“Ya adalah yang diomongin. Kalau aku sama Presiden kan selalu positif, aku kalau berbicara bukan untuk diri sendiri, nggak ada kepentingan pribadi (semua untuk rakyat).” ~ Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah.
PinterPolitik.com
[dropcap]D[/dropcap]alam dunia politik, gak ada lah ya yang namanya musuh abadi. Toh jika saat ini seseorang tengah menjadi musuh, bisa jadi kelak ia akan menjadi teman seperjuangan. Begitulah pandangan kita saat melihat mesranya Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah saat berbincang kecil dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat bukber di kediaman Ketua DPR, Bambang Soesatyo.
Padahal sosok Bang Fahri ini terkenal akan hobi nyinyirnya pada Jokowi loh. Tapi ternyata pas mereka lagi dekat, terasa akrab aja tuh. Para politisi mah emang paling pinter memainkan perannya di panggung politik. Kalau kaku saklek mah bukan politisi namanya. Yang ada nanti malah rugi sendiri kalau kayak gitu.
Harusnya sih masyarakat juga bisa mengadaptasi gaya komunikasi politik Bang Fahri ini. Khususnya mereka yang juga hobi nyinyirin Presidennya sendiri. Jadi, pisahkan antara mengkritik sama benci yang berlebihan! Kalau apa-apa salah Pakde Jokowi, itu mah namanya kritikannya udah keterlaluan. Hadeuh.
Tapi palingan Fahri selepas acara bukber itu tetep bakalan fasih nyinyir ria lagi ke Jokowi. Ya jelas aja gitu, kan peran dia sebagai bagian dari oposisi Pemerintah. Wajar aja klo sedikit-dikit kritik ke Pemerintah, ya meski banyakan yang pedesnya sih, hahaha. Memang udah sunnatullah-nya DPR mengawasi Pemerintah.
Nah, masalahnya nih ya, kan masyarakat gak ngerti-ngerti amat untuk bisa membedakan mana peran DPR yang bertugas mengawasi Pemerintah, dan mana yang berperan sebagai oposisi. Jadi ketika Bang Fahri nyinyirin Pemerintah, itu seakan sudah merupakan tugas DPR. Padahal sih gegara peran oposisi aja keles.
Toh politik itu memang seni untuk merebut kekuasaan. Jadi seringnya Bang Fahri nyinyir ya untuk tujuan agar Pemerintahan Jokowi gak lanjut dua periode. Dan yang pastinya nanti digantikan dari para politisi dari kubu oposisi. Sa ae lau. Jadi suara kritikan oposisi jangan melulu dikesankan membela hak rakyat karena aslinya mah demi kepentingan mereka yang juga ingin berkuasa.
Kalau boleh bersuuzdon nih ya, jadi oposisi itu gak enak, kering kerontang gak dapet ‘kue’. Kalau nekat korupsi, nanti dicyduck sama KPK. Serba salah kan? Ya makannya oposisi rame-rame nyinyirin pemimpin negeri ini dan menginginkan pergantian Presiden. Siapa tau Presiden barunya nanti berwelas asih mau berbagi jatah ‘kue’nya sehingga semua pada happy dan gak ada kegaduhan.
Jadi wajar aja lah ya kalau Fahri hobi nyinyirin Pakde Jokowi. Seperti halnya yang dikatakan filsuf Voltaire (1694-1778): “Men hate the individual whom they call avaricious only because nothing can be gained from him.” (K16)