HomePolitikKetika Vaksin Corona “Dimanfaatkan”

Ketika Vaksin Corona “Dimanfaatkan”

Oleh John Zachary, Direktur Pelaksana Aura HVAC

Saya bangun jam 6 di pagi ini untuk membaca banyak pesan. Salah satunya dari teman baik saya di Amerika Serikat (AS) yang merupakan seorang komentator politik terkemuka, Wayne Allyn Root. Dia mendapatkan tautan atas sebuah artikel surat kabar di Inggris dan komentarnya hanyalah satu kata, “Wow!”

Artikel tersebut adalah artikel tentang pengurungan warga negara Inggris yang sedang berlangsung saat ini yang mana pemerintah suka menyebutnya dengan istilah “lockdown“. Dalam artikel tersebut, dinyatakan bahwa – menurut tim Imperial College Covid-19 yang memberikan anjuran kepada Pemerintah Inggris – pembatasan selama 18 bulan dapat dilakukan hingga vaksin tersedia.

Profesor Neil Ferguson yang memimpin Departemen Epidemiologi Penyakit Menular di Imperial College berperan penting dalam menciptakan model yang menjadi informasi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan Pemerintah Inggris – meski informasi sebelumnya ternyata salah dan telah direvisi. Departemen yang sama ini didanai sepenuhnya oleh Bill dan Melinda Gates Foundation. “Mr. & Mrs. Vaksin ” menengadahkan kepala mereka lagi.

Dan begitulah. Vaksin Covid-19 ada di depan dan di tengah kita dan kita semua yang bugar dan sehat harus menunggu vaksin sebelum kehidupan kembali normal. Kedengarannya masuk akal bagi sebagian orang sampai Anda mengetahui siapa yang mendorong untuk vaksin dan bagaimana penyerangan dari dalam itu — atau disebut sebagai kuda troya — dan seberapa biasa Covid-19 ini.

Sudah diakui bahwa lebih dari 90% orang-orang meninggal yang terkait dengan Covid-19 memiliki kondisi dengan penyakit lain sebelumnya. Ini adalah komorbiditas. Dengan kata lain, penyakit lain turut memengaruhi.

Dalam laporan Center for Disease Control and Prevention (CDC) AS baru-baru ini, 80% dari mereka yang meninggal akibat Covid-19 berusia 65 tahun dan hasil persentase tertinggi terparah adalah mereka yang berusia 85 tahun ke atas. Laporan lain dari CDC dan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 75-80% kasus hanya gejala ringan yang  sembuh dalam beberapa minggu. Namun, di luar itu semua, tidak tersedia angka untuk kasus tanpa gejala yang telah tertular virus dan mereka yang bahkan tidak menyadarinya.

Dari sini, setiap pemikiran logis akan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini :Mengapa orang sehat yang memiliki risiko kecil terkena dampak Covid-19  di-lockdown? Mengapa orang di seluruh dunia diberitahu bahwa mereka harus menunggu vaksin sebelum kehidupan kembali normal?

Mengapa ada saran yang bertentangan dari dokter yang dihormati dan ahli epidemiologi yang tidak bekerja untuk WHO tidak didengarkan atau dipertimbangkan? Apakah ini suatu kebetulan bahwa penyandang dana terbesar kedua WHO – setelah pemerintah Amerika Serikat – adalah miliarder  yang tidak lain (silakan tebak) “Mr. & Mrs. Vasin” Bill dan Melinda Gates.

Bagaimana garis waktu virus Corona sebenarnya? Kapan dia datang di negara-negara lain di luar Tiongkok?

Mengapa negara-negara di seluruh dunia rela menghancurkan ekonomi mereka – menimbulkan anjloknya kemiskinan dan kesulitan, petugas kesehatan yang sengsara, serta kematian yang akan menyertai?

Mengingat jumlah perjalanan dari Tiongkok – termasuk Wuhan – selama bulan Desember dan Januari, sangat mungkin Covid-19 tiba lebih awal dari kasus yang telah dilaporkan di banyak negara dan sulit dibedakan dengan flu musiman.

Standar sikap pemerintah di seluruh dunia pun tampaknya adalah untuk menunggu vaksin. Apakah ini strategi yang tepat? Beberapa protokol dalam studi awal terbukti sangat efektif terhadap Covid-19. Dr Anthony Cardillo – spesialis kedokteran emergensi dan CEO di Mend Urgent Care – telah melihat hasil yang signifikan dari hidroksiklorokuin (atau klorokuin), obat yang sudah diuji yang awalnya dimaksudkan untuk Malaria. Obat yang dikombinasikan dengan seng (zinc) ini adalah sebuah protokol yang menjanjikan dengan data lebih lanjut dari Prancis yang mendukung hasil ini.

