“Selama saya melakukan perjalanan ke kampus-kampus di Indonesia, ternyata masyarakat beri dukungan pada saya, jadi saya mewakafkan diri untuk negeri ini.” ~ Abraham Samad
PinterPolitik.com
[dropcap]P[/dropcap]ara petinggi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkadang menjadi musuh bersama bagi para politikus yang nakal.
Kalau musuhan sama politikus nakal sih gapapa deh, ga ada ruginya juga. Berantas terus, ciduk terus sampai habis, weleeeeh weleeeeh.
Tapi terkadang juga, para pimpinan KPK dilirik untuk dijadikan sebagai sahabat bagi para politikus. Ya untung – untung bisa dapet kekuasaan karena berteman sama politikus, uhuyyy.
Nah loh, kalau para pimpinan KPK sudah campur aduk di dunia politik praktis, rasanya tak elok juga dilihat. Yang dikampanyekan bukan lagi jauhi korupsi, tapi pilihlah saya, weleeeh weleeeeh.
Emang riskan sih kalau pimpinan KPK terjun ke politik, pasti ada anggapan kalau selama menjabat sebagai pimpinan KPK membumihanguskan para musuh politik, bukan koruptor sesungguhnya.
Sering kan denger KPK itu main politik, bahkan Fahri Hamzah secara terang-terangan bilang kalau KPK itu partai politik.
Woailaaahh, belum tentu juga kan. Maksudnya, belum tentu iya, belum tentu engga juga. Skeptis aja dulu, soalnya kan pernyataan Fahri belum bisa dibuktikan juga.
Emang ada gitu pimpinan KPK yang dekat dengan dunia politik? Ehmm, coba liat aja gelagat rekam jejak Abraham Samad, mantan Pimpinan KPK itu kan dekat betul dengan dunia politik.
Bahkan beberapa kali Abraham ditawari jadi calon Presiden, calon Wakil Presiden, atau calon Gubernur sekalipun.
Tapi risikonya, Abraham harus terima akibatnya. Dilengserkan tanpa sebab yang jelas. Kasus yang diada-adakan, berasa kan? Bahasa kerennya sih, Abraham Samad dikriminalisasi, weleeeeh weleeeeh.
Menjelang Pilpres 2019, lagi dan lagi mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masuk dalam bursa pencalonan Presiden.
Bahkan, Abraham Samad sudah mendeklarasikan diri sebagai calon Presiden. Widiiiihhhh, ngeri kali, ga nanggung-nanggung ya, weleeeh weleeeh.
Tapi kayaknya sekarang Abraham Samad sudah agak niat sedikit, pengakuannya sih dia sudah keliling dan mendapat dukungan. Uppssss, mendapat dukungan atau meminta dukungan nih, hadeuuuhh.
Kalau kata Jiddu Krishnamurti, sang theosofis dari India mengatakan, dukungan dari rakyat memang dibutuhkan untuk mempercepat dan memperkuat perjuangan.
Tapi kalau untuk Abraham Samad, kayaknya dukungan rakyat belum begitu masif deh, yang deklarasi aja katanya cuma 100 orang.
Lahhh gimana mau mencuri perhatian partai politik untuk mendukung Samad? Ehmm, kayaknya hampir mustahil deh, weleeeh weleeeh. (Z19)