Site icon PinterPolitik.com

Asmara Dedi Terjegal Emil

Asmara Golkar Terjegal Emil

Kemana hati Golkar ‘kan berlabuh? Ikuti terus kisahnya hanya di portal berita kesayangan Anda.


PinterPolitik.com 

 

[dropcap size=big]S[/dropcap]etuju atau tidak, kalau kehidupan bernegara kita sehari-hari tak lepas dari sepak terjang partai politik? Mulai dari harga BBM, penentuan tarif PLN, pembentukan Pansus KPK, hingga menurunkan orang untuk dipilih dalam pesta demokrasi, pasti melibatkan orang-orang di partai politik.

Nah, diantara partai yang sibuk kasak kusuk mempersiapkan strategi dan diri itu, ada Golkar yang selama sepekan tersandung drama-drama partai. Di tengah-tengah kondisi Setya Novanto yang ‘sekarat’, ada kisah Dedi dan Emil yang berebut cinta Golkar.

Sebagaimana pujaan hati, Golkar dilihat oleh Dedi dan Emil sebagai sosok ideal yang bisa menyerap aspirasi dan mengobarkan semangat kepentingan, eh maksudnya perjuangannya. Setidaknya, ada semangat yang tiba-tiba membuncah tatkala berhadapan dengan pujaan hati. Tepat seperti itulah yang dirasakan Dedi dan Emil.

Awalnya, Golkar dan Dedi sudah saling cinta. Apalagi lelaki asal Purwakarta ini bisa membawa Golkar jadi lebih baik untuk keluarga besar Purwakarta, daerah Dedi berkuasa, maksudnya berasal. Dengan keberadaan Dedi juga, setidaknya, penilaian keluarga besar Purwakarta terhadap Golkar, bisa adem. Dedi merasa bahagia, sebab waktu, pikiran, dan tenaga yang sudah dihabiskan tak sia-sia. Apapun dilakukan asal partai yang dicintainya bisa jadi yang pertama.

Berkat Dedi juga, Golkar bisa lebih fleksibel dan merakyat dengan mengusung jargon, “gerakan sosial Partai Golkar”. Wah, tak pernah Golkar bergerilya seperti itu sebelumnya. Tiap pelantikan di titik Purwakarta, pasti ada bagi-bagi ternak, modal usaha, hingga modal untuk berobat dari Golkar.

Saat detik-detik menuju ‘pelaminan’, datanglah pemuda kaya, ganteng, sholeh, dan aktif di sosial media. Ridwan Kamil namanya. Seketika itu pula Golkar mengalihkan matanya seraya berkata, “Hmm, dibandingkan Dedi, Emil jelas lebih punya segalanya. Bagaimana kalau aku menikah dengannya saja?”. Keluarga besar Golkar tak melawan, malah ramai-ramai berembuk.

Kepastian hilang tenggelam, malah drama Papa Golkar yang sekarat memenuhi pemberitaan. Di sela-sela sakit sang Papa itulah, muncul surat untuk Emil supaya maju jadi Gubernur Jabar, tertanda Papa dan Om Idrus. Walaupun dipastikan surat itu hoaks, bohong kalau Dedi tak kecewa dan sakit hati.

foto: istimewa

Merasa dikhianati, Dedi menyatakan kekecewaannya. Ia mengaku ditelpon dan diperas Rp 10 miliar supaya bisa masuk pelaminan. Emil datang layaknya orang ketiga dalam sebuah hubungan. Tawaran pesona dan kemewahan darinya, tentu menggiurkan. Tapi percayalah, seperti orang ketiga, sesudahnya hanyalah sesal yang tersisa.

Pesan untuk Golkar, janganlah kemaruk seperti Papa. Karma itu pedih, lho. Kalau mau usai dengan Dedi, cepat beri kepastian, sebab menunggu adalah hal yang mengesalkan. Sebelum janur kuning melengkung, apa saja memang masih bisa diperdebatkan, tapi please jangan menggunting dalam lipatan alias jangan jadi pengecut! Tentukan sikapmu, sebab itu tanda partai sopan santun. (A27)

Exit mobile version