“Uang hanyalah lembaran kertas, tetapi banyak manusia hilang akal karenanya.” ~Anonim
PinterPolitik.com
[dropcap]S[/dropcap]atu per satu pemimpin daerah berguguran tinggalkan bangku kekuasaannya. Mending ya kalau gugurnya karena meninggal di medan perang. Nah, ini, gugurnya karena kena Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK. Wah, wah, malu-maluin banget ya gaes?
Saking lagi musimnya OTT KPK nih, Ketua DPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) sampai berpikir, kayaknya kita perlu mengevaluasi pemilihan langsung pemimpin daerah atau pilkada deh. Kenapa?
Menurut Bamsoet, sistem pemilihan umum yang diterapkan di Indonesia membutuhkan biaya politik yang tinggi. Pasang baliho, banner, stiker, umbul-umbul kan butuh dana besar. Belum lagi uang untuk bikin kaos dan acara dangdutan. Waduhh, dananya bisa buat ngelunasin cicilan Rumah DP nol Rupiah kali ya. Edededehhh…
Faktanya emang begitu gaes, dana kampanye itu besar banget. Setiap calon pasti berlomba-lomba untuk menarik hati rakyat. Sampai kayaknya, pakai jatah alat peraga kampanye dari KPUD tuh nggak cukup. Malah ada juga yang sampai melancarkan serangan fajar. Ngeri nggak tuh?
Makannya nggak kaget deh kalau ada kasus politisi yang jadi gila setelah kalah pemilu. Tapi yang nggak kalah miris, yang menang ternyata juga bisa jadi gila juga. Tetap punya akal sehat sih, namun jadi gila uang. Apa-apa diduitin, terima suap, gratifikasi, dan tindakan korupsi lainnya demi bisa balikin modal kampanye. Kalau dipikir-pikir bahaya juga ya sistem demokrasi itu?
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo sih mengatakan, sistem pemilu saat ini sudah baik. Rakyat diberikan kewenangan untuk memilih. Ya, kalaupun ada satu dua pejabat yang korupsi kan tetap nggak bisa dipukul rata. Meski begitu, Tjahjo mengaku tak masalah untuk memperbaiki sistem, memperkuat sistem, dan mengoptimalkan.
Kalaupun mau dievaluasi, pihaknya terbuka, pemerintah, KPU, Parpol, DPR, kalau mau bahas ulang silakan, tapi menurutnya, aturan yang berjalan selama ini sudah bagus. Tjahjo menilai, kan kita punya KPK, di mana fungsi penjegahannya sudah bagus. Kalau ternyata aspek pencegahannya tidak berjalan, kan ada aspek pembinaan.
Yowis, gimana sebagai solusi, semua politisi yang menang pemilu di undang ke acara Rumah Uya Kuya. Biar bisa dihipnotis dan ditanya-tanya, apakah punya niat korupsi atau nggak. Ide bagus bukan? Hehehe. (E36)