Pertemuan antara Prananda dan AHY menjadi pembicaraan hangat, kira-kira apa ya yang akan dibahas oleh kedua putra mahkota ini?
PinterPolitik.com
“Jumlah kursi pasti menentukan, tapi koalisi tak bisa abaikan kekompakan.” ~ Najwa Shihab
[dropcap]M[/dropcap]enghadapi pesta demokrasi di mana para politisi mulai mencari-cari posisi, pertemuan antar ketua partai pun hal yang lumrah dirasakan. Etika politiknya, seseorang yang diutus, pasti akan diterima pula oleh pejabat yang sama atau setidaknya setara dengan jabatan orang tersebut.
Jadi saat AHY sebagai Ketua Kogasma Demokrat meminta untuk bertemu, maka Megawati pun mengutus Ketua DPP PDI Perjuangan yang tak lain adalah putra keduanya, Prananda Prabowo. Hmmm, jadi putra presiden ketemunya sama putra presiden juga ya. Pas banget.
Cuma permasalahannya, apakah dengan diwakili Prananda maksud yang ingin disampaikan oleh AHY akan tercapai? Weeh, jangan salah. Walau namanya jarang terdengar, namun di dalam partainya sendiri, pengaruh pria berkacamata ini sangat kuat. Bahkan setiap pidato yang dibaca Mega, Prananda lah yang menuliskannya
Bisa dibilang, putra Mega dari suami pertamanya, Letnan Satu (Penerbang) Surindro Supjarso ini, merupakan orang paling memahami jiwa dari PDI Perjuangan. Dibandingkan adiknya, Puan Maharani, Prananda dikenal lebih fasih dan sangat memahami ajaran-ajaran Bung Karno, sang kakek.
Berita hari ini menyebutkan Megawati mengutus Prananda Prabowo (Nanan) dan Hasto utk memenuhi undangan AHY utusan SBY bertemu dan “berdialog”
Kata orang Jawa: “Keep your friends close and keep your enemies closer”
Apa yg akan dibahas? Apakah bakal ada kesepakatan Mega – SBY
— Irene (@IreneViena) February 25, 2018
Bila ditilik dari ucapan Mega yang mengajukan syarat satu ideologi pada partai yang akan berkoalisi, tentu diutusnya Prananda akan memberikan ujian berat bagi AHY. Mengapa? Bisa jadi, Prananda yang sangat Soekarnois akan menentukan apakah Demokrat – dalam hal ini AHY, dapat satu visi dengan partai ibunya atau tidak. Wiii serem juga ya.
Walau sama-sama besar sebagai partai nasionalis, visi Demokrat belum tentu sejalan dengan visi PDI Perjuangan. Apalagi, selama ini kedua partai selalu berada di sisi yang berseberangan. Maka untuk menyatukan, mungkin akan butuh waktu. Atau bahkan bisa jadi malah gagal berantakan.
Tapi di sisi lain, pertemuan sesama putra mahkota ini juga ada bagusnya. Setidaknya, keduanya akan bisa lepas dari sentimen pribadi yang ada diantara kedua orangtua mereka. Biasalah, kalau orangtuanya saling dendam, masa iya, anak-anaknya ikutan dendam juga? Barangkali saja, Prananda dan AHY malah bisa saling berangkulan. (R24)