HomeSejarahKeluarga Rothschild dan Konspirasi Yahudi

Keluarga Rothschild dan Konspirasi Yahudi

Nama keluarga Rothschild mungkin bukanlah nama yang asing dalam sejarah dunia – khususnya di Eropa. Siapakah sebenarnya Rothschild? Apa saja misteri yang menyelimuti keluarga ini?


PinterPolitik.com

Bagi yang mengikuti perkembangan sejarah dunia atau mengamati tokoh-tokoh paling berpengaruh di dunia, pasti tidak asing dengan nama Rothschild. Tokoh yang bernama lengkap Sir Evelyn Robert Adrian de Rothschild – atau lebih sering dikenal dengan nama Evelyn de Rothschild – merupakan salah satu anggota keluarga Rothschild.

Evelyn de Rothschild adalah salah satu tokoh investor dan analis pasar yang prominen. Bukan hanya karena kemampuannya, melainkan juga karena relasinya. Ini karena Evelyn adalah analis dan penasihat keuangan untuk Ratu Britania Raya (Inggris) Elizabeth II. Atas jasanya, ia diberi gelar bangsawan “Sir” oleh Ratu Elizabeth II sendiri pada tahun 1989.

Bisa dibayangkan betapa kuat pengaruh Rothschild dengan posisi tersebut. Hal ini juga lah yang membawa khalayak umum pada kisah dari Keluarga Rothschild yang disebut sebagai salah satu keluarga paling berpengaruh dalam sejarah dunia.

Kalau sebelumnya Rockefeller dikenal sebagai orang paling kaya di era modern, Rothschild adalah salah satu yang pengaruhnya mungkin setara. Ini karena jaringan keluarga keturunan Yahudi ini di bisnis keuangan sangat besar dan luas. Keluarga yang satu ini menjadi financial advisors atau penasihat keuangan bagi para pemimpin besar dan bangsawan dunia.

Selain untuk keluarga kerajaan – seperti kasus Evelyn dan Ratu Elisabeth, keluarga Rothschild juga menjadi penasihat keuangan untuk bangsawan-bangsawan Ingris. Siapa mereka? Lalu, seberapa besar warisan kekuasaan keluarga Rothschild dan benarkah mereka terlibat dalam berbagai konspirasi sebagai orang-orang Yahudi yang “menjalankan dunia”?

Riwayat Keluarga Rothschild

Keluarga Rothschild memang dikenal sebagai salah satu keluarga kaya yang aslinya berasal dari Frankfurt, Jerman. Adalah Mayer Amschel Rothschild yang menjadi anggota pertama dari keluarga Rothschild yang mengembangkan bisnis keuangan.

Ia hidup antara tahun 1744 hingga 1812. Walaupun demikian, nama keluarga Rothschild sendiri sudah dipakai sejak tahun 1577 oleh Izaak Elchanan Rothschild.

Baca Juga: Pernikahan Sedarah dan “Kepunahan” Habsburg

Nama Rothschild itu sendiri dipercaya berasal dari bahasa Jerman “zum rothen Schild” yang artinya “di perisai merah” – mengacu pada rumah tempat tinggal keluarga ini di masa lalu. Di masa lalu, belum ada penomoran rumah seperti zaman sekarang sehingga penanda rumah adalah simbol tertentu yang diberi warna tertentu.

Seperti sudah disinggung tadi, Mayer Amschel Rothschild adalah anggota keluarga Rothschild yang paling pertama mendirikan bisnis keuangan keluarga. Pekerjaannya kala itu disebut sebagai court factor atau court Jew yang merupakan orang yang mengurus masalah keuangan atau juga meminjamkan uang bagi keluarga kerajaan dan bangsawan Eropa – terutama di Jerman.

Sebagai imbalan atas pelayanan dan jasanya, court factor mendapatkan social privilege dalam masyarakat – atau bahkan mendapatkan status kebangsawanan pula. Tokoh court factor lain yang juga terkenal adalah Aaron of Lincoln dan Vivelin of Strasbourg.

Keberadaan posisi court factor makin menguat seiring makin banyaknya monarki absolut di Eropa. Ini karena para raja dan ratu penguasa itu membawa serta orang-orang Yahudi – umumnya Yahudi Ashkenazi. Orang-orang Yahudi inilah yang akan memulai urusan negosiasi yang tak jarang membuat mereka mendapatkan posisi politik dan sosial di kerajaan.

Hal serupa juga terjadi pada keluarga Rothschild. Berbeda dengan banyak court factors, Rothschild berhasil mewariskan kekayaannya dari generasi ke generasi dan mengembangkan jaringan bisnis perbankan internasional. Oleh sebab itu, keluarga Rothschild dapat ditemukan di London, Paris, Frankfurt, Wina, Napoli, dan kota-kota penting lainnya.

Posisi keluarga ini juga makin kuat seiring keberadaan Kekaisaran Romawi Suci atau Holy Roman Empire (HRE) dan menguatnya Imperium Britania (British Empire). Kemudian, karena kekuatan pendanaan lintas batas negara, keluarga Rothschild berjasa penjadi pendana banyak bisnis di era industrialisasi Eropa. Mereka menjadi pendukung dibukanya banyak proyek rel kereta api hampir di seluruh dunia – termasuk juga proyek-proyek besar semacam pembangunan Terusan Suez.

Ada juga kisah menarik ketika keluarga Rothschild terlibat langsung dalam kemerdekaan Brasil dari Portugal. Pada awal abad ke-19, Brasil yang mau merdeka diharuskan membayar kompensasi senilai £2.000.000 kepada Kerajaan Portugal. Itu kalau dihitung dengan inflasi dan kurs saat ini, nilainya mungkin mencapai sekitar Rp 3,7 triliun.

Baca Juga: Apple vs Microsoft: Rival Jiplak dan Musuh yang Diciptakan?

Uang itu didapatkan oleh pemerintah Brasil lewat pinjaman dari Rothschild & Co. alias keluarga Rothschild sendiri. Bisa dilihat kan bagaimana berkuasanya keluarga yang satu ini sampai bisa memerdekakan sebuah negara?

Di sisi lain, di masa kejayaannya, beberapa sumber menyebutkan bahwa total kekayaan Rothschild mencapai US$300 miliar. Itu kalau di-rupiah-kan sekitar Rp 4.276 triliun. Adapun puncak kejayaan keluarga Rothschild terjadi di abad ke-19.

Keluarga Rothschild di Masa Kontemporer

Sementara, sekarang ini, kekayaan keluarga Rothschild memang tidak sebesar zaman dulu. Namun, kalau bicara soal pengaruh dan jaringan bisnisnya, keluarga yang satu ini tak bisa diragukan posisinya.

Seperti disinggung sebelumnya, mereka menjadi penasihat keuangan untuk keluarga bangsawan dan keluarga kerajaan. Golongan bangsawan Inggris yang merupakan golongan bangsawan dengan gelar Duke, Earl, Viscount, Baron, dan lain-lain adalah contoh golongan bangsawan yang punya hubungan dengan keluarga Rothschild. Mungkin, konteks hubungan itulah yang membuat banyak orang menyebut keluarga Rothschild sebagai keluarga yang “menjalankan dunia”.

Lalu, bagaimana dengan isu Yahudi dan zionisme? Banyak yang menyebutkan bahwa karena status sebagai keturunan Yahudi membuat keluarga Rothschild jadi sasaran serangan antisemitisme. Sementara, sikap dan dukungan terhadap gerakan zionisme sendiri sesungguhnya tidak merata di dalam keluarga Rothschild.

Terkait hal ini, mungkin yang paling prominen adalah Walter Rothschild yang mengeluarkan Balfour Declaration pada tahun 1917. Ini adalah deklarasi yang berujung pada dukungan pembentukan “national home for the Jewish people” – hal yang di kemudian hari berujung pada lahirnya negara Israel. Demikianpun dengan beberapa anggota keluarga Rothschild lain yang ikut mendukung deklarasi itu dan memperjuangkan kepentingan orang-orang Yahudi.

Yang jelas, kisah Rothschild ini memberikan gambaran kepada kita betapa berpengaruhnya posisi bankir atau orang-orang di industri keuangan. Dulu juga ada keluarga-keluarga berkuasa yang menjadi besar karena bisnis di bidang perbankan, misalnya keluarga Medici, Fugger, Welser, Berenberg, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Yahudi vs Armenia: Terusir, Dibantai, dan Berjaya


► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Youtube Membership

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Ebook Promo Web Banner
Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutna
spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

Menguji “Otot Politik” Andika Perkasa

Pilgub Jawa Tengah 2024 kiranya bukan bagaimana kelihaian politik Andika Perkasa bekerja di debutnya di kontestasi elektoral, melainkan mengenai sebuah hal yang juga lebih besar dari sekadar pembuktian PDIP untuk mempertahankan kehormatan mereka di kandang sendiri.

Menyoal Kabinet Panoptikon ala Prabowo

Pemerintahan Prabowo disebut memiliki kabinet yang terlalu besar. Namun, Prabowo bisa jadi memiliki kunci kendali yakni konsep "panoptikon".

Tidak Salah The Economist Dukung Kamala?

Pernyataan dukungan The Economist terhadap calon presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, jadi perhatian publik soal perdebatan kenetralan media. Apakah keputusan yang dilakukan The Economist benar-benar salah?

Ridwan Kamil dan “Alibaba Way”

Ridwan Kamil usulkan agar setiap mal di Jakarta diwajibkan menampilkan 30 persen produk lokal. Mungkinkah ini gagasan Alibaba Way?

Hype Besar Kabinet Prabowo

Masyarakat menaruh harapan besar pada kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Rahasia Kesaktian Cak Imin-Zulhas?

Dengarkan artikel ini: Audio ini dibuat menggunakan AI. Di tengah kompetisi untuk tetap eksis di blantika politik Indonesia, Zulkifli Hasan dan Muhaimin Iskandar tampak begitu kuat...

More Stories

Menyingkap Sportwashing dalam Laga Indonesia-Bahrain

Kontroversi ini perpanjang daftar kritik terhadap wasit dari Timur Tengah, di tengah dugaan bias dan pengaturan skor sepak bola internasional.

Unlike Jokowi, Prabowo Will Be His Own Man

More assertive foreign policy and democratic backsliding are most likely on the horizon as Prabowo Subianto becomes the next Indonesian president.

Fenomena Gunung Es “Fake Review”

Fenomena fake review kini banyak terjadi di jual-beli daring (online). Siapakah yang dirugikan? Konsumen, reviewer, atau pelaku usahakah yang terkena dampaknya? PinterPolitik.com Sejak berlangsungnya proliferasi internet...