“Negara yang seburuk ini saja kebudayaan dan kehidupan sehari-harinya paling nyaman di seluruh dunia”. – Cak Nun
PinterPolitik.com
[dropcap]A[/dropcap]ncaman yang dikemukakan oleh politisi senior PAN, Amien Rais tentang people power beberapa waktu lalu memang bikin banyak orang bergidik.
Bukannya gimana-gimana ya, kan jadi bikin orang takut mau datang ke TPS buat nyoblos. Tapi bagus juga sih, biar Jakarta nggak macet cuy kalau orang-orang pada takut keluar rumah. Hehe.
Soalnya gagasan people power itu identik dengan revolusi, di mana ada gerakan massa yang besar yang menyuarakan protes atau mendesak terjadinya hal tertentu yang besar pula.
Tengok saja people power di Filipina waktu menggulingkan rezim Ferdinand Marcos, atau yang terjadi dalam gelombang Arab Spring di beberapa negara Timur Tengah yang menandai berakhirnya beberapa rezim otoritarian.
Kata-kata Amien nggak bisa dianggap remeh loh. Soalnya doi itu kan lulusan University of Chicago. Kampus yang didirikan oleh John Davison Rockefeller Sr. ini emang bukan sembarangan. Share on XHampir semua aksi tersebut kan juga diwarnai oleh gelombang massa besar yang bisa ciptakan kekacauan.
Apalagi, people power juga melambangkan ketidakpercayaan terhadap institusi-institusi negara. Dalam hal Pemilu, itu bisa berarti masyarakat nggak percaya lagi pada KPU, Bawaslu, hingga Mahkamah Konstitusi (MK) yang biasanya menangani sengketa Pemilu.
Jadi, apa yang dibilang sama Mbah Amien emang menyeramkan kalau benar kejadian.
Tapi, potensi terjadinya people power ini dibantah oleh banyak pihak. Salah satunya datang dari sosok intelektual dan pendakwah, Muhammad Ainun Nadjib atau yang populer dikenal dengan nama Cak Nun.
Kata Cak Nun, negara sudah punya mekanisme untuk menyelesaikan sengketa Pemilu, yaitu lewat MK. Jadi bakal sulit bisa terjadi people power. Yang paling mungkin adalah adanya mobilisasi massa untuk melakukan protes dan sejenisnya.
Hmm, bener juga sih kata Cak Nun. Tapi, kata-kata Amien Rais juga nggak bisa dianggap remeh loh. Soalnya doi itu kan lulusan University of Chicago.
Kampus yang didirikan oleh John Davison Rockefeller Sr. – orang Amerika terkaya yang pernah hidup – ini emang bukan sembarangan. Soalnya ada tuh istilah Chicago connection yang merujuk pada orang-orang yang pernah jadi alumni atau berhubungan dengan kampus ini yang berperan besar dalam perubahan di dunia.
Tokoh seperti ekonom Milton Friedman yang terkenal karena paham moneterisme dari Chicago School of Economics adalah salah satu contohnya. Bukan kebetulan pula bahwa moneterisme adalah salah satu alasan di balik krisis 1998 di Indonesia – bertepatan dengan munculnya Amien Rais sebagai sosok yang dianggap berjasa menggulingkan Soeharto.
Keluarga Rockefeller juga saat ini masih jadi salah satu keluarga paling berkuasa di dunia loh. Dulu si Rockefeller senior yang dirikan Standard Oil Company. Nama-nama perusahaan seperti ExxonMobil, Chevron, British Petroleum (BP) dan beberapa lainnya itu sebenernya punya afiliasi ke sana juga.
Artinya, jika Amien bilang ada people power, maka ucapan tersebut sangat mungkin punya makna yang jauh lebih besar pula. Ia telah berhasil menggulingkan satu presiden – eh dua ding, Gus Dur juga soalnya – apakah kali ini ia akan berhasil menggulingkan satu presiden lagi?
Tak ada yang tahu pasti.
Yang jelas, kata-kata Mbah Amien tak bisa dianggap remeh begitu saja. Dulu ia diruwat oleh warga Yogyakarta biar nggak jadi Sengkuni. Sekarang, ia diberi nasehat agar segera kerokan dan minum jamu, biar nggak masuk angin. Namanya juga orang tua. Hadeh.
Tapi, harapannya tetap seperti yang dibilang Cak Nun sih. Soalnya kalau kacau kan bahaya juga.
Lagian, siapa sih yang punya kepentingan kalau Indonesia kacau? Yang itu-itu juga kali ya, mereka yang terdampak nasionalisasi. Uuppss, hanya Ebiet G. Ade yang tahu. (S13)