HomeRuang PublikKita Sedang Menatap Perang Dunia III?

Kita Sedang Menatap Perang Dunia III?

Oleh: Lettu Wahyu Suryodarsono, S.Tr.(Han), M.Sos, Alumni Paramadina Graduate School of Diplomacy


PinterPolitik.com

Beberapa waktu belakangan, banyak pihak maupun media di berbagai belahan bumi memperkirakan bahwa peristiwa Perang Dunia (PD) akan kembali terjadi. Sebagai contoh, ekonom Amerika Serikat (AS) kelahiran Turki, Nouriel Roubini, dilansir dari Bezinga.com pada tahun 2022, sempat mengemukakan bahwa perang dingin antara AS dengan Tiongkok kian memburuk dan Perang Dunia III telah dimulai.

Argumen tersebut didasari atas konflik yang tengah berlangsung di Eropa Timur (Rusia-Ukraina), dan memanasnya friksi antara AS dan Tiongkok.

Namun, beberapa diantaranya seringkali tidak didasarkan pada asumsi maupun opini yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, bahkan cenderung hanya berdasarkan ramalan fiksi belaka.

Beberapa contoh tersebut antara lain seperti pada ramalan Nostradamus yang menyebut bahwa Perang Dunia III akan terjadi pada tahun 2023. Lebih anehnya lagi, seperti pada salah satu postingan akun TikTok “Penjelajah waktu” Trevor the Time Traveler, yang mengklaim memiliki tiga skenario perang dunia, yakni 21 Februari 2024, dimulai 29 Mei 2030 dan berakhir pada tahun 2037.

Terdapat juga beberapa opini yang menyebut bahwa sebenarnya PD III sudah dimulai sejak lama. Keanehan akan asumsi ataupun ramalan-ramalan tersebut kini menjadi konsumsi publik, dan akhirnya menimbulkan kegelisahan bagi masyarakat dunia.

Prediksi maupun ramalan-ramalan tersebut tidak hanya berada di level media-media nasional, tetapi juga pada level mancanegara. Meskipun demikian, tanda-tanda akan terjadinya Perang Dunia, tanpa kita sadari, memang sedang terjadi pasca meningkatnya ekskalasi konflik di beberapa belahan dunia.

Melihat Eskalasi

Yang perlu untuk diperhatikan adalah, Perang Dunia tidaklah sama dengan perang-perang yang terjadi di beberapa wilayah dunia saat ini, di mana konflik yang terjadi hanya sebatas pada level antar negara ataupun regional.

Sebuah perang baru dikatakan sebagai Perang Dunia, apabila terjadi polarisasi politik antara dua kutub atau lebih kekuatan global yang saling berkonflik satu sama lain, dan seringkali melibatkan negara-negara adidaya di dalamnya.

Baca juga :  Siasat Prabowo Akui Sengketa LCS

Sebagai contoh, yakni perang antara Blok Sekutu (Prancis, Inggris, Rusia, AS, dll) dan Blok Sentral (Jerman, Turkiye, Austria-Hungaria, dll) pada PD I, antara Sekutu (AS, Inggris, Uni Soviet) dengan Poros (Jerman, Jepang, Italia) pada PD II, serta Blok Barat (AS serta sekutunya dalam NATO) dan Blok Timur (Uni Soviet dan negara-negara Pakta Warsawa) pada Perang Dingin.

Yang terjadi saat ini adalah konflik antar negara ataupun regional, yang meskipun merupakan proxy dari negara-negara adidaya, tidak tergabung ataupun mengandung unsur-unsur gabungan kutub, aliansi, maupun poros beberapa negara sekaligus.

Tebaran Konflik

Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa konflik besar yang bisa kita highlight sebagai bagian penting dari peningkatan ekskalasi konflik secara global.

Pertama, perang Rusia-Ukraina. Serangan yang dilakukan oleh pasukan Rusia pada 24 Februari 2022 membuat perang ini meletus di perbatasan timur Ukraina. Perang ini menarik atensi AS dan NATO untuk turut membantu Ukraina dalam mempertahankan teritorial negaranya. Status konflik antar kedua negara masih berlangsung hingga saat ini.

Kedua, sengketa wilayah Tiongkok-Taiwan. Manuver militer Tiongkok semakin sering terjadi dan agresif sejak mantan Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, mengunjungi Taiwan pada Agustus 2022 lalu.

Tiongkok menghentikan komunikasi militernya dengan AS sebagai wujud ketidaksenangannya atas kunjungan pejabat AS tersebut ke Taiwan. Kunjungan itu dianggap Beijing sebagai bagian dari memasuki wilayahnya yang perlu dipertahankan, jika perlu, dengan kekerasan.

Hubungan AS-Tiongkok sebelum ini juga diketahui memanas pasca Perang Dagang yang terjadi antara kedua negara. Sengketa ini diperparah dengan manuver Tiongkok yang berulang kali mengerahkan armada militernya dan mengklaim nine dash line di Laut China Selatan, serta berbagai proyek infrastrukturnya di negara lain dalam kerangka Belt and Road Initiative (BRI).

Ketiga, semenanjung Korea. Korea Utara diketahui telah menutup sekitar 25 persen kantor kedutaannya di negara-negara lain, termasuk di Eropa.

