“Jangan kamu berlaku curang terhadap dirimu sendiri, terlebih kamu memberi kecurangan itu kepada orang lain. Jika itu terjadi tunggu waktu kamu akan merugi.”
PinterPolitik.com
[dropcap]N[/dropcap]iat “perselingkuhan” ini diawali dari niat baik Airlangga Hartarto ke rumah Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tak disangka, niat baik ini menjadi skandal yang menyedihkan.
Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief yang menjadi saksi dalam pertemuan itu, mengatakan kalau pertemuan antara Airlangga dengan SBY sangatlah mengejutkan.
Menurut dia, Airlangga melakukan lobi agar Demokrat dan Golkar bisa “menjalin kasih”. Namun, jalinan itu baru dilakukan apabila Airlangga tidak dipilih sebagai calon wakil presiden Jokowi. Wah, gitu ya pak.
Cerita yang sebenernya adalah Airlangga minta SBY agar Demokrat bersedia menjadi koalisi cadangan bersama Golkar jika Airlangga tidak menjadi cawapres Jokowi.
Astaga, Airlangga kamu jahat! Beraninya hanya demi menjadi wakil presiden kau abaikan kepentingan rakyat. Hehehe lebay.
Partai Demokrat saat ini memiliki 10,19 persen kursi di DPR, sementara Golkar mengantongi 14,75 persen. Apabila berkoalisi, kursi kedua parpol sudah melewati syarat ambang batas pencalonan presiden sebesar 20 persen.
Jelas ini dapat membuat koalisi Jokowi mengusap wajah dan berkata: “Asem, amsyong guys.”
Kendati demikian, SBY tidak menjawab permintaan Airlangga itu. Menurut dia, Demokrat masih harus melihat dinamika politik yang akan terjadi.
Namun, kemungkinan apakah Golkar dapat menang atau tidak bisa dilihat dari siapa yang akan diajukan sebagai capres-cawapres, baik oleh Golkar maupun Demokrat.
Andi menegaskan, selain Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang selama ini di eluk-elukkan oleh para kader. Demokrat juga masih memiliki banyak sosok lain, misalnya saja, mantan Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB).
Prinsipnya koalisi alternatif Demokrat-Golkar bisa saja terjadi dan ini menjadi masuk akal di saat Golkar menggandeng Demokrat di Pilpres 2019.
Menurut kalian, apakah “perselingkuhan” ini akan terjadi? Atau ini hanya sekedar strategi Golkar menekan koalisi Jokowi untuk menggeser nama Mahfud MD menjadi Airlangga Hartarto?
Wah, ini mah kesempatan Sun Tzu lagi untuk menyampaikan ungkapanya. Nih langsung aja dibaca gengs: “Gunakan yang dekat untuk menunggu yang jauh. Gunakan yang santai untuk menunggu yang bekerja keras. Gunakan yang kenyang untuk menunggu yang lapar. Inilah yang dimaksud dengan mengatur kekuatan.” (G35)