“Politicians fascinate because they constitute such a paradox; they are an elite that accomplishes mediocrity for the public good.” – George Will, American Columnist
PinterPolitik.com
Kehidupan elite politik merupakan suatu paradoks dengan kemampuan mereka untuk memberikan kebaikan bagi publik.
Agaknya, ini merupakan realita kiriman media sosial Pak Jokowi Jokowi yang kontras dengan kasus karhutla yang banyak memakan korban. Baru-baru ini, Jokowi mendapat kritikan tajam dari dalam negeri maupun mancanegara akibat video akitivitas akhir pekannya dengan sang cucu, Jan Ethes.
Dalam video tersebut, Jokowi terlihat bertamasya dengan Ethes seraya memperlihatkan keindahan alam Istana Bogor. Di mata sebagian orang hal ini adalah ironi, mengingat banyaknya anak-anak di wilayah jangkauan asap karhutla yang terkena ISPA dan terganggu aktivitas normalnya.
Pencitraan ya boleh-boleh saja sih. Mengingat citra presiden itu penting untuk memuluskan kebijakannya di masyarakat. Ya tapi tolonglah tim komunikasi Pak Jokowi, pilih waktu yang tepat. Masa ada orang menderita karena asap karhutla terus pamer keindahan alam bareng keluarga.
Justru video “pencitraan” ini menjadi bumerang bagi citra Jokowi. Berbagai lapisan masyarakat menilai Jokowi sama sekali tidak sensitif dalam membaca situasi. Ada juga yang mengkritik gerak lambat pemerintah menangani karhutla yang telah jadi “tayangan sinetron” berseason-season.
Semua kritikan tersebut make sense. Pakdhe Jokowi selama ini selalu mengedepankan citra family man yang menjadi andalannya. Ya walaupun sebenernya gak selalu ada hubungan sama kompetensinya sebagai presiden, tapi ya ditelen aja mentah-mentah sama pendukungnya.
Menurut Arie Rompas, Team Leader Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Pak Jokowi selalu datang ke lokasi karhutla, berjanji akan menyelesaikan, menindak pelaku dan mencopot Kapolda dan Pangdam yang tak becus, bahkan menjanjikan kebakaran tidak akan terulang kembali.
Tapi abis foto-foto yaudah dighosting aja gitu. Padahal kan ya sebagai bencana yang sepertinya jadi isu tahunan, harusnya sudah dipersiapkan dengan baik. Itu loh Pak, perusahaan-perusahaan penyebab kebakaran kan bisa ditindak.
Koyoke ki tim komunikasi Pak Jokowi mesti berkaca, bahwa menurunnya kepercayaan publik terhadap beliau bukan karena kurangnya pencitraan, tapi karena responsnya terhadap isu ternyata gak menyelesaikan masalah.
Tim komunikasi harusnya bisa memberikan anjuran lebih baik. Masak, setiap ada kritik dan masalah, selalu ada tampilan Pak Jokowi dan Jan Ethes di media sosial. Bahaya loh bapak dan ibu timnya Pak Jokowi, nanti ada satu komisi yang mengurusi anak yang tersinggung. (M52)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.