HomeDuniaAda Apa Dengan Trump Dan Turnbull?

Ada Apa Dengan Trump Dan Turnbull?

Kecil Besar

Dalam kesepakatan tahun 2016, AS bersedia menampung 1.250 pencari suaka yang sekarang tertahan di kamp-kamp Papua Nugini dan Nauru. Sedang Australia akan menampung pengungsi dari El Salvador, Guatemala, dan Honduras.

 pinterpolitik.com  –  Jumat, 3 Februari 2017

WASHINGTON, DC – Berbagai media, Kamis (2/2/2017), memberitakan ihwal terhentinya pembicaraan lewat telepon antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Perdana Menteri  Australia Malcolm Turnbull, akhir pekan lalu.

Ulasan utama adalah  Presiden Trump disebut tiba-tiba menutup telepon saat berlangsung percakapan antara dia dan PM Turnbull, Sabtu (28/1). Materi percakapan menyangkut kesepakatan kedua negara mengenai penampungan pengungsi dari negara lain, yang ditandatangani tahun lalu. Pada saat pembicaraan baru berlangsung 25 menit, Trump meletakkan gagang telepon. Padahal pembicaraan dijadwalkan 1 jam.

Mencuat pertanyaan, ada apa antara Trump dan Turnbull? Selama ini Australia adalah sekutu utama  AS. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kedua negara saling berbagi informasi intelijen dan bahu-membahu di sejumlah perang, termasuk di Irak dan Afganistan.

Seperti dilaporkan media Australia, news.com.au, Kamis, Trump “marah” karena harus menjalankan kesepakatan era pemerintahan Presiden Barack Obama menyangkut  pengungsi dari negara lain. Soalnya, presiden AS, yang dilantik 20 Januari 2017 itu, baru saja memberlakukan kebijakan imigrasi yang kontroversial.

Dalam kesepakatan tahun 2016, AS bersedia menampung 1.250 pencari suaka yang sekarang ditampung di kamp-kamp Papua Nugini dan Nauru. Sedang Australia akan menampung pengungsi dari El Salvador, Guatemala, dan Honduras.

Laporan media menyebutkan, The Washington Post yang pertama memberitakan secara rinci tentang percakapan telepon tersebut. Disebutkan, percakapan  dijadwalkan berlangsung 1 jam, namun berakhir setelah hanya 25 menit.

Mengapa sampai Trump menghentikan pembicaraan sebelum waktunya?. Menurut sumber  kepada CNN, Presiden AS mengakhiri percakapan telepon karena tidak senang membicarakan soal kesepakatan tentang pengungsi dengan Australia.

Wartawan CNN, Jim Acosta, via Twitter mengutip sumber yang mengetahui mengenai percakapan telepon, mengatakan, saat berbicara dengan PM Australia soal pengungsi, Trump menarik gagang telepon dari telinga dan mengatakan dia ingin mengakhiri percakapan. Begitu saja dan Trump pun meletakkan telepon.

 

Ketika  ditanya wartawan mengenai laporan The Washington Post itu, Turnbull tidak bersedia berkomentar banyak. Ia hanya mengemukakan, tidak akan mengomentari percakapan antara dia dan Presiden AS, selain apa yang telah disampaikan di hadapan publik.

 

Turnbull melanjutkan, AS bersedia menjalankan kesepakatan mengenai  pengungsi yang diteken pada era pemerintahan Barack Obama. Ia berkata: Fakta bahwa kami mendapat kepastian, fakta bahwa itu terkonfirmasi, kesepakatan yang sangat luas yang kita sepakati dengan pemerintahan (AS) menunjukkan kedekatan aliansi.”

 

Sebelumnya, pihak Gedung Putih menyebutkan Presiden Trump masih mempertimbangkan kembali kesepakatan itu. Klarifikasi tersebut muncul setelah Sekretaris Pers Gedung Putih, Sean Spicer, mengatakan, kesepakatan  akan terus berlanjut dengan pemeriksaan ketat para pengungsi.

Belakangan, Pemerintah Australia membantah pembicaraan Trump dan Turnbull memanas. Menurut versi Australia, pembicaraan kedua pemimpin sangat hangat, meskipun lebih pendek dari yang diperkirakan.