Contoh lain pada pendapat-pendapat yang berbeda dari media mainstream adalah ahli epidemiologi John Ionannidis – seorang direktur di Meta-Research Innovation Center di Stanford University (METRICS). Beliau berpendapat bahwa statistik yang tidak berarti diproyeksikan berdasarkan sampel yang tidak dapat diandalkan. Ionannidis percaya bahwa estimasi yang masuk akal untuk kematian populasi umum adalah antara 0,05 % pada tingkat rendah hingga angka yang diragukan, yakni 1% pada populasi dengan persentase lansia yang sangat tinggi. Figur ini diekstrapolasi dari Diamond Princess, sebuah kapal pesiar dengan sebagian besar penumpang tua yang memiliki wabah virus Cona. Pada 0,05 % atau bahkan dua kali lipat dari 0,1% ini merupakan angka flu musiman.

Untuk Indonesia, negara dengan populasi yang sangat muda, dan dengan mempertimbangkan data risiko yang berkaitan dengan usia, penyakit ini berarti dapat ditangani sebagai bentuk flu musiman yang parah jika protokol untuk melindungi mereka yang memiliki imun lemah dan yang lanjut usia diberlakukan.

Epidemiologi lain menunjukkan bahwa kekebalan kawanan (herd immunity) adalah cara terbaik untuk mengatasi masalah – sekali lagi – protokol untuk melindungi orang tua dan rentan. Victor Davis Hanson, seorang peneliti senior di Hoover Institution mengira kekebalan tubuh mungkin sudah ada di California, AS. Asumsi Hanson ini menjelaskan perbedaan besar dalam kematian antara California dan New York, AS – seperti yang dilaporkan oleh CNN yang menyoroti 32 kali lebih banyak kematian per 100.000 di New York daripada di California yang memiliki banyak pengunjung dari Tiongkok selama tahap awal virus Corona.

Ini membawa saya kembali berputar ke pasangan “Mr. & Mrs. Vaksin” Bill dan Melinda Gates. Bill Gates tiba-tiba menjadi sangat vokal dalam hal Covid-19 seperti yang disaksikan oleh Reddit AMA-nya. Dia sepertinya berpikir seseorang telah memilihnya, serta merasa perlu mengurus apa yang seharusnya dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh pemerintah dan apakah orang-orang harus “diizinkan” untuk mengadakan pertemuan massal tanpa vaksinasi. Sepatah kata untuk orang bijak. Sebuah media yang menipu akan memberi tahu Anda banyak perusahaan sedang mengerjakan vaksin. Benar. Tapi apa pun vaksinnya, dan anda boleh yakin bahwa Gates adalah pelopornya, saya jamin Quantum Dot milik “Mr. & Mrs. Vaksin” akan menjadi bagian dari formula vaksinna.

Jadi, apa Quantum Dot yang saya dengar Anda pertanyakan? BioHackinfo.com memberi tahu kita: “Tatto quantum-dot melibatkan penerapan jarum mikro berbasis gula yang dapat larut yang mengandung vaksin dan ‘Quantum Dot’ berbasis tembaga yang tertanam di dalam kapsul biokompatibel berskala mikron. Setelah jarum mikro larut di bawah kulit, mereka meninggalkan titik-titik kuantum yang dienkapsulasi yang polanya dapat dibaca untuk mengidentifikasi vaksin yang diberikan.”

Intinya, titik-titik itu bertindak seperti barcode dan dapat dibaca untuk menyatakan apakah Anda telah divaksinasi atau tidak. Kedengarannya tidak berbahaya. Namun, bagaimana jika Anda tidak ingin atau membutuhkan vaksinasi dan tidak setuju dengan tato digital ini? Apakah Anda akan dicegah memasuki tempat-tempat tertentu atau bepergian? Apakah pemerintah hanya menggunakan kekuatan ini untuk kebaikan atau kontrol?

Lebih jauh lagi, Mr.Gates juga sedang mengerjakan ID2020 yang merupakan identifikasi digital yang ditanamkan di bawah kulit.

