“Semoga orang-orang yang demikian itu bisa lebih fokus mengkritik substansi, dibanding sekadar merendahkan hanya karena gender,” ~ Politikus muda Partai Solidaritas Indonesia, Tsamara Amany Alatas.
PinterPolitik.com
[dropcap]N[/dropcap]ama politikus muda Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Tsamara Amany memang kerap menghiasi pemberitaan di media massa. Hal yang paling disoroti adalah keberaniannya dalam mengkritik lawan politik. Tapi kritikannya ini acap kali berimbas pada pelecahan balik terhadap dirinya di media sosial.
Ya begitulah politik, kita gak akan tau kapan air sungai tiba-tiba meluap karena bertambahnya debit air dari hulu sungai. Kalau sampai tidak siap, maka diri ini bisa tertelan olehnya. Nah kan pelajaran banget tuh buat politisi muda seperti Tsamara. Meski datanya kredibel, tapi ngeritik itu tetap ada etikanya.
Jadi jangan asal caplas-ceplos, apalagi kalau hanya sekedar mencari panggung untuk eksistensi partainya. Kalem aja atuh, main gerilya lebih keren kayaknya. Dari pada harus head-to-head sama tokoh politik tertentu. Mmm, bisa amsyong mah itu. Pengalaman emang gak bisa dibohongin deh. Keok nanti ujungnya.
Eits, tapi jangan salah, meski kritikan Tsamara belakangan mengakibatkan dirinya di-bully di media sosial, sekarang Ketua DPP PSI ini udah punya Bodyguard loh yang siap melindungi di dunia maya. Mereka adalah Sosiolog Ariel Heryanto dan politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko. Cie Cie diapit dua cowo tamvan nih.
Baru memulai karirnya sebagai politikus, seorang spt @TsamaraDKI sudah dilecehkan secara bertubi2 di media sosial. Ini semakin meneguhkan harapan saya akan hadirnya Presiden RI perempuan yg memperjuangkan kehidupan publik yang lebih beradab pada perempuan di ruang publik.
— Ariel Heryanto (@ariel_heryanto) April 23, 2018
Menurut Ariel, kalau mau membalas kritikan terhadap Tsamara itu harus ngeliat substansi pembahasannya, bukan malah menyerang pribadi. Terlebih kebanyakan mengindikasikan sifat anti-perempuan. Yang kayak gini nih cara berpikir yang gak sehat. Ya berhusnuzon aja ya. Siapa tau orang-orang itu baru sok-sokan belajar ngeritik.
Yg aku sedih justru adlh orang2 yg sdh pernah dpt banyak proyek atas nama ide2 liberal, tp krn sekarang berseberangan dgn @jokowi & @TsamaraDKI di kubu Jokowi, membiarkannya dilecehkan. Orang2 spt itu akan jd pecundang di rezim apapun CC @ariel_heryanto
— Budiman Sudjatmiko (@budimandjatmiko) April 23, 2018
Sedangkan Budiman berpendapat kalau banyak Warganet yang masih awam akan pendidikan politik. Dan ada kalanya dibarengi dengan hilangnya rasa empati atas Tsamara. Mereka-mereka ini dalam pandangan Tsamara, lebih mirip kaum konservatif radikal. Ya hobi mereka itu memang melulu menyerang identitas perbedaan gender. Hadeuh.
Semoga orang2 yg demikian itu bisa lebih fokus mengkritik substansi dibanding sekadar merendahkan hanya karena gender. Bukan hanya pd saya, tp pd setiap perempuan. Tp saya percaya para perempuan hebat Indonesia tidak akan tunduk pada hinaan-hinaan semacam itu Prof?? https://t.co/6WKK4c3J8s
— Tsamara Amany Alatas (@TsamaraDKI) April 23, 2018
Dengan dua bodyguard di media sosial ini, setidaknya bisa bikin Tsamara bernapas lega tanpa perlu was-was bersosmed. Kalau ada salah caption dalam unggahan. Ya tinggal panggil dua pangeran ganteng ini aja lagi, iya gak! Lah tapi bukan lantas ini dijadikan pembenaran atas setiap kritkan yang Tsamara lakukan sendiri kepada pihak lain loh ya. Jadi tetep harus intropeksi diri. Kalau ngaca itu ya pakai kaca yang besar, biar keliatan dari ujung kaki sampai kepala. Jangan ngacanya cuma pakai kaca rautan yang mini itu. Wew. (K16)