Dunia dengan waswas mengamati hubungan bilateral AS dan Australia pascapercakapan telepon sekaligus berharap dapat diselesaikan masalah utama. Untung pula ada mediator, Mahkamah Internasional, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang punya kemampuan memecahkan masalah antarnegara jika perselisihan tidak dapat ditangani mereka yang bertikai.

(Dari berbagai sumber/E19)

spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo Lost in Translation

Komunikasi pemerintahan Prabowo dinilai kacau dan amburadul. Baik Prabowo maupun para pembantunya dianggap tak cermat dalam melemparkan tanggapan dan jawaban atas isu tertentu kepada publik, sehingga gampang dipelintir dan dijadikan bahan kritik.

2029 Anies Fade Away atau Menyala?

Ekspektasi terhadap Anies Baswedan tampak masih eksis, terlebih dalam konteks respons, telaah, dan positioning kebijakan pemerintah. Respons dan manuver Anies pun bukan tidak mungkin menjadi kepingan yang akan membentuk skenario menuju pencalonannya di Pilpres 2029.

The Pig Head in Tempo

Teror kepala babi dan bangkai tikus jadi bentuk ancaman kepada kerja-kerja jurnalisme. Sebagai pilar ke-4 demokrasi, sudah selayaknya jurnalisme beroperasi dalam kondisi yang bebas dari tekanan.

PDIP Terpaksa “Tunduk” Kepada Jokowi?

PDIP melalui Puan Maharani dan Joko Widodo (Jokowi) tampak menunjukan relasi yang baik-baik saja setelah bertemu di agenda Ramadan Partai NasDem kemarin (21/3). Intrik elite PDIP seperti Deddy Sitorus, dengan Jokowi sebelumnya seolah seperti drama semata saat berkaca pada manuver PDIP yang diharapkan menjadi penyeimbang pemerintah tetapi justru bersikap sebaliknya. Lalu, kemana sebenarnya arah politik PDIP? Apakah akhirnya secara tak langsung PDIP akan “tunduk” kepada Jokowi?

The Irreplaceable Luhut B. Pandjaitan? 

Di era kepresidenan Joko Widodo (Jokowi), Luhut Binsar Pandjaitan terlihat jadi orang yang diandalkan untuk jadi komunikator setiap kali ada isu genting. Mungkinkah Presiden Prabowo Subianto juga memerlukan sosok seperti Luhut? 

The Danger Lies in Sri Mulyani?

IHSG anjlok. Sementara APBN defisit hingga Rp31 triliun di awal tahun.

Deddy Corbuzier: the Villain?

Stafsus Kemhan Deddy Corbuzier kembali tuai kontroversi dengan video soal polemik revisi UU TNI. Pertanyaannya kemudian: mengapa Deddy?

Sejauh Mana “Kesucian” Ahok?

Pasca spill memiliki catatan bobrok Pertamina dan dipanggil Kejaksaan Agung untuk bersaksi, “kesucian” Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok seolah diuji. Utamanya, terkait pertaruhan apakah dirinya justru seharusnya bertanggung jawab atas skandal dan kasus rasuah perusahaan plat merah tempat di mana dirinya menjadi Komisasis Utama dahulu.

More Stories

Infrastruktur Ala Jokowi

Presiden juga menjelaskan mengenai pembangunan tol. Mengapa dibangun?. Supaya nanti logistic cost, transportation cost bisa turun, karena lalu lintas sudah  bebas hambatan. Pada akhirnya,...

Banjir, Bencana Laten Ibukota

Menurut pengamat tata ruang, Yayat Supriatna, banjir di Jakarta disebabkan  semakin berkurangnya wilayah resapan air. Banyak bangunan yang menutup tempat resapan air, sehingga memaksa...

E-KTP, Dampaknya pada Politik

Wiranto mengatakan, kegaduhan pasti ada, hanya skalanya jangan sampai berlebihan, sehingga mengganggu aktivitas kita sebagai bangsa. Jangan juga mengganggu mekanisme kerja yang  sudah terjalin...