“Bencana itu dipikir sebelum terjadi, tapi gimana mau pikir ya, otak aja enggak punya.”
PinterPolitik.com
[dropcap]T[/dropcap]urut berduka sedalam-dalamnya atas terjadinya bencana gempa bumi yang disertai tsunami yang melanda wilayah Sulawesi Tengah. Hal ini menjadi duka bersama segenap bangsa, termasuk pemerintah.
Rasa duka juga hadir dari Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjutak. Doi meminta Presiden Jokowi segera menetapkan status bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah menjadi bencana nasional.
Kata Dahnil, ada baiknya Jokowi menyatakan bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala bersamaan dengan Lombok sebagai bencana nasional, dan membuka bantuan internasional. Menurutnya semua demi membantu rakyat di sana.
Demi kebaikan semua, knp tidak Pemerintah menyatakan ketidakmampuan menangani semua. Lombok saja belum tuntas, maka nyatakan palu, donggala, lombok sbg bencana nasional, dan dunia internasional akan banyak membantu. Ini tentang kemanusiaan bukan citra politik jelang pilpres
— Dahnil A Simanjuntak (@Dahnilanzar) September 29, 2018
Kalau menurut Dahnil, penanganan bencana di Lombok pada bulan Agustus lalu hingga kini belum tuntas, apalagi ditambah adanya bencana di Palu dan Donggala ini. Jadi intinya kata doi pemerintah tidak mampu menanggulangi bencana seperti ini.
Duh aduh, kasihan ya rakyat Indonesia, sudah tempe setipis kartu ATM, utang banyak, terus ngurus bencana gini aja harus ngemis sama negara lain. Weleh-weleh.
Dahnil mengatakan penetapan status bencana nasional yang bisa membuka bantuan internasional ini tentang kemanusiaan, bukan citra menjelang Pilpres.
Oh jadi menurut Dahnil, Jokowi mau sok-sokan jadi super hero di kondisi yang sedang berkabung ini? Hmm, emangnya bener gengs? Apa kalian yakin Jokowi tidak menjadikan ini bencana nasional karena gengsi biar enggak dibilang: “Urus bencana aja minta bantuan asing, apalagi urus negara”, gitu?
Ah, tapi kalau menurut eyke sih gengs enggak penting deh Jokowi pencitraan apa enggaknya. Soalnya baik Jokowi maupun Prabowo, enggak ada bencana seperti ini aja gemarnya pencitraan, apalagi sampai ada bencana. Betul apa betul?
Nah yang terpenting, kenapa coba negara yang berada di cincin api ini bisa salah memprediksi bencana yang datang dari laut? Katanya BMKG enggak akan ada tsunami, eh ternyata alat pendeteksi tsunami-nya rusak. Wkwkwk, eh jangan bilang alat pendeteksi tsunaminya rusak senasional lagi. Weleh-weleh.
Seandainya prediksi itu akurat, pasti korban jiwanya enggak sebanyak hari ini. Makanya sering-sering denger deh perkataan orang jaman dulu biar enggak banyak kecolongan gengs:
“Mencegah lebih baik daripada memperbaiki”. (G35)