HomeCelotehBudiman Takut Tersaingi

Budiman Takut Tersaingi

“I am not perfect, never were, never will be.” – Awkarin yang sudah strong


 PinterPolitik.com

Pak Budiman Sudjatmiko nama depannya saja sudah budiman. Mungkin ini merupakan salah satu faktor mengapa dia mencari esensi dalam berbagai hal, supaya memiliki dasar moral atau budi pekerti yang baik.

Baru-baru ini Pak Budiman berkicau kembali. Dan kali ini dia menyenggol Karin Novilda atau biasa disapa Awkarin. Dalam tweet-nya Pak Budiman menyoroti bahwa kebaikan yang dilakukan Awkarin hanya sebatas sensasi, kurang esensi. Beliau juga mengkomparasikan antara Awkarin yang kebaikannya hanya mencari sensasi dengan Tri Mumpuni yang memang kebaikannya memiliki esensi mendalam.

Budiman pun tak lupa juga menyeret aktivis lingkungan Greta Thunberg yang dikritik mencari perhatian dengan atensi-atensi dunia seperti di forum-forum internasional. Budiman juga membandingkan Greta dengan Butet Manurung yang masuk ke hutan belantara untuk mengabdi.

Iya sih Tri Mumpuni berhasil menerangi 61 desa terpencil di Indonesia. Dan iya sih dia mendapatkan Ashden Award pada tahun 2012. Cuman satu hal yang harus diperhatikan Tri Mumpuni dan Awkarin adalah dua individu yang menempuh jalur sosial yang berbeda.

Mungkin Tri Mumpuni terlihat lebih luhur dengan membangun desa terpencil. Namun adakah guideline baku untuk berbuat kebaikan? Memang Awkarin memiliki masa lalu yang relatif buruk dalam kacamata tradisional namun saat ini Karin berhasil menata hidupnya dan secara aktif membantu memperbaiki permasalahan sosial.

Nyindir selebgram sekelas Awkarin sama aja nyari ribut dengan para social justice warriors generasi muda. Bahkan sampai aktivis sekelas Ananda Badudu dan aktris Dian Sastro pun turut membela Awkarin.

Pak Budiman janganlah sirik. Tiap generasi itu punya panutan. Bapak mungkin adalah poster boy 98’ turun ke jalan dan berurusan dengan aparat. Bapak juga memang lebih substansial dari segi akademik dibanding Awkarin.

Tapi yasudahlah, Karin sudah menjadi poster girl kaum urban milenial. Relakanlah bahwa di masa kontemporer ini kebaikan nyata cenderung lebih disukai dibanding substansi tinggi namun minim praktisi.

Lagian bapak ngapain juga pake analogi sumur, genangan dan samudera. Bilang bahwa Tri Mumpuni dan Butet Manurung adalah sumur, sementara Awkarin dan Greta Thunberg adalah genangan. Menjadi samudera tidaklah mudah. Apa salahnya menjadi genangan sebagai langkah awal?

Bapak jangan takut tersaingi. Tiap tokoh punya lapaknya masing-masing. Bapak kan sekarang sedang di atas, seperti orang-orang yang bapak demo tahun 1998 dulu. Eh lupa, Pak Budiman gak lolos ke parlemen ya? (M52)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Baca juga :  Mereka yang Menunggu Panggilan Prabowo
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Gerindra-PKS Tega Anies Sendiri?

“Being alone is very difficult.” – Yoko Ono PinterPolitik.com Menjelang pergantian tahun biasanya orang-orang akan punya resolusi baru. Malah sering kali resolusi tahun-tahun sebelumnya yang belum...

Ada Luhut, Langkah Bamsoet Surut?

“Empires won by conquest have always fallen either by revolt within or by defeat by a rival.” – John Boyd Orr, Scottish Physician and...

Balasan Jokowi pada Uni Eropa

“Negotiations are a euphemism for capitulation if the shadow of power is not cast across the bargaining table.” – George P. Shultz PinterPolitik.com Sekali-kali mari kita...