AS, Jepang, dan Korea Selatan telah meningkatkan intensitas latihan militer baru-baru ini dan melakukan pertemuan untuk membahas inisiatif bersama di bidang teknologi serta pertahanan.

Baca juga :  Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Intensitas uji coba nuklir dengan skenario “bumi hangus” terhadap sejumlah wilayah Korea Selatan juga terus dilakukan militer Korea Utara sejak Agustus 2023 lalu.

Keempat, perang Israel-Hamas (Palestina). Meski sudah berlangsung sangat lama, konflik antara Israel dengan Hamas kembali memanas pasca serangan roket yang terjadi pada 7 Oktober 2023.

Korban tewas terbanyak hingga saat ini berada di pihak warga sipil Palestina, termasuk anak-anak di bawah umur. Perang ini dapat meluas karena turut melibatkan aliansi Jihadis Islam (Hamas-Hizbullah-Houthi), serta turut berpotensi meluas melibatkan Iran, Suriah, Mesir, dan Lebanon.

Polarisasi adalah Akarnya

Apabila timbul polarisasi (baik secara ideologis maupun kepentingan) sebagai dampak dari konflik-konflik tersebut, maka dapat dipastikan akan terbentuk blok-blok tertentu yang nantinya akan mendorong pengulangan sejarah menuju Perang Dunia. Hal ini sangat mungkin terjadi dikarenakan banyaknya intervensi dari negara-negara adidaya di belakang konflik-konflik tersebut.

Hal ini diperparah dengan fenomena melemahnya peran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam melakukan intervensi kemanusiaan terhadap sejumlah konflik yang terjadi di seluruh dunia (termasuk Israel-Palestina), serta peningkatan kerja sama dalam pengembangan senjata nuklir, seperti yang dilakukan oleh Korea Utara, Iran, dan negara-negara dalam kerangka kerja sama AUKUS (AS, Inggris, Australia).

PBB yang kerap kali melakukan humanitarian intervention dan pengerahan pasukan perdamaian, dinilai kurang bertaji apabila dihadapkan dengan konflik yang melibatkan negara adidaya.

Beberapa tokoh dunia seperti Elon Musk, serta para pakar dan akademisi mulai menyoroti kemungkinan Perang Dunia III yang akan terjadi dalam waktu dekat. Meskipun masih bersifat asumsi, ramalan akan terjadinya Perang Dunia III tentunya tidaklah kita harapkan.

Karena pada hakikatnya, perang adalah sebuah bentuk kemunduran peradaban, dan korban utama dari perang selain nyawa manusia, adalah “kemanusiaan” itu sendiri.


Opini adalah kiriman dari Wahyu Suryodarsono. Isi opini adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi PinterPolitik.com.


spot_imgspot_img

#Trending Article

Kok Megawati Gak Turun Gunung?

Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarnoputri hingga kini belum terlihat ikut langsung dalam kampanye Pilkada. Kira-kira apa alasannya? 

Berani Prabowo Buka Pandora Papers Airlangga?

Ramai-ramai bicara soal kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen yang disertai dengan protes di media sosial, tiba-tiba juga ramai pula banyak akun men-share kembali kasus lama soal nama dua pejabat publik – Airlangga Hartarto dan Luhut Pandjaitan – yang di tahun 2021 lalu disebut dalam Pandora Papers.

“Sekolam” Ahok, Kesaktian Anies Luntur?

Keputusan Anies Baswedan meng-endorse Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024 memantik interpretasi akan implikasi politiknya. Utamanya karena Anies pada akhirnya satu gerbong dengan eks rivalnya di 2017 yakni Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan PDIP serta tendensi politik dinasti di dalamnya, termasuk yang terjadi pada Pramono.

Siasat Prabowo Akui Sengketa LCS

Pemerintahan Prabowo disorot karena ‘akui’ klaim tumpang tindih LCS dalam joint statement Tiongkok. Mungkinkah ada siasat strategis di baliknya?

Rahasia Triumvirat Teddy, AHY, dan Hegseth?

Terdapat kesamaan administrasi Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Prabowo Subianto, yakni mempercayakan posisi strategis kepada sosok berpangkat mayor. Kiranya, terdapat rahasia tertentu di balik kesamaan itu yang dapat mendukung support dalam dimensi tertentu ke pemerintahan masing-masing. Mengapa demikian?

Anies Di-summon PKS!

Ahmad Syaikhu in a battle against Dedi be like, “I summon Anies Baswedan!”  #Anies #AniesBaswedan #PilkadaJawaBarat #AhmadSyaikhu #IlhamHabibie #PKS #pinterpolitik #infografis #politikindonesia #beritapolitik #beritapolitikterkini

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

More Stories

Menyingkap Sportwashing dalam Laga Indonesia-Bahrain

Kontroversi ini perpanjang daftar kritik terhadap wasit dari Timur Tengah, di tengah dugaan bias dan pengaturan skor sepak bola internasional.

Unlike Jokowi, Prabowo Will Be His Own Man

More assertive foreign policy and democratic backsliding are most likely on the horizon as Prabowo Subianto becomes the next Indonesian president.

Fenomena Gunung Es “Fake Review”

Fenomena fake review kini banyak terjadi di jual-beli daring (online). Siapakah yang dirugikan? Konsumen, reviewer, atau pelaku usahakah yang terkena dampaknya? PinterPolitik.com Sejak berlangsungnya proliferasi internet...