“Asyik juga nih naik pesawat Presiden Jokowi.” ~ Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar.
PinterPolitik.com
[dropcap]I[/dropcap]barat cowo yang udah kesengsem sama cewe gebetannya, pasti kemana aja selalu diintilin. Kalau bisa sih dipepet terus, jangan sampai lepas gitu. Karena bagi si cowo, penyesalan itu hanya akan datang belakangan. Bisa nangis mewek kalau sampe gak dapet. Yailah, co cwit amat, prikitiew.
Seperti tindak tanduk Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar (Cak Imin), yang mengunggah momen intim kedekatan keduanya saat sedang bersama-sama naik di atas pesawat Kepresidenan, Selasa (17/4) malam.
Apa yang dilakukan Cak Imin, memang dalam rangka mensterilkan Pakde Jokowi dari hasutan-hasutan politisi lain yang juga sama-sama mengincar kursi RI-2 untuk Pemilihan Presiden 2019 mendatang. Seakan Cak Imin ingin berkata, “Jokowi milikku seorang.”
Melalui postingannya di akun Instagramnya tersebut, Cak Imin memang ingin memperlihatkan kedekatan dan keakrabannya bersama Jokowi. Pesan politik yang cukup mengena bagi masyarakat yang mendambakan sosok kombinasi pemimpin nasionalis dan agamis.
Sa ae lau Cak Imin. Nempel mulu udah kayak perangko aja sih. Orang kalau di deketin terus kayak gitu, bisa gerah juga keles. Yang ada kalau keseringan, nanti malah jadi ilfil loh. Mau emangnya kalau Pakde Jokowi meminang Cawapres dari pihak yang lain? Mana tahan tuh.
Jadi keinget lagu “Nyanyian Kode” dari group lawak Warkop DKI. Itu tuh lirik ‘Yang baju merah jangan sampe lolos’. Legend banget tuh lirik lagu yang dinyanyikan Kasino. Lirik itu menandakan kode tersembunyi di saat seseorang sedang mengincar target “buruannya”.
Di sisi lain, apa yang dilakukan Cak Imin ini memang dalam rangka meluluhkan hati Pakde Jokowi. Ia memang sedang mencari celah kosong hati Pakde yang bisa diisi. Cak Imin ingin memastikan dirinya lah yang pada akhirnya akan mengisi celah tersebut. Ya gercep gitu deh.
Penaklukkan hati Jokowi ini, bagi Cak Imin, merupakan usaha agar nantinya bisa saling berdampingan dan sepengertian, seperti yang dikatakan filsuf Jonathan Swift (1667-1745), ‘Once kick the world, and the world and you will live together at a reasonably good understanding.’ (K16)