KSPI mengatakan kalau tahun 2017 merupakan tahun PHK, dan memperlihatkan kegagalan Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla dalam mensejahterakan kaum buruh.
PinterPolitik.com
“Sepanjang tahun 2017 terjadi PHK di mana-mana. KSPI mencatat, hingga pertengahan 2017 sudah lebih dari 50 ribu orang pekerja di PHK.” ~ Presiden KSPI Said Iqbal
[dropcap]A[/dropcap]khir tahun memang merupakan momen di mana semua lapisan masyarakat, dapat menilai dan menimbang apa yang terjadi selama tahun tersebut. Jadi enggak salah juga kalau Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), mengeluarkan evaluasi tentang berapa banyak anggotanya yang kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Sudah bukan berita yang baru lagi, kalau di Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) memang lebih fokus ke pembangunan infrastruktur. Jadi ya maaf-maaf, sektor lainnya pun jadi keteteran. Apalagi ditambah nilai tukar dolar yang naik drastis di akhir pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), banyak sektor bisnis yang kolaps.
Jadi kalau di tahun 2017 lalu, banyak pekerja yang kena PHK akibat sejumlah ritel dan industri yang sangat terkait dengan ekspor impor sempoyongan, ya enggak mengagetkan. Jadi apakah benar pemerintahan ini gagal? Kalau dari sisi peritel mungkin iya, tapi dari sektor lainnya, mungkin belum tentu.
“HANYA 9.822 PEKERJA DI PHK SEPANJANG 2017” https://t.co/lulwwXiWes pic.twitter.com/0zPFhpLVZj
— KSPI_CITU (@KspiCitu) 2 Januari 2018
Lho, mengapa? Ya karena, di sektor lainnya seperti food and beverage, e-commerce, dan wisata, ternyata malah mengalami surplus. Hmmm, ya itu tadi, karena memang pengaruh dari sektor mananya. Tapi memang yang paling merasakan pahitnya adalah para buruh. Udah dibayar murah, kerjanya lembur terus, eh kena PHK pula.
Kalau engga ada kerjaan, mana bisa punya uang? Kalau engga ada uang, bagaimana bisa makan? Jangankan ke Mall atau jalan-jalan ke Taman Safari dan Malioboro, untuk makan besok saja, belum tentu bisa belinya. Di sinilah yang kadang membuat rakyat merasa sedih. Bukan karena enggak mau Pak Presiden, uangnya darimana Pak? Hiks.
Jadi please lah, Pak, didengerin juga kek orang-orang yang kena PHK kemarin. Pikirin juga para Sales Promotion Girl/Boy dari sejumlah ritel yang tutup kemarin, tolong tengokin juga para buruh kasar yang pabriknya tutup karena enggak mampu impor, tolong dengerin juga para pekerja Freeport yang kemarin dipaksa hengkang.
Para buruh itukan juga rakyat Bapak, walau enggak bisa ikut dadah-dadah di luar pagar Gedung Agung karena enggak ada ongkosnya. Jadi supaya keluhan mereka enggak terkesan cuma nyinyiran dan menyatakan gagal karena sakit hati, ada baiknya Pak Jokowi berhenti sejenak pikirannya dari infrastruktur ke sektor lainnya. Jadi adil gitu lho, Pak. Bisa enggak ya? (R24)