“Perut yang terisi merupakan segalanya, yang lain adalah kemewahan.” ~Konfusius
PinterPolitik.com
[dropcap]C[/dropcap]olak-colek, colak-colek, hobi pejabat sekarang. Colak-colek colak-colek, bikin pusing kepalang. Hayoo, siapa yang bacanya sambil nyanyi? Hehehe.
Nggak apa-apa gaes, biar rileks. Biar rileks dikit nontonin para bawahan Presiden Joko Widodo yang lagi senang main colek-colekan. Saling menyalahkan gitu. Nggak kompak banget deh ah.
Misalnya aja kisruh antara Kepala Bulog Budi Waseso dan Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita yang sampai sekarang terus berlanjut. Gimana nih Pakde? Bawahannya kisruh kok diam saja? Yang teriak-teriak malah kubu oposisi. Makin gaduh dech…
Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin yakin Presiden Jokowi dapat menyelesaikan masalah ini. Jadi nggak perlu terlalu dibesar-besarkan.
Emm, moon maap Pak. Bukannya memang masalah besar ya? Ini masalah perut rakyat dan keuangan negara loh. Penting!
Impor nggak impor, yang penting perut rakyat kenyang... Share on XWakil Sekretaris TKN Raja Juli Antoni menilai, permasalahan impor beras memang salah satu masalah klasik di Indonesia. Salah satu penyebabnya karena adanya perbedaan data antara Bulog dengan Kemendag. Masalahnya sudah akut.
Waduhh, kalau sudah akut harusnya jangan dianggap sepele ya. Nanti makin nggak sehat gimana?
Ternyata gaes, ada perbedaan data antara Bulog dan Kemendag. Mereka sama-sama punya klaim seberapa besar kebutuhan beras masyarakat. Menurut Bulog, cadangan yang kita punya sekarang sudah cukup. Tapi menurut Kemendag nggak cukup. Jadi sebenarnya perlu impor atau nggak heyyyy?
Saat ini, Buwas menyebut cadangan beras di gudang Bulog mencapai 2,4 juta ton. Belum termasuk beras impor yang akan masuk pada Oktober sebesar 400.000 ton sehingga total cadangannya menjadi 2,8 juta ton.
Dari total cadangan, Bulog memperhitungkan kebutuhan untuk Beras Sejahtera (Rastra) hanya akan terpakai 100.000 ton. Belum tambahan dari serapan gabah dari dalam negeri.
Sementara itu, Kemendag bilang kalau kebutuhan beras di Indonesia sebesar 2,4-2,7 juta ton per bulan. Tercatat setiap orang mengonsumsi beras sebanyak 130 kg.
Nah, menurut Bulog, data tersebut itu rancu, sehingga membuat asumsi kebutuhan beras lebih banyak dari yang seharusnya.
Di sisi lain, Kemendag nggak mau disalahkan. Mendag Enggar mengatakan, kewajiban Bulog untuk mengimpor beras sebesar 2 juta ton sudah ditentukan dalam rapat koordinasi (rakor) antar kementerian.
Meski begitu, Bulog dapat memperpanjang izin impor beras mengingat proses masukanya yang membutuhkan waktu.
Hmm, bingung juga kalau sama-sama merasa benar begini. Terserah deh, yang penting harga beras jangan sampai melonjak ya. Kalau turun boleh… (E36)