Mungkin juga, Anda mendapatkan identifikasi ini melalui vaksin yang sangat Anda butuhkan. Jangan percaya padaku. Periksa saja di situs web mereka. Ini adalah tanda identitas digital. Tambahkan juga pemahaman bahwa masyarakat tanpa tunai (cashless society) tengah dikembangkan oleh banyak orang dan, tiba-tiba, Anda akan menyadari bahwa tengah terdapat gagasan yang “buruk” di baliknya.

Anda harus mendapatkan vaksin agar “aman”. Dengan vaksin, anda akan mendapatkan ID digital. Bukti vaksinasi dan ID ini akan digunakan untuk mengontrol akses ke berbagai layanan dan kebebasan yang anda terima sekarang dan, akhirnya, dengan masyarakat tanpa tunai, kalian juga integrasikan kebutuhan tersebut ke ID Digital kalian. Dan begitulah akhir ceritanya. Orang yang berjumlah sedikit berakhir mengendalikan banyak orang lain. Kamu pun menjadi seorang “budak”.

Teori konspirasi.

Kematian global dari Covid-19, sebuah penyakit dengan komorbiditas tinggi, ini adalah 120.000 – seperti yang tertulis. Dunia sedang lockdown menunggu vaksin. Di sisi lain, flu musiman membunuh antara 290.000-600.000 secara global setiap tahunnya. Tidak ada lockdown. Kini, ekonomi malah sedang di ambang kehancuran dan jutaan orang harus jatuh ke dalam kemiskinan.

Secara pribadi, saya bukan penggemar media sosial. Saya tidak suka orang-orang yang mendirikan sebagian besar perusahaan-perusahan itu, tetapi hanya untuk subjek ini saya memulai membuka akun Twitter. Jika Anda setuju dengan saya atau curiga dengan apa yang sedang terjadi sekarang, silakan Follow saya di akun yang terdaftar dan share.

****

WebMD mendefinisikan Herd Immunity.

Herd Immunity

Herd Immunity atau imun (kekebalan) kelompok adalah ketika sebagian besar populasi suatu daerah kebal terhadap penyakit tertentu. Jika cukup banyak orang yang kebal terhadap penyebab suatu penyakit, seperti virus atau bakteri, tidak akan ada tempat untuk datang ke dalam badan seseorang bagi bakteri atau virus tersebut.

Meskipun tidak setiap individu dapat kebal, secara keseluruhan kelompok atau komunitas memiliki perlindungan karena terdapat lebih sedikit orang yang berisiko tinggi secara keseluruhan. Tingkat infeksi menurun dan penyakit ini akan hilang.

Herd immunity dapat melindungi populasi yang berisiko. Ini meliputi bayi dan mereka yang sistem kekebalannya lemah, serta mereka yang tidak bisa mendapatkan resistensi dengan sendirinya.

Bagaimana Anda Mendapatkan Herd Immunity?

Ada dua cara ini agar bisa terjadi:

Anda dapat mengembangkan resistensi secara alami. Ketika terkena virus atau bakteri, tubuh Anda akan membuat antibodi untuk melawan infeksi. Ketika Anda pulih, tubuh Anda menyimpan antibodi ini. Anda pada akhirnya akan bertahan melawan infeksi lain. Inilah yang menghentikan wabah virus Zika di Brazil. Pada dua tahun setelah wabah mulai menyebar, 63% dari populasi pernah terpapar virus ini. Para peneliti berpikir bahwa komunitas di Brazil mencapai tingkat yang tepat untuk mendapatkan kekebalan kawanan (herd immunity).

Tulisan milik John Zachary, Direktur Pelaksana Aura HVAC.

Tulisan ini sebelumnya pernah dimuat di rubrik Foreign View, PinterPolitik.com, dengan judul No Digital ID pada 15 April 2020.

“Disclaimer: Opini adalah kiriman dari penulis. Isi opini adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi PinterPolitik.com.”

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Menyingkap Sportwashing dalam Laga Indonesia-Bahrain

Kontroversi ini perpanjang daftar kritik terhadap wasit dari Timur Tengah, di tengah dugaan bias dan pengaturan skor sepak bola internasional.

Unlike Jokowi, Prabowo Will Be His Own Man

More assertive foreign policy and democratic backsliding are most likely on the horizon as Prabowo Subianto becomes the next Indonesian president.

Fenomena Gunung Es “Fake Review”

Fenomena fake review kini banyak terjadi di jual-beli daring (online). Siapakah yang dirugikan? Konsumen, reviewer, atau pelaku usahakah yang terkena dampaknya? PinterPolitik.com Sejak berlangsungnya proliferasi internet...