“Nggak perlu disamperin, debat terbuka aja. Saya sudah menyusun buku. Judulnya ‘Seratus Janji Jokowi-JK’. Buku itu berisi janji Pak Jokowi. Selain memperlihatkan keberhasilan, di situ juga ada kegagalan.” ~ Wakil Ketua Umum Gerindra, Fadli Zon.
PinterPolitik.com
[dropcap]N[/dropcap]amanya politisi oposisi, pasti akan selalu aja ada bahan untuk mengkritik segala tindak tanduk pemerintahan yang sedang berkuasa. Tanpa adanya kritikan dari oposisi, demokrasi yang ada justru tidak akan berjalan dengan baik. Di sini lah fungsi oposisi sebagai pengendali agar pemerintahan tidak mengarah menjadi otoriter.
Lalu bagimana kalau seandainya pemerintahan yang ada itu telah relatif menjalankan fungsi kenegaraannya sebagai good governance? Apa iya kritikan itu menjadi garing? Mmm, ya bisa jadi. Kalau politisi oposisi ditemukan dengan kondisi kayak gini. Mereka akan cenderung mengada-adakan isu sebagai amunisi mengkritik pemerintah. Ngeritik dengan hoax gak boleh loh ya!
Ini lah dilema yang sekiranya sedang dihadapi partai oposisi pemerintah saat ini. Yup, seperti Partai Gerindra yang kerap kali mengkritik pedas berbagai program pemerintah Jokowi-JK. Melalui ujung tombaknya, Fadli Zon, berbagai kritikan terus menghujat pemerintah tiada henti. Fadli ngeritik pemerintah mulu, by the way, kerjaannya di DPR udah kelar belum sih?
Fadli baru-baru ini memang tengah menjawab tantangan Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan yang mengatakan ingin bertemu pihak yang menyebut pemerintahan Jokowi gagal. Fadli mengatakan, dia siap jika Luhut ingin bertemu membahas kegagalan pemerintahan Jokowi-JK selama 3,5 tahun ini. Bahkan Fadli dengan lantang mengajak Luhut untuk debat terbuka.
Saat ini, Fadli memang sedang mempersiapkan buku yang berjudul ‘Seratus Janji Jokowi-JK’. Bukunya ini diklaim dominan berisi kegagalan pemerintah Jokowi-JK selama 3,5 tahun, karena belum berhasil mewujudkan janji kampanyenya dahulu. Padahal menurut eike bagus loh kalau judul bukunya ‘Seratus Kegagalan Jokowi-JK’, kenapa gak dibikin gitu judulnya? Takut tercyduk ya Om?
Tapi kalau seandainya kita mengingat kembali ulah Pak Prabowo dalam pidato sebelumnya yang mengatakan Indonesia bubar 2030, tampaknya data yang disajikan gak cukup tuh untuk menopang pernyataan kritikan tersebut. Lantas apa yang membuat kita berpikir bahwa Fadli gak akan melakukan hal yang sama dengan buku ini? Tanya kenapa coba, mungkin rumput bergoyang tau jawabnya, buahahaha. (K16)