HomeRuang PublikPandemi, Australia Pilih Ekonomi atau Kesehatan?

Pandemi, Australia Pilih Ekonomi atau Kesehatan?

Oleh Ade Larassati Sugandhi

Di tengah pandemi, banyak negara dihadapkan pada dua pilihan yang sulit – yakni antara harus menjaga kesehatan masyarakat atau untuk menjaga aktivitas ekonomi agar tetap berjalan. Bagaimana dengan pemerintah Australia? Cara apa yang diambil oleh negara kanguru ini untuk menghadapi dilema ini?


PinterPolitik.com

Kurang lebih sudah dua tahun manusia di hampir seluruh dunia berusaha beradaptasi dengan kemunculan pandemi COVID-19. Tindakan yang bersifat proteksionis terhadap diri masing-masing juga terus diupayakan, seperti menggunakan masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan, hingga melakukan vaksinasi. Langkah yang demikian membuat banyak negara mulai melonggarkan segala pengetatan dengan tujuan agar bisa kembali seperti semula tetapi, dengan membentuk sebuah karakteristik baru, yakni bekerja di masa pasca pandemi.

Salah satu negara yang berfokus dalam hal ini ialah Australia dengan klaim bahwa situasi yang mereka hadapi mampu membawa Australia memasuki kondisi next normal. Tercatat dari bulan Oktober-November 2021, kasus harian COVID-19 di Australia sudah berada di bawah angka 2.500 kasus, sehingga persiapan pembukaan kembali aktivitas ekonomi semakin digencarkan.

Meski data telah menunjukkan adanya kesempatan bagi pemerintah Australia untuk kian melonggarkan peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya, bukan berarti eksistensi dari pandemi COVID-19 dapat dikesampingkan begitu saja. Berbagai konsiderasi dilakukan dengan tujuan agar proteksi dapat diberikan kepada dua aspek, baik sosial maupun ekonomi.

Kini pertanyaannya, di mana pemerintah Australia lebih menitikberatkan perlindungan? Apakah manusia atau uang? Untuk menjawab pertanyaan ini, dapat kita analisis secara singkat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Australia sebagai syarat bagi pelaku usaha untuk bisa kembali beroperasi.

Merujuk pada artikel yang dirilis oleh FairWork Ombudsman dengan judul COVID-19 vaccinations: workplace rights and obligations, dapat diketahui bahwa pemerintah Australia sangat menganjurkan – bahkan mewajibkan – para pengusaha untuk menjaga kesehatan serta keselamatan seluruh pihak yang terlibat dalam operasional bisnis mereka. Pihak tersebut termasuk pekerja maupun pengunjung di wilayah tempat bekerja.

Baca juga :  Menyingkap Sportwashing dalam Laga Indonesia-Bahrain

Kewajiban ini dilandaskan pada peraturan mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Workplace Health and Safety atau WHS), khususnya di masing-masing negara bagian dan wilayah. Dalam WHS, terdapat setidaknya empat poin yang menjadi sorotan utama, yakni (1) vaksinasi COVID-19, (2) jaga jarak, (3) kebersihan, dan (4) manajemen resko.

Di samping arahan untuk keempat poin tersebut, pemerintah Australia dengan syarat dan ketentuan juga turut menjamin perlindungan atas pekerjaan yang dimiliki warganya apabila harus mengajukan izin atau cuti dikarenakan sakit. Jaminan tersebut termasuk bahwa pekerja tidak akan kehilangan pekerjaannya dan tetap dapat menerima gaji apabila mengajukan mekanisme cuti dengan tetap dibayar. Peraturan yang merinci juga disusun oleh setiap negara bagian di Australia dengan menimbang kondisi sosial masyarakatnya masing-masing.

Meski arahan dan persiapan ditujukan untuk bekerja dalam dunia luring, opsi bagi pelaku bisnis untuk melakukannya dengan metode daring tetap diutamakan. “Remote is the new reality”. Remote working atau kerja jarak jauh, sederhananya, merupakan istilah yang menggambarkan model kerja yang dianut oleh sebuah perusahaan dengan memperbolehkan karyawannya bekerja dari lokasi masing-masing.

Sistem bekerja yang demikian cukup marak digencarkan oleh perusahaan-perusahaan besar di Australia, seperti PwC yang terlihat dalam artikel rekomendasi yang bertujuan untuk memberikan sejumlah konsiderasi sebelum operasional bisnis luring benar-benar diberlakukan. Selain itu, pada aplikasi pencarian kerja, seperti LinkedIn, juga ditemukan banyak sekali lowongan kerja yang menerapkan sistem remote working. Hal yang demikian disampaikan langsung oleh Adam Gregory selaku direktur senior untuk LinkedIn Talent Solutions di Asia-Pasifik.

Dengan ini, dapat dikatakan bahwa meski pembukaan kembali aktivitas perekonomian di Australia mulai dilakukan karena melihat kondisi yang mulai kondusif tetapi perlindungan bagi masyarakatnya tetap menjadi prioritas. Secara normatif, komitmen pemerintah maupun perusahaan dapat terlihat pada kebijakan yang dikeluarkan oleh masing-masing, walaupun tentu fakta di lapangan nantinya juga perlu untuk diperhatikan kesesuaiannya dengan perencanaan saat ini.

Baca juga :  Menyingkap Sportwashing dalam Laga Indonesia-Bahrain

Tentu, apresiasi layak diberikan untuk pemerintah Australia maupun pelaku bisnis di dalamnya karena membuka langkah awal dengan cukup baik. Hal yang demikian juga bisa menjadi contoh bagi negara-negara lainnya – baik yang baru akan memulai maupun yang sudah dalam proses pelaksanaan – bahwa kesehatan masyarakat tetap harus menjadi prioritas unggulan.


Profil Ruang Publik - Ade Larassati Sugandhi

Opini adalah kiriman dari penulis. Isi opini adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi PinterPolitik.com.


Banner Ruang Publik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

Ebook Promo Web Banner
spot_imgspot_img

#Trending Article

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Dengarkan artikel ini: Dibuat dengan menggunakan AI. Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok...

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah negara kini kembali hadir?

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Narasi kejayaan Nusantara bukan tidak mungkin jadi landasan Prabowo untuk bangun kebanggaan nasional dan perkuat posisi Indonesia di dunia.

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

More Stories

Menyingkap Sportwashing dalam Laga Indonesia-Bahrain

Kontroversi ini perpanjang daftar kritik terhadap wasit dari Timur Tengah, di tengah dugaan bias dan pengaturan skor sepak bola internasional.

Unlike Jokowi, Prabowo Will Be His Own Man

More assertive foreign policy and democratic backsliding are most likely on the horizon as Prabowo Subianto becomes the next Indonesian president.

Fenomena Gunung Es “Fake Review”

Fenomena fake review kini banyak terjadi di jual-beli daring (online). Siapakah yang dirugikan? Konsumen, reviewer, atau pelaku usahakah yang terkena dampaknya? PinterPolitik.com Sejak berlangsungnya proliferasi internet...