HomeRuang PublikNasib Prabowo Sama Dengan Lula Da Silva?

Nasib Prabowo Sama Dengan Lula Da Silva?

Oleh Ardi Muhammad Rifqi, Pembantu Dekan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM


PinterPolitik.com

Tidak ada kata menyerah di dalam hati seorang pejuang, menang kalah biasa!– Prabowo Subianto

Partai Gerindra kembali mengajukan Ketua Umumnya, Letjen TNI (Purn.) Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada pemilihan presiden tahun 2024. Untuk mewujudkan mimpi Prabowo, Partai Gerindra berkoalisi dengan Partai Golkar, Partai Demokrat, PAN, dan juga partai non-parlemen, yakni dengan PBB, PSI, Partai Garuda dan Partai Gelora.

Dalam kesepakatannya, Prabowo akan berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden yang juga merupakan putra sulung dari Presiden Joko Widodo.

Usaha untuk menjadi Presiden RI sudah Prabowo mulai sejak 2004, kala itu Prabowo mengikuti konvensi capres dari Partai Golkar. Pada kesempatan itu Prabowo kalah dengan Wiranto yang pada akhirnya diusung Golkar sebagai capres pada Pilpres 2004. Meskipun kalah, posisi Prabowo waktu itu tidaklah buruk karena masuk 5 besar dengan nama top lainnya seperti Akbar Tandjung, Aburizal Bakrie, dan Surya Paloh.

Singkat cerita, akhirnya Prabowo mendirikan Partai Gerindra pada tahun 2008 sebagai kendaraan politiknya untuk menjadi Presiden. Setelah mendirikan Partai Gerindra, Prabowo tidak pernah absen dalam kontestasi Pilpres.

Sudah dapat dipastikan bahwa 2024 Prabowo kembali berkontestasi, yang juga merupakan fakta bahwa tidak ada tokoh lain di Indonesia sejak era Reformasi yang berkontestasi lebih dari 3 kali selain Prabowo Subianto. Saat ini rekor masih seimbang dengan Jusuf Kalla, yang juga 3 kali mengikuti Pilpres pada 2004, 2009 dan 2014.

Semangat Lula da Silva

Berkaca dari Lula da Silva yang menjadi Presiden Brazil pada percobaan keempat kalinya sejak 1989, patut dijadikan role model bagi Prabowo Subianto. Kegagalan pada tahun 1989, 1994, dan 1998 tidak menjadi tembok penghalang bagi Lula da Silva untuk tidak mencalonkan diri kembali menjadi Presiden. Pada akhirnya pada percobaan yang ke-4 kalinya, Lula da Silva terpilih menjadi Presiden untuk pertama kalinya dan menjalani 2 periode sebagai Presiden hingga tahun 2010.

Baca juga :  Prabowo and the 4 Star Generals

Semangat dan takdir untuk menjadi Presiden memang telah tertuliskan untuk Lula da Silva. Setelah menjalani 2 periode jabatan dan sempat masuk penjara karena tuduhan kasus korupsi, sekarang Lula da Silva kembali terpilih menjadi Presiden Brazil yang ke-3 kalinya.

Ia dilantik pada 1 Januari 2023 dengan usia 77 tahun, yang sekaligus mencatat sejarah sebagai Presiden Brazil tertua saat dilantik. Terlepas dari kasus korupsi, Lula da Silva sebagai tokoh kiri masih dicintai rakyat Brazil untuk memimpin sebagai Presiden dengan menang tipis melawan incumbent Jair Bolsonaro pada 2022. Keberhasilannya dalam meningkatkan nilai perekonomian Brazil menjadi salah satu prestasi terbesar dalam masa kepemimpinannya.

Meminjam kalimat Barack Obama, Lula da Silva ini merupakan “the most popular politician on earth”.

Sama dengan di Indonesia, Prabowo Subianto mungkin merupakan “the most popular politician in Indonesia” saat ini. Bagaimana tidak, setiap lima tahun sekali wajah Prabowo terpampang di seluruh penjuru negeri. Sekarang menjadi Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Maju.

Alasan Kuat Prabowo Bisa Menang

Tiga kali mengikuti Pilpres tentu menjadi bekal bagi Prabowo untuk bisa menjadi Presiden RI. Hal yang menjadi bekal nomor 1 adalah popularitas, namanya sudah dikenal hampir di seluruh Indonesia. Berdasarkan survei saat ini, nama Prabowo Subianto bertengger diperingkat teratas melampaui Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.

Peluang Prabowo untuk menjadi Presiden sangat besar dengan melihat peta politik saat ini. Semua bekal sudah dimiliki Prabowo untuk bisa menjadi Presiden, mulai dari basis massa loyalis, dukungan finansial, jaringan bisnis yang luas, popularitas, dan yang paling utama adalah endorsement dari Presiden Jokowi.

Alasan kuat kenapa Prabowo bisa menang juga diperkuat dengan ramalan Gus Dur yang meramal Prabowo akan menjadi Presiden di usia senja. Prabowo lahir pada 17 Oktober 1951, yang artinya pada tahun 2024 nanti akan menyentuh angka 73 tahun.

Baca juga :  Menyingkap Sportwashing dalam Laga Indonesia-Bahrain

Kalau masuk dalam aturan PNS sih seharusnya beliau sudah pensiun ya. Kembali ke ramalan Gus Dur, memang apa yang diramalkan Gus Dur banyak yang terjadi. Salah satu contohnya ramalan kepada KH. Said Aqil menjadi Ketua Umum PBNU setelah usia 55 tahun. Ternyata ramalan tersebut menjadi kenyataan bahwa KH. Said Aqil menjadi Ketua PBNU dalam Muktamar ke-32 NU di Makassar pada usia 56 tahun.

Dengan bekal, pengalaman, dan ramalan, seharusnya Prabowo menang pada Pilpres 2024 nanti. Momentum ini harus menjadi pembuktian bagi Prabowo bahwa dirinya layak dan pantas untuk memimpin Indonesia.

Kalau masih kalah ya mungkin memang tampuk kekuasaan tertinggi republik ini tidak ditakdirkan untuk beliau, atau mungkin bisa jadi pada tahun 2029 atau bahkan 2034.


Opini adalah kiriman dari Ardi Muhammad Rifqi. Isi opini adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi PinterPolitik.com.

spot_imgspot_img

#Trending Article

Kok Megawati Gak Turun Gunung?

Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri hingga kini belum terlihat ikut langsung dalam kampanye Pilkada. Kira-kira apa alasannya? 

Berani Prabowo Buka Pandora Papers Airlangga?

Ramai-ramai bicara soal kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen yang disertai dengan protes di media sosial, tiba-tiba juga ramai pula banyak akun men-share kembali kasus lama soal nama dua pejabat publik – Airlangga Hartarto dan Luhut Pandjaitan – yang di tahun 2021 lalu disebut dalam Pandora Papers.

“Sekolam” Ahok, Kesaktian Anies Luntur?

Keputusan Anies Baswedan meng-endorse Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024 memantik interpretasi akan implikasi politiknya. Utamanya karena Anies pada akhirnya satu gerbong dengan eks rivalnya di 2017 yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan PDIP serta tendensi politik dinasti di dalamnya, termasuk yang terjadi pada Pramono.

Siasat Prabowo Akui Sengketa LCS

Pemerintahan Prabowo disorot karena ‘akui’ klaim tumpang tindih LCS dalam joint statement Tiongkok. Mungkinkah ada siasat strategis di baliknya?

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok berpangkat mayor. Kiranya, terdapat rahasia tertentu di balik kesamaan itu yang dapat mendukung support dalam dimensi tertentu ke pemerintahan masing-masing. Mengapa demikian?

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

More Stories

Menyingkap Sportwashing dalam Laga Indonesia-Bahrain

Kontroversi ini perpanjang daftar kritik terhadap wasit dari Timur Tengah, di tengah dugaan bias dan pengaturan skor sepak bola internasional.

Unlike Jokowi, Prabowo Will Be His Own Man

More assertive foreign policy and democratic backsliding are most likely on the horizon as Prabowo Subianto becomes the next Indonesian president.

Fenomena Gunung Es “Fake Review”

Fenomena fake review kini banyak terjadi di jual-beli daring (online). Siapakah yang dirugikan? Konsumen, reviewer, atau pelaku usahakah yang terkena dampaknya? PinterPolitik.com Sejak berlangsungnya proliferasi internet...