Lembaga konsultan politik Polmark, memperlihatkan kalau pasangan AHY dan Anies akan menjadi penantang kuat Jokowi. Mungkinkah?
PinterPolitik.com
“Ini mengindikasikan dua hal sekaligus, Jokowi belum ada dalam ‘zona aman keterpilihan’ dan pintu bagi kemungkinan munculnya kandidat alternatif masih terbuka.”
[dropcap]P[/dropcap]ernyataan Direktur Eksekutif PolMark Indonesia Eep Saefullah Fatah ini diungkapkan saat memperlihatkan hasil survei terbarunya. Survei ini khusus memperlihatkan siapa saja sebenarnya yang bisa menjadi penantang kuat Jokowi di Pemilihan Presiden 2019 nanti. Hasilnya, ternyata Agus Harimurti Yudhoyono berada di posisi pertama.
Di posisi kedua, muncul nama Anies Baswedan dan ketika dipasangkan, keduanya mampu mendapatkan hasil lebih dari 50 persen. Tapi kok, nama Prabowo Subianto enggak ada ya? Wah ternyata Polmark memang sengaja, mereka ingin tahu sebenarnya Indonesia masih punya enggak sih calon presiden alternatif selain Jokowi-Prabowo?
Jadi kalau saja Jokowi atau Prabowo memutuskan pensiun mendadak di 2019 nanti, maka masyarakat Indonesia masih punya pilihan calon presiden lain. Walau Anies Baswedan udah enggak bisa dibilang muda lagi, tapi ya masih mending lah ya daripada nama yang muncul orang-orang yang usianya sudah seharusnya pensiun.
Capres-capres Alternatif Versi PolMark: Gatot, Anies Hingga AHY
Lembaga survei PolMark mensimulasikan capres-capres alternatif selain Jokowi dan Prabowo. Siapa saja yang menonjol?https://t.co/MEN9TFr3aP
— Warta AHY (@WartaAHY) December 18, 2017
Selain AHY dan Anies, nama lain yang juga ikut muncul adalah Gatot Nurmantyo, Zulkifli Hasan, dan Chairul Tanjung. Nama yang terakhir ini, entah mengapa kok dimunculkan ya? Apa yang pertimbangan Polmark memasukkan nama pengusaha media dan retail ini? Ada pesanan kah? Hmmm….
Wajar saja sih kalau Polmark juga memasukkan nama pesanan dalam surveinya, lumayan buat mengganti dana operasional mereka. Barangkali aja, setelah masuk di survei namanya ikut melejit, seperti Pak Kumis dari Partai Merah. Walau namanya sempat ramai di media sebentar saja, lalu kemudian senyap lagi.
Dan hal yang sah saja buat Polmark membuat berbagai survei kemungkinan di 2019 nanti, siapa tahu ada bos besar yang akan menggunakan jasa mereka lagi dua tahun mendatang. Semua kan masih punya kemungkinan, siapa yang mampu bayar tinggi bisa dipastikan akan diupayakan untuk menang. Ah, politik pun bisnis yang menggiurkan ternyata ya! (R24)