“Hidup ini kadang terbalik. Yang luar biasa berlagak biasa saja, dan yang biasa malah berlagak luar biasa.”
PinterPolitik.com
[dropcap]A[/dropcap]nies Baswedan diperbincangkan publik dari hal yang kontroversialnya sejak Pilgub Jakarta, kemarin. Kalau gitu bisa kali Anies dijadikan news maker. Weeleeh weleeh. Ya kali ah.
Kini, Anies kembali menjadi sorotan lagi saat saling tantang menantang dengan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti yang ingin mengadopsi danau di Jenewa, Swiss untuk diterapkan di Danau Sunter.
Dan Anies juga tidak mau kalah, ia melontarkan tantangan balik kepada Susi untuk membersihkan laut di Jakarta.
Hallo..hallo, tes..tes, ini dagelan macam apalagi sih? Kalau mau becanda ga usah deh, karena becandaannya ga lucu. Dan gau sah jadi pejabat kalo mau becanda kaya gini.
Lebih baik ketika melihat ada kekurangan pada Danau Sunter langsung diperbaiki jangan justru memberikan tontonan tak penting untuk masyarakat. Weleeeh weleeeh. Ampuunnnn.
Jadi pejabat ga sebecanda itu juga kali ah. Masa iya adanya perbaikan itu akibat ada tantangan dari Menteri. Kaya ga punya rencana pemetaan tata kelola wilayah aja. Hufffft.
Tim Gubernur lah libatkan dong bukannya sudah banyak anggaran yang dikeluarkan untuk itu, apalagi diisi para ahli untuk percepatan pembangunan. Kemana Tim Gubernur? Sehat?
Anggaran bisa gembos kalau pada ‘gabut’ begitu kan, lamban merespon adanya kendala pembangunan di Jakarta. Eh eh apaan tuh gabut? Gaji buta atau gajinya diambil kerjanya kaga. weleeeh weleeeh.
Gimana kalau justru persepsi yang ditangkap masyarakat itu adalah kebiasaan pejabat yang bekerja karena ditantang pihak lain. Lengkap sudah, kita jadi bangsa yang ga punya inisiatif. Heuhhhh.
Lagian ngapain juga sih antara Gubernur dan Menteri kaya anak kecil aja saling tantang menantang. Terus pertanyaannya kalau salah satu diantaranya menang gimana?
Yang menang dapet hadiah apa? Kalau yang kalah dapet apa?
Gimana kalau ada yang usulkan bila ada yang kalah tantang menantang ini turun dari jabatannya? Lebih elegan rasanya bila kinerjanya gagal dan tidak mampu bekerja, maka harus turun tahta.
Hmm, takut ga kalau begini? Takut kan?
Jangan sampai pejabat itu jadi aktor atau aktris yang bersandiwara penuh sensasi. Negeri ini tak perlu sensasi, hanya perlu satu hal yaitu kerja nyata.
Masa ngurusin Jakarta ini tujuannya buat jadi alat pemuas dari permainan tantang menantang seperti ini?
Ternyata posisi pejabat yang kita anggap luarbiasa itu secara nyata biasa saja, hanya lagaknya saja yang luarbiasa. (Z19)