HomePolitikIsrael-Palestina di Tengah Corona

Israel-Palestina di Tengah Corona

Oleh Dewangga Putra Mikola, mahasiswa Administrasi Publik di Universitas Negeri Yogyakarta

Palestina dan Israel merupakan dua entitas politik yang hingga kini belum menemukan titik temu soal kedaulatan dan batas wilayah. Namun, di tengah perseteruan itu, kedua negara memutuskan untuk menghentikan konflik di tengah pandemi virus Corona (Covid-19).


PinterPolitik.com

Selama ini, Israel dan Palestina sering terlibat konflik. Kedua negara ini tidak pernah akur. Konflik Israel dan Palestina ini sejatinya dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia II. Permasalahan mendasarnya adalah sengketa perebutan wilayah.

Kedua negara ini terlibat perseturuan dalam memperebutkan kekuasaan daerahnya hingga menimbulkan kekacauan yang rumit. Konflik antara Israel-Palestina ini telah menjadi konflik paling tragis dan tidak bisa dikendalikan di dunia.

Namun, konflik Israel-Palestina mulai sedikit mereda sejak dunia mulai dilanda bencana. Bencana ini adalah salah satu bencana mematikan yang disebabkan oleh virus Corona (Covid-19). Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menyatakan wabah Covid-19 sebagai pandemi global.

Hal ini terjadi karena penyebarannya begitu masif dan sangat cepat. Wabah yang berasal dari kota Wuhan, Tiongkok, ini telah menyebar ke ratusan negara. Hampir semua negara di penjuru dunia terkena musibah Covid-19, termasuk negara besar seperti Amerika Serikat (AS) dan Rusia.

Tak tanggung-tanggung, jumlah kasus positif Covid-19 – berdasarkan data Worldometer – per 12 April telah menembus angka 1.781.107. Dari jumlah tersebut, 108.854 orang diantaranya dinyatakan meninggal dunia dan pasien yang dinyatakan sembuh ada 404.559 orang.

Pandemi Covid-19 kini juga telah menyerang negara Israel dan Palestina. Di Israel sendiri, saat ini terdapat 10.878 kasus positif, 103 di antaranya meninggal dunia dan 1.388 di antaranya dinyatakan sembuh. Sementara, di Palestina, terdapat 268 kasus positif, 2 orang dinyatakan meninggal dunia dan 57 pasien dinyatakan sembuh.

Melihat pandemi Covid-19 yang ada, memaksa kedua negara menghentikan konflik yang ada. Kedua negaara ini berjuang untuk bersatu dