Site icon PinterPolitik.com

Amien, Capres ‘Badut’ PAN

Amien, Capres ‘Badut’ PAN

Istimewa

“Amien Rais mengkhayal terlalu tinggi. Modal politiknya tidak cukup, kalau jatuh bisa nyungsep, kasihan kan? Dia sudah tidak laku untuk dijadikan (Calon Presiden), tapi untuk sekadar dijadikan badut, oke lah. ~ Ketua DPP Hanura, Inas Nasrullah Zubir.


PinterPolitik.com

[dropcap]K[/dropcap]emenangan Mahathir Mohamad dengan partai oposisinya, Pakatan Harapan, atas Perdana Menteri petahana Najib Razak pada Pemilu Malaysia lalu, sepertinya menginspirasi para politisi oposisi Indonesia. Gak terkecuali Ketua Dewan Kehormatan PAN, Amien Rais. Katanya sih, melihat kemenangan Mahathir, membuat Amien serasa lebih muda lagi, hahaha.

Kalau Mahathir di usianya yang ke-92 tahun aja bisa menaklukan partai penguasa, gak menutup kemungkinan dung, Amien Rais yang “baru” berusia 74 tahun juga bisa melakukan hal yang sama. Ada ya ingin nyapres cuma gegera atas kesamaan usia yang  udah udzur? Unfaedah banget gak sih?

Btw, emangnya rekam jejak karir politik Amien segemilang Mahathir? Perbedaan yang kentara tuh, Mahathir sebelum ini juga pernah menjadi Perdana Menteri Malaysia pada tahun 1981. Lah, Amien punya apa coba? Paling cuma pernah jadi Ketua MPR tahun 1999. Prestasi jauh gitu kok coba nyama-nyamain?

Jadi wajar aja kalau ada politisi lain yang sewot. Ya seperti sewotnya Ketua DPP Partai Hanura, Inas Nasrullah Zubir yang meledek Amien lebih cocok jadi badut ketimbang maju jadi Calon Presiden. Tsadeest banget cibirannya. Kalau cocok jadi badut, cemong dung mukanya si Amien? Eike gak berani bayangin ah.

Lagian nih ya, Mahathir itu berkompetisi dengan Najib dalam rangka membawa semangat perubahan yang nyata. Bukan cuma tuding sana-sini ala nyinyirnya Amien pada Presiden Jokowi. Giliran disemes balik dan ditanya dasar tudingannya, eh dianya gelagapan. Jiah, cape deh. Makanya, jangan asal kalo mengkritik. Hadeuh.

Yang namanya politisi kepedean ya kayak gini. Apa gegara predikat bapak reformasi yang tersematkan, lantas membuat Amien jadi besar kepala untuk mengkritisi segala kebijakan Pemerintah, sekalipun itu tanpa dasar? Ya gak gitu juga keles. Sebaiknya Amien merenungkan perkataan filsuf Desiderius Erasmus (1466-1536): “Don’t give your advice before you are called upon.” (K16)

Exit mobile version