Site icon PinterPolitik.com

Penguatan Kerjasama Keamanan Indonesia-AS

Kerjasama Keamanan Indonesia-AS

Jokowi dan Trump (Foto: Istimewa)

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar kerjasama keamanan Indonesia-AS tetap langgeng.


PinterPolitik.com

[dropcap]P[/dropcap]ada tulisan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa dengan menjaga kepentingan keamanan bersama antara Indonesia dan AS, akan mampu memperkuat Pemerintahan Presiden AS, Donald J. Trump. Terutama karena saat ini negara-negara di Asia Tenggara tengah menghadapi tiga ancaman yang datang bersamaan.

Selain ancaman berkembangnya militansi Negara Islam akibat sebaran pejuang militan dari Timur Tengah yang kembali ke negaranya atau membangun pangkalan Negara Islam yang baru, Asia Tenggara juga kini tengah berhadapan dengan merebaknya perselisihan militerisasi di Kawasan Laut Cina Selatan, serta kembali maraknya pembajakan di wilayah perairan.

Walaupun sengketa di Kawasan Laut Cina Selatan telah meningkat dengan mulai agresifnya peningkatan aktivitas militer antara Beijing dan Washington. Namun Indonesia sebagai negara yang memiliki pengaruh besar di ASEAN, sebenarnya memiliki posisi strategis yang mampu menjadi penengah dan pereda ketegangan di kawasan tersebut.

Di sisi lain, walau Jokowi telah berkomitmen untuk memerangi terorisme dari militansi Negara Islam dan pembajakan, namun hingga kini masih mengalami kesulitan untuk mengatasi ancaman non tradisional tersebut. Oleh karena itu, ada baiknya bila Washington, Jakarta, Australia, serta kekuatan regional lainnya, mengambil langkah-langkah berikut ini:

Menghadapi Tantangan di Laut Cina Selatan

Memerangi Militansi Negara Islam

Menumpas Pembajakan

Perkuat Hubungan Strategis

Apabila Indonesia dan AS menjalin hubungan strategis yang menghindari ilusi dan berfokus pada tiga sasaran keamanan terpisah, yaitu meningkatkan pertahanan di Laut Cina Selatan, memerangi militansi Negara Islam, menumpas pembajakan, dan kejahatan trans-nasional lainnya di Asia Tenggara, maka tak hanya akan meningkatkan keamanan regional tapi juga memajukan kepentingan kedua negara.

Pemerintah Indonesia dapat mengambil posisi lebih kuat di Laut Cina Selatan, serta dapat mendorong ASEAN untuk menempatkan posisi yang lebih terpadu dan secara keseluruhan pada sengketa di Laut Cina Selatan. Sebab dalam beberapa tahun terakhir, ASEAN telah gagal mencapai konsensus mengenai strategi yang akan dilakukan terhadap Laut Cina Selatan.

Posisi Indonesia yang lebih kuat tentunya akan dapat meyakinkan negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia dan Filipina untuk bergabung melalui pendekatan yang terpadu. Di sisi lain, komitmen Jakarta untuk memerangi Negara Islam dan pembajakan pun, akan semakin memacu pendanaan demi memerangi kelompok-kelompok militan tersebut.

Dengan adanya komitmen bersama ini, Indonesia tak hanya menjadi lebih aman, tapi juga dapat membantu mengungkap sel-sel militan Negara Islam, baik di Australia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan negara mitra AS lainnya. Komitmen ini tentu mewajibkan Indonesia untuk meningkatkan jaringan intelijennya dan membagi lebih banyak informasi dengan negara-negara kawasan.

Bila komitmen bersama ini telah terbentuk, para elit di Washington maupun di Jakarta dapat menggalang kembali hubungan yang berfokus pada keamanan kedua negara, serta memastikan upaya agar hubungan ekonomi dipastikan tidak akan memburuk. Di sisi berbeda, AS juga perlu mengakui kalau Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara.

Pengakuan ini juga harus diimplementasikan melalui strategi jangka panjang AS terhadap Asia Tenggara, terutama Indonesia yang potensi pasar terbesarnya belum dimanfaatkan dengan baik oleh perusahaan-perusahaan AS di Asia Tenggara. Padahal dengan jumlah penduduknya yang banyak, Indonesia masih memiliki potensi yang sangat besar bagi para investor asing.

Pada akhirnya, diharapkan terciptanya hubungan yang baik antara Indonesia dan AS akan menjadi aset tersendiri, jika hubungan Washington dengan negara-negara mayoritas Muslim lainnya terancam akibat pergeseran kebijakan imigrasi AS. Hubungan produktif yang dimiliki AS dengan negara Muslim terbesar di dunia ini, akan dapat membantu mengurangi citra buruk akibat kebijakan yang sebenarnya bertujuan untuk mempersempit masuknya militansi ke AS tersebut.

Diterjemahkan dari tulisan Joshua Kurlantzick berjudul Keeping the U.S.-Indonesia Relationship Moving Forward. Copyright © 2018 by the Council on Foreign Relations. Dipublikasikan ulang dengan persetujuan penulis.


“Disclaimer: Opini ini adalah kiriman dari penulis. Isi opini adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi PinterPolitik.com.”
Exit mobile version