“Kami hargai teman-teman di KSPI yang ingin ganti presiden. Tapi dari kami KSPSI tak ingin ganti presiden,” ~ Presiden KSPSI, Andi Gani Nena Wea.
PinterPolitik.com
[dropcap]H[/dropcap]ari Buruh Internasional yang jatuh setiap tanggal satu Mei merupakan isu seksi yang tidak terpisahkan dengan isu politik di sebuah negara. Gak bisa dipungkiri, Peringatan Hari Buruh ini selalu disisipi kepentingan politik jika menjelang tahun politik. Jadi wajar aja kalau sekarang kita liat ada serikat buruh yang dimobilisir untuk mendukung salah satu Calon Presiden pada Pilpres 2019.
Tapi uniknya, suara buruh itu gak bulat sepaham loh tentang siapa Calon Presiden yang mereka dukung. Jika Konfederasi Serikat Pekerja indonesia (KSPI) mengusung Prabowo Subianto sebagai Capres 2019, maka lain halnya dengan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI). KSPSI lebih meyuarakan dukungannya terhadap Presiden Joko Widodo untuk melanjutkan dua periode.
Mmm, lah bisa gak kompak gini ya serikat buruh. Nama serikatnya juga 11-12 mirip, eike kan jadi bingung. Kalau masyarakat gak jeli, dianggapnya semua buruh secara kompak akan mendukung Prabowo sebagai Capres dalam Pilpres 2019, begitu juga sebaliknya kan. Ini kok buruh jadi boneka dukungan bagi para politisi ya. Peringatan Hari Buruh apa kampanye politik sih mereka ini?
Buruh jadi bahan rebutan nih ceritanya? Yailah, cape deh. Gak elok lah kalau para politisi itu ngekor di belakang buruh demi kepentingan ingin berkuasa. Toh sebenernya Peringatan Hari Buruh justru keluar dari esensinya. Memang sih, siapa yang nanti akan duduk di kursi RI-1 ikut andil dalam menentukan nasib buruh selanjutnya. Tapi bukan berarti buruh menjelma menjadi perpanjangan partai politik.
Aya aya wae ah buruh zaman now. Dan dikala KSPI menyodorkan 10 butir kontrak politik terhadap dukungannya pada Prabowo. Warganet malah lagi keranjingan tagar baru yang diramaikan oleh buruh pendukung Presiden Petahana Jokowi. Tagar itu berbunyi #PekerjaBersamaPakde. Tagar ini bahkan menjadi trending topik twitter di Indonesia. Di mana-mana ada tagar politik, pusing pala eike.
Baik Pakde Jokowi maupun Pak Prabowo, sepertinya sedang memanfaatkan momentum dengan sebaik-baiknya untuk bisa mendapatkan dukungan buruh pada Peringatan Hari Buruh Internasional. Toh kegundahan seorang buruh tentang permasalahan ekonomi rakyat kecil bisa dianggap mewakili kata-kata golongan ekonomi menengah ke bawah. Mmm, meski gak mewakili amat, tapi ya boleh lah.
Jadi menurut eike sih, penting ya untuk mencermati pernyataan dukungan buruh terhadap Capres tertentu menjelang perhelatan Pilpres mendatang. Suara dukungan di waktu yang tepat, beuh cakep bener deh. Syukur kalau nanti rakyat banyak ikut terpengaruh kan. Ajib tuh strategi politiknya. Sebagaimana yang dikatakan filsuf Jonathan Swift (1667-1745), ‘The proper words in the proper places are the true definition of style.’ (K16)