“Politik identik dengan isyarat, isyarat berbahaya kalau tidak identik.”
PinterPolitik.com
[dropcap]D[/dropcap]isimak baik-baik ya gengs berita di bawah ini.
Pemuda yang tergabung dalam organisasi Poros Indonesia Muda melakukan aksi simpatik melepas sejumlah balon di depan kantor KPU RI, Jalan Imam Bonjol Jakarta Pusat.
Koordinator Nasional Poros Indonesia Muda, Arman Saputra mengatakan aksi melepas “balon harapan” itu dilakukan karena mereka sudah jenuh dengan pemimpin maupun calon pemimpin yang berusia tua, seperti calon petahana Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Padahal, generasi muda yang menjadi pemimpin diyakini akan lebih banyak menciptakan inovasi nyata dalam memperbaiki keadaan bangsa. Hal itu terbukti dari banyaknya kepala daerah muda yang mampu memimpin daerahnya dengan baik.
Nah sudah ada kesimpulan yang bisa kalian tarik dari pernyataan di atas? Ahahaha, kayak belajar bahasa Indonesia ya?
Apa, masih belum dapat poinnya gengs? Oke deh dilanjutin ya, kali ini masih menurut Arman Saputra gengs.
Kata doi, politik nasional masih didominasi oleh generasi senja, yaitu elit politik yang berusia di atas 50 tahun. Akibatnya terjadi kesenjangan antara kepemimpinan politik nasional dengan kebutuhan bangsa Indonesia ke depan. Maka terjadi kejenuhan politik dalam menghadapi tahapan Pilpres 2019.
Sebelum kita tarik kesimpulan dari pernyataan di atas, eyke mau nanya sama kalian. Apa kalian setuju dengan pemimpin muda? Dalam hal ini pemimpin untuk Presiden RI ya.
Gimana, setuju enggak gengs? Apa benar Indonesia sedang krisis kepemimpinan, sehingga harus anak muda lagi yang mengambil peran ini? Ayo gimana nih gengs?
Memang benar sih selama 10 tahun terakhir generasi muda terus melahirkan banyak terobosan dan perubahan. Baik di ranah ekonomi digital, industri kreatif dan gerakan sosial. Dalam politik lokal, banyak bupati/walikota dan gubernur berusia muda yang telah menorehkan banyak prestasi dalam memimpin daerah.
Namun, kabar baik itu terhenti saat bicara tentang sirkulasi elit dan kepemimpinan nasional. Hmmm, betul apa betul gengs?
Jadi kesimpulannya gengs, kalau kita lihat Jokowi, sepertinya tidak akan mungkin mundur sebagai capres, mengingat koalisi sudah bulat menetapkan namanya.
Pemimpin muda akan mungkin terjadi jika Prabowo merelakan dirinya untuk menahan diri dan menyerahkan posisi untuk Pilpres kepada generasi muda. Dalam hal ini kita posisikan saja Anies Baswedan yang berpasangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Ahahaha.
Nah apakah mungkin pelepasan balon harapan ini sebuah kode keras untuk koalisi Prabowo agar menyerahkan estafet kepemimpinan kepada Anis-AHY? Kenapa tidak, mereka kan masih sama-sama muda tuh. Ahahah, isa ae ya gengs kode-kodenya.
Tapi kalau sampai benar sih ini mainan siapa kali ya hehehe. (G35)