Adam Malik disebut berselisih pendapat dengan Soekarno di tahun 1964, sehingga ia kemudian menemui agen CIA bernama Clyde McAvoy di safe house CIA di Jakarta. McAvoy adalah agen berpengalaman yang sebelumnya mengatur pemilihan Perdana Menteri di Jepang.
Nama Adam Malik mungkin jadi salah satu tokoh paling penting dalam sejarah Indonesia. Ia adalah salah satu dari anggota Triumvirat yang menjadi poin penting di awal-awal berkuasanya Orde Baru, tentunya bersama dengan Soeharto dan Sultan Hamengkubuwono IX.
Namun, siapa sangka kalau tokoh yang pernah menjabat sebagai Wakil Presiden ke-3 Indonesia ini pernah dituduh sebagai agen CIA. Yess, nggak selah dengar cuy. Adam Malik pernah dituduh sebagai agen badan intelijen Amerika Serikat, CIA. Hmm, wow.
Ini terkait buku tulisan jurnalis The New York Times, Tim Weiner, berjudul “Legacy of Ashes: The History of the CIA” yang terbit pertama kali di tahun 2006 lalu. Buku ini memang memuat pernyataan yang menyebutkan bahwa Adam Malik adalah agen CIA.
Direkrut Agen CIA
Buku Weiner ini memang nggak bisa dianggap remeh loh. Soalnya, tulisan ini meraih penghargaan National Book Award for Nonfiction – beberapa sumber juga menyebutnya memenangkan hadiah Pulitzer, dan isinya ditulis berdasarkan 50 ribu arsip CIA. Juga ada wawancara dengan ratusan mantan agen CIA dan pengakuan 10 mantan Direktur CIA. Yess, 10 orang yang pernah memimpin lembaga tersebut.
Di bagian yang membahas operasi-operasi CIA di Asia Tenggara, Weiner membahas secara spesifik peristiwa-peristiwa yang terjadi di seputaran tahun 1965, utamanya dengan segala gejolak politik yang mengakhiri era kekuasaan Soekarno yang disebut beraliansi dengan PKI.
Nah, di tengah situasi kekisruhan politik itu, Weiner menyebut CIA punya beberapa agen yang ada di pemerintahan dan militer Indonesia. Salah satunya adalah Adam Malik. Weiner menyebut Adam Malik sebagai seorang ex-Marxis yang sempat ditugaskan oleh Soekarno sebagai Dubes untuk Uni Soviet.
Adam Malik disebut berselisih pendapat dengan Soekarno di tahun 1964, sehingga ia kemudian menemui agen CIA bernama Clyde McAvoy di safe house CIA di Jakarta. McAvoy adalah agen berpengalaman yang sebelumnya mengatur pemilihan Perdana Menteri di Jepang. Ia dipindahtugaskan ke Jakarta dengan misi menembus PKI dan pemerintahan Soekarno.
McAvoy menyebut dirinya merekrut Adam Malik. “I recruited and ran Adam Malik”, demikian kata McAvoy dalam salah satu wawancaranya di tahun 2005. Bahkan McAvoy membanggakannya sebagai “the highest-ranking Indonesian we ever recuited”.
Mengubah Indonesia
Nah, setelah perekrutan Adam Malik itu, CIA mendapatkan approval untuk melakukan aksi rahasia untuk mengubah arah politik Indonesia. CIA disebut berperan besar dalam mengkonsolidasikan sebuah troika kepemimpinan dengan 3 tokoh: Adam Malik, Suharto dan Sultan Hamengkubuwono IX. Adam Malik disebut menggunakan relasinya dengan CIA untuk melakukan rangkaian pertemuan dengan Dubes baru AS untuk Indonesia, Marshall Green.
Inilah yang kemudian berujung pada lahirnya KAP Gestapu atau Kesatuan Aksi Pengganyangan Gerakan Tiga Puluh September. Posisi Adam Malik yang penting di era itu membuatnya akhirnya mendapatkan posisi sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia. Bahkan, menurut Weiner, karena relasinya dengan CIA, AS disebut kemudian menyetujui pencalonan Adam Malik sebagai Presiden Majelis Umum PBB di tahun 1971.
Wih emang sadis juga ya kisahnya. Apapun itu, yang jelas ini membuktikan bagaimana CIA begitu berperan besar dalam politik Indonesia. Bahkan banyak pihak yang menyebutkan hal ini masih terjadi hingga hari ini loh. Hmm, walaupun kita nggak bisa membuktikan tuduhan itu sih.
Yang jelas, ada pertaruhan kedaulatan kalau ngomongin keterlibatan negara seperti AS dalam menentukan arah perjalanan negara kita. Di 2024 nanti bakal ada isu-isu CIA lagi nggak ya?
Anyway, lalu gimana menurut kalian? Apa yang bisa kalian maknai dari kisah Adam Malik ini? #berikanpendapatmu (S13)