“New technology is not good or evil in and of itself. It’s all about how people choose to use it.” – David Wong, American humor writer
PinterPolitik.com
Kritik terhadap rancangan APBD DKI Jakarta terus berdatangan. Kali ini, kritik datang dari pemain lama, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) atau sebenarnya ingin dipanggil BTP. Pak Ahok ini mengomparasikan e-budgeting di zamannya dengan zaman Anies. Menurut BTP ni, di zamannya e-budgeting udah bagus karena bisa mengetahui detail anggaran seperti pulpen, kertas bahkan lem.
Sistem yang Ahok terapkan itu bisa dilacak dari awal dan gak bisa asal masukin. Sistem tersebut pun bisa tahu ketika ada orang yang menaikkan anggaran (mark up). Jadi kalo ada oknum bandel langsung bisa ketauan.
Pak Ahok pun bingung dengan definisi kepintaran karena Anies dinilai over smart. Over smart itu gimana ya pak? Sudah di luar level jenius kah?
Gubernur Anies Baswedan memang menyalahkan sistem Pemprov. Menurutnya, algoritma pada smart system e-budgeting masih perlu dibenahi untuk mendeteksi kejanggalan pada anggaran yang tidak masuk akal. Eh, tapi Pak Anies sempet bilang bahwa sistem memang digital tapi masih mengandalkan manual di bagian pengecekan.
Tak lupa Anies pun membalas Ahok, dengan mengatakan kalo sistem Pemprov DKI Jakarta yang sekarang merupakan warisan dari zaman Jokowi-Ahok.
Ini kok malah lempar-lemparan kesalahan sih? Bukannya benerin kejanggalan yang ada dan meningkatkan transparansi.
Djarot Saiful Hidayat pun ikutan join dengan bilang kalo terjadi salah penginputan, yang harus dievaluasi ya yang input. Berarti karyawan Pak Anies sendiri lah. Ya masa anggaran buat lem sampe 82,8 miliar. Anak SD bisa teler karena kebanyakan ngelem. Belum lagi anggaran soal pulpen. Emang kalo anggaran salah input dan sampe bocor emang mau dilem atau disumpel pulpen?
Sementara Pak Anies lagi bebenah, Pak Ahok idealnya menahan dari menyombongkan diri dengan bilang sistem di zamannya sudah bagus. Yang namanya teknologi kan terus berkembang. Mungkin memang sudah saatnya sistem di-upgrade selain pegawai Pemprov DKI Jakarta yang dievaluasi.
Apa sebenarnya ini sinyal mau nyalon lagi? Ya udah pak, temenin Pak Anies dulu aja sana daripada berantem mulu, kan kursi DKI-2 masih kosong. (M52)
► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.