Korea Selatan kini menjadi salah satu negara Asia dengan kemajuan industri dan teknologi. Apa kunci kesuksesan negara satu ini?
Menurut data dari World Bank, Korea Selatan pernah menjadi negara termiskin di dunia pada tahun 1960-an dan menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-13 di dunia pada tahun 2014. Hal ini ditambah dengan pernyataan dari Choirul Tanjung bahwa perkembangan ini didasari oleh berpindahnya fokus kebijakan pemerintah Korea Selatan yang awalnya berbasis pertanian menjadi berbasis teknologi.
Pernyataan tersebut membuat Myung Oak Kim dan Sam Jaffe menyatakan bahwa hubungan yang erat dengan teknologi merupakan bagian yang sangat penting dari Korea masa kini. Dari beberapa pernyataan di atas, penulis melihat bahwa inovasi dan teknologi merupakan kunci keberhasilan pembangunan industri dan ekonomi Korea Selatan.
Pada dasarnya, kebijakan industri Korea Selatan dimulai sejak awal 1960-an ketika Korea Selatan menjadi negara termiskin di dunia. Kebijakan tersebut berkontribusi terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) rata-rata 7,5 persen, 8,6 persen di tahun 1970-an, dan 9,3 persen di tahun 1980-an.
Pada masa tersebut, Korea Selatan terus menerus berkembang sampai akhirnya perkembangannya terganggu ketika investor asing menarik modal akibat krisis keuangan Asia pada tahun 1997-1998. Akan tetapi, perkembangan pada tahun 1960-1990 menjadi fondasi kuat bagi Korea Selatan untuk memperkuat industri dan ekonominya sampai akhirnya stabil pada tahun 2000.
Ada beberapa faktor pendukung terhadap inovasi dan teknologi yang merupakan kunci utama keberhasilan pembangunan industri Korea Selatan. Pertama, Korea Selatan menyadari bahwa pengembangan ide-ide baru menjadi lebih penting dari sebelumnya.
Hal ini dilihat dari perkembangan Tiongkok yang mulai beralih dari produksi karya yang bernilai rendah kepada manufaktur yang bernilai lebih tinggi. Oleh karena itu, Korea Selatan mulai banyak menaruh investasi di sektor Research and Development. Sektor ini sangat penting bagi Korea Selatan karena penelitian-penelitian yang dihasilkan mampu menjadikan Korea Selatan dengan keadaan saat ini.
Kedua, kebijakan pemerintah Korea Selatan yang selalu memastikan bahwa tenaga kerjanya harus terdidik dan pekerja keras. Kebijakan tersebut sangat mendukung kepada pengembangan teknologi dan inovasi karena akan mampu menciptakan produk-produk yang berkualitas sehingga pemerintah Korea Selatan mendorong para konglomerat dan chaebol untuk menghasilkan banyak produk-produk ekspor.
Penulis melihat bahwa tenaga kerja yang terdidik sangat penting bagi pembangunan sumber daya manusia di Korea Selatan. Tanpa tenaga kerja yang terdidik akan sulit untuk Korea Selatan mengembangkan sektor research and development (R&D) sehingga satu kesatuan dari sektor yang dibuat oleh Korea Selatan saling berkesinambungan.
Ketiga, keberhasilan Korea Selatan tidak akan pernah lepas dari peran Park Chung Hee sebagai presidennya. Pembangunan ekonomi yang terus menerus berkembang membuktikan bahwa sumber daya manusia sangat penting bagi suatu negara.
Kepemimpinan Park Chung Hee dapat dilihat dari bagaimana Korea Selatan mampu membangun industri yang begitu kuat walaupun kurang didukung dengan sumber daya alam. Penulis melihat bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi Korea Selatan terletak pada kemampuan sumber daya manusianya terutama pada strategi kebijakannya.
Pada masa Dinasti Joseon, pemerintah Korea Selatan masih berada dalam kemiskinan dan belum berfokus pada pengembangan inovasi teknologi. Akan tetapi, setelah Korea merdeka dari Jepang banyak para analis dan pemimpin melihat bahwa hal tersebut menjadi salah satu cara untuk Korea menjadi negara maju.
Pada tahun 2004, Korea Selatan menjadi surga teknologi dunia dan bahkan mengalahkan Amerika Serikat dan Eropa yang masih berusaha mencapai lebih dari 50 persen penyebaran akses broadband, sedangkan Korea Selatan telah memiliki aksesnya di seluruh negara. Selain itu, data yang dirilis dari Indeks Inovasi Bloomberg 2016 menunjukkan bahwa Korea Selatan merupakan negara dengan ekonomi paling inovatif di dunia. Hal yang sangat menarik adalah Korea Selatan berada di atas Jerman, Jepang, Swedia, dan Swiss.
Pasar global memang menuntut Korea Selatan untuk terus menerus melakukan inovasi khususnya perusahaan-perusahaan multinasional. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan multinasional yang berinvestasi dalam bidang Research and Development serta inovasi.
Menurut Darini, salah satu strategi para chaebol untuk menguasai dan memimpin teknologi global adalah dengan cara investasi di bidang Research and Development. Apabila dilihat dari sejarahnya, keberhasilan Korea Selatan dalam ekonominya setelah Perang Korea terlihat dari strategi pemerintah dalam pengembangan ekspor manufaktur yang biayanya rendah. Akan tetapi, kemunculan para chaebol sebagai perusahaan multinasional menjadi kunci yang sangat penting bagi perkembangan ekonomi Korea Selatan.
Dari pemaparan di atas, penulis memberikan beberapa poin penting yang sangat berguna untuk melihat kesimpulan dari tulisan ini. Pertama, inovasi dan teknologi adalah alasan yang sangat mutlak untuk melihat bagaimana pengembangan industri di Korea Selatan semakin meningkat. Apabila pemerintah Korea Selatan pada saat itu tidak berganti fokus pada teknologi maka penulis sangat yakin bahwa Korea Selatan tidak akan menjadi Korea Selatan saat ini.
Kedua, Park Chung Hee dan chaebol merupakan aktor yang sangat berperan penting dalam pengembangan industri dan ekonomi Korea Selatan. Keduanya saling berkesinambungan ketika Park Chung Hee mendorong para chaebol untuk membuat banyak produk ekspor.
Ketiga, sektor Research and Development menjadi akar utama Korea Selatan untuk mengembangkan ide-idenya. Korea Selatan mencoba bekerja sama dengan berbagai negara untuk terus menerus mengembangkan idenya yang diaktualisasikan dalam teknologi.
Dengan demikian, penulis melihat bahwa Korea Selatan bisa menjadi contoh bagi Indonesia untuk lebih memanfaatkan inovasi dan teknologi dalam mengembangkan banyak sektor yang dapat meningkatkan perekonomian Indonesia.
Tulisan milik Fauzi Wahyu Zamzami, mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Islam Indonesia.
Opini adalah kiriman dari penulis. Isi opini adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi PinterPolitik.com.
Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.