“Australia negeri wool (katanya, katanya). Aborigin sukunya (katanya, katanya). Bumerang senjatanya (wow, wow). Kanguru binatangnya.” – Trio Kwek Kwek, Katanya
Pinterpolitik.com
[dropcap]H[/dropcap]ai gaes, apa kalian termasuk orang yang suka memantau perkembangan Pilpres lewat media? Selama ini, kalian membaca berita terkait Pilpres dari media mana? Kalau selama ini kalian baca dari berita nasional, coba sekali-sekali baca peliputan media luar negeri terkait pesta demokrasi ini.
Ternyata gaes, ada hal yang cukup mengagetkan terkait penulisan media internasional terkait Pemilu di Tanah Air, terutama dari situs atau penulis asal Negeri Kanguru, Australia. Di beberapa tulisan, disebutkan bahwa Jokowi menjadi sosok yang berpotensi meraih kemenangan di Pilpres 2019.
Yang membuat lebih mengagetkan, ada tulisan yang secara spesifik menyebutkan bahwa Jokowi adalah kandidat terbaik di Pilpres Indonesia bagi Australia dan bahkan dunia secara umum. Wow, aku terkejut!
Tulisan milik Liam Gammon dari Australian National University (ANU) di laman East Asia Forum menjadi gambaran dari hal tersebut. Ia menuliskan bahwa kemenangan Jokowi dapat memberikan stabilitas, pragmatisme, dan prediktabilitas dalam hal ekonomi serta hubungan internasional. Nah loh!
Loh, kok portal-portal asal Australia banyak mengabarkan Jokowi sosok yang lebih baik ya di Pilpres 2019? Share on XTulisan itu ternyata tidak hanya berhenti di laman East Asia Forum. Di beberapa portal lain, tulisan itu sempat dikutip atau dimuat ulang, seperti di situs Asian Correspondent yang juga punya kantor di Australia.
Kalau belum cukup, masih ada lagi gaes. Masih di East Asia Forum, ada tulisan dari dewan editorial Australian National University (ANU) yang menggambarkan kalau Jokowi telah melakukan banyak hal bagi pembangunan ekonomi dan meninggalkan warisan tersendiri di Indonesia.
Tidak hanya itu, tulisan itu menyebutkan bahwa akan sangat sayang jika warisan tersebut tidak dilanjutkan oleh Jokowi dan justru diberikan kepada lawannya, Prabowo Subianto.
Di luar tulisan-tulisan itu, kalau mau diubek-ubek dan disebutin satu-satu, bisa gak kelar-kelar ini artikel. Coba deh kalau lagi banyak kuota, dilihat-lihat tulisan dan berita dari negara tetangga kita di selatan itu.
Di satu sisi, tulisan-tulisan itu dapat menjadi gambaran bahwa Jokowi menjadi sosok yang lebih disukai oleh negara-negara yang menjadi tolak ukur internasional seperti Australia. Meski demikian, tulisan-tulisan itu dapat dilihat dari sisi yang lain gaes.
Ilustrasi paling mudah untuk menggambarkan sisi lain itu bisa dilhat di tulisannya Gammon. Di tulisan itu jelas-jelas ditulis kalau Jokowi itu lebih bisa memberikan stabilitas, pragmatisme, dan prediktabilitas dalam hal ekonomi dan hubungan internasional.
Nah, dalam konteks tersebut, bisa saja diartikan bahwa sosok Jokowi adalah sosok yang lebih digemari oleh Australia karena bisa diajak bekerja sama. Dalam kadar tertentu, bisa saja ada yang mengartikan kalau sang petahana ini lebih mudah “setuju” – kalau tak mau dibilang tunduk pada pihak luar.
Waduh, memang sih hubungan dan pergaulan internasional itu penting. Tapi, sulit juga kalau misalnya terlalu bisa diajak bekerja sama, apalagi sampai tunduk.
Pada akhirnya, belum jelas apakah Australia secara resmi mendukung pencalonan Jokowi atau tidak. Kalau ada yang bertanya-tanya, mungkin jawaban ini baru akan terjawab setelah pencoblosan nanti. (H33)