Site icon PinterPolitik.com

Cak Imin Si Politisi Oportunis

Cak Imin Si Politisi Oportunis

Istimewa

“Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar bisa saja bergabung ke barisan pendukung Prabowo Subianto jika gagal menjadi calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo.” ~ Wakil Sekretaris Jenderal PKB, Daniel Johan.


PinterPolitik.com

[dropcap]N[/dropcap]afsu Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar untuk menjadi Calon Wakil Presiden Joko Widodo (Jokowi) kian tidak terbendung. Segala cara dilakukan demi bisa menduduki kursi RI-2 bersama Jokowi. Namun jika keinginan tersebut tidak lantas mendapatkan jawaban, dirinya tidak segan mengancam akan berpaling mendukung ke kubu Prabowo Subianto.

Pria yang akrab disapa Cak Imin ini kok rasanya oportunis banget ya. Sifatnya ini udah kayak Sultan Trenggono di era Kerajaan Demak aja sih. Dalam kamus pemikirannya, membicarakan nasib rakyat adalah nomor dua, tentunya setelah memperoleh kekuasaan. Mmm, apa politisi seperti ini yang cocok disebut sebagai sosok pemimpin ideal? Gak malu apa ditonton rakyat Indonesia!

Sifat kenegarawanan seorang politisi sebenarnya sedang diuji saat Pesta Demokrasi Pemilu seperti ini. Umumnya, para politisi akan mengumbar berbagai kata-kata mutiara nan retoris untuk menghembuskan angin surga normatif kepada masyarakat pemilihnya. Tapi ada juga yang gak mempedulikan itu, mereka lebih memilih grasak-grusuk mencari kesempatan untuk menduduki jabatan.

Meski akan tampak norak dan tidak etis di mata masyarakat, tapi hal ini tetap aja dilakukan oleh sejumlah politisi. Ada sih politisi yang mengejar jabatan dengan cara alus, kalem, ya woles gitu deh. Artinya, kesantunan komunikasi politik perlu untuk melahirkan citra positif dalam diri politisi itu sendiri. Kalau tidak, maka politisi oportunis hanya akan distigma mengejar kekuasan semata.

Yang rugi siapa ayo kalau ketua umumnya tetep kebelet mencari tiket menduduki kursi RI-2? Partainya sendiri lah! Alih-alih mendapat kesan sebagai partai yang mewakili aspirasi umat Muslim Indonesia, PKB malah akan jatuh pada jurang stigma sosok partai oportunis karena ingin meraih kekuasaan dengan mendompleng Presiden Petahana Jokowi. Eike kok jadi ilfil ya ngeliat tingkahnya!

Tapi jangan salah, pasti udah ada pertimbangan tersendiri kok kenapa Cak Imin segitu kebeletnya ingin mendapatkan tiket kursi RI-2 bersama Jokowi. Yang pertama, memang ini kesempatan satu-satunya yang gak akan terulang lagi. Jadi sekalian buang jauh-jauh urat malunya, cukup modal tebelin muka aja, beres deh. Ya gak salah juga sih, mumpung hubungan Cak Imin dan Jokowi lagi deket-deketnya.

Kedua, toh rakyat Indonesia cepat lupa tuh nanti. Karena yang diingat dalam sejarah adalah Cak Imin pernah menjadi Wakil Presiden. Mengenai bagaimana caranya, dinilai oportunis atau gak, generasi setelahnya gak akan ada yang mengingatnya lagi. Toh itu gak terlalu penting untuk dibahas. Tapi setidaknya untuk saat ini, cukup dingat aja, ada loh politisi yang kebelet jabatan segitunya. (K16)

Exit mobile version