah mengevaluasi penampilannya pada debat pertama. Terutama menyangkut materi yang akan disampaikan serta keterampilan menyampai gagasan.
Berbagai media juga sudah mengulas hasil debat pertama, termasuk penilaian kalangan pemilih, yang dapat dijadikan sebagai tambahan masukan oleh ketiga paslon. Tinggal meramu masukan internal dan eksternal agar diperoleh “resep jitu” untuk meyakinkan pemilih sebagai langkah penting memenangkan “kompetisi” pada 15 Februari 2017.
Untuk itu dibutuhkan kepiawaian para paslon memilih dan mengajukan pertanyaan, sesuai tema debat, agar jangan yang standar-standar saja. Sebaiknya ajukanlah pertanyaan yang kira-kira akan sulit dijawab oleh paslon lain. Selain itu, pertanyaan hendaknya langsung ke masalah, tidak “dibungkus” dengan ucapan “saya mau menanyakan” dan semacam itu.
“Keseleo” memberikan jawaban dan menyampaikan program kerja unggulan atau menyampaikan pendapat kontroversial bisa menjadi bumerang bagi paslon yang bersangkutan.
Satu hal lagi, debat terbuka ini ditunggu para pemilih dan pemerhati Pilkada DKI Jakarta. Berharap penampilan ketiga paslon pada Jumat besok lebih bermutu dari sebelumnya dalam upaya meyakinkan para pemilih atas pilihannya yang diputuskan di bilik suara. Selamat berdebat. (Kps/E19)