HomeCelotehBPK Sarang Politisi

BPK Sarang Politisi

“Iya kan selama ini sebelumnya juga sama (politikus),” – Sri Mulyani yang mengenang BPK


 PinterPolitik.com

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kembali dikritik. Baru-baru ini BPK melantik lima orang pimpinannya. Tapi yang berasal dari internal BPK cuma satu orang, sisanya orang partai politik. Pertanyaan pun muncul, ngapain politisi kerja di BPK?

Ada pendapat mengatakan bahwa BPK itu tempat pengungsian bagi para politisi yang gagal duduk di Senayan. Kalah perang mungkin makanya ngungsi. Tapi hal ini dinilai lumrah oleh Sri Mulyani.

Menurut Menteri Keuangan tersebut, sebelumnya kursi jabatan di BPK juga diisi para politisi. Yang menjadi persoalan adalah apakah para politisi ini setia pada sumpah jabatan. Sumpah politisi itu terkenal dengan kepalsuannya. Mereka sering kali mengumbar janji manis tapi pas kepilih malah menyelewengkan wewenang. Takutnya ntar pas jadi pejabat BPK begitu lagi.

Tapi dominasi partai politik di BPK perlu dipertanyakan. BPK ini kan punya peran krusial untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Berarti orang-orang yang masuk ke sana sudah sepatutnya memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi.

Pejabat baru yang dari internal BPK kan cuman satu, Pak Hendra Susanto. Lainnya seperti Pak Achsanul Qosasi memang punya latar belakang pendidikan. Pak Harry Azhar Azis apalagi, meski pernah jadi Ketua BPK, tapi sayangnya pernah kesangkut kasus Panama Papers.

Jika BPK dipenuhi politisi, maka ada ketakutan bahwa akan timbul konflik kepentingan. Lagi pula BPK sudah sering dikritik karena proses seleksinya yang tidak transparan.

Coba kita pikirkan ya, anggota BPK ini kan dipilih melalui proses di DPR yang isinya anggota-anggota partai. Terus, anggota BPK yang terpilih ya ternyata orang-orang partai juga, jadi ya wajar aja publik jadi bertanya-tanya soal transparansi proses pemilihan anggota lembaga audit tersebut.

Mungkin BPK selain sebagai tempat pengungsian, juga berfungsi sebagai pelipur lara bagi para politisi yang gagal duduk di Senayan. Jadi, ya BPK ini mungkin semacam rumah pensiun buat politisi-politisi yang tergusur dari parlemen. Ya udah deh pak, seneng-seneng di BPK tapi jangan lupa sumpah jabatan ya. (M52)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Baca juga :  Effendi Simbolon: Membelah Laut “Merah”?
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

#Trending Article

More Stories

Gerindra-PKS Tega Anies Sendiri?

“Being alone is very difficult.” – Yoko Ono PinterPolitik.com Menjelang pergantian tahun biasanya orang-orang akan punya resolusi baru. Malah sering kali resolusi tahun-tahun sebelumnya yang belum...

Ada Luhut, Langkah Bamsoet Surut?

“Empires won by conquest have always fallen either by revolt within or by defeat by a rival.” – John Boyd Orr, Scottish Physician and...

Balasan Jokowi pada Uni Eropa

“Negotiations are a euphemism for capitulation if the shadow of power is not cast across the bargaining table.” – George P. Shultz PinterPolitik.com Sekali-kali mari kita...