Adanya kelompok-kelompok yang mengatasnamakan massa 212 menjadi sorotan, benarkah para demonstran di 212 itu tengah dipolitisasi?
PinterPolitik.com
“Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan.”
[dropcap]M[/dropcap]emasuki masa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak, sepertinya mulai membuat beberapa oknum ingin menggunakan “kekuatan massa” 212 demi kepentingan pribadi, kelompok, maupun partai politik tertentu.
Jumlah manusia yang konon mencapai jutaan, dengan estimasi yang belum jelas berapa di depan angka nol-nya ini, memang bagaikan hidangan kebuli dengan daging kambing yang asap panasnya masih mengepul, bagi para oportunis. Hidangan yang sungguh menggiurkan, menjanjikan keuntungan, tak hanya uang tapi juga raihan suara.
Jadi bukan sulap bukan sihir, bila ada pribadi maupun kelompok yang tiba-tiba ngeluarin bendera dan merasa punya hak untuk mewakili jutaan umat ini. Semakin dekat Pilkada, semakin banyak jumlah kelompoknya. Berupaya mencari celah untuk mengais rezeki yang barangkali saja nyangkut ke organisasi mereka.
Tapi jumlah kelompok yang menjamur dengan iming-iming massa 212 ini, pada akhirnya menimbulkan konflik di antaranya. Masing-masing pun mulai meneriakkan kalau merekalah para pemimpin 212 yang sejati. Tarik menarik pun terjadi, padahal orang-orang yang dulu ikutan ngumpul di jalanan itu, pun udah enggak peduli lagi.
Yg politisasi 212 itu Gerindra PKS dan PAN, masa Dahnil Anzar Simanjuntak pura2 tdk tahu atau pura2 buta?https://t.co/AnXfF6dB6H
— Pandapotan_Lubis (@Burju_Lubis) January 30, 2018
Entah habis kepentok apa, Fahri Hamzah secara logis akhirnya menjelaskan kalau adanya kelompok-kelompok tersebut wajar terjadi. Jadi seharusnya sesama kelompok yang mengatasnamakan 212 secara sepihak ini, tak boleh saling berebut massa. Sebab orang-orang yang datang dari berbagai wilayah itu, punya tujuannya masing-masing dan tak mungkin hanya dikoordinir oleh segelintir kelompok saja.
Sementara itu, kegeraman akan adanya kelompok-kelompok yang mengatasnamakan umat Islam, datang dari Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak. Baginya, organisasi yang mengatasnamakan 212 tersebut sudah berusaha untuk mempolitisasi keikhlasan umat Muslim.
Ketidaksetujuan Dahnil dengan kelompok yang ingin menggunakan massa 212 ini, didasari dengan fakta bahwa umat Muslim yang datang dikarenakan adanya musuh bersama. Massa berkumpul karena rasa sakit hati yang sama, yaitu pernyataan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dinilai menistakan kitab suci mereka.
Sehingga bila ada sosok atau kelompok tertentu yang menyatakan massa yang berkumpul adalah massa “milik mereka”, maka tentu mereka telah menyalahgunakan keikhlasan umat Islam. Nah, kira-kira bagaimana ya sikap umat Muslim sendiri dengan adanya klaim sekelompok orang yang menasbihkan diri sebagai pemimpin mereka? (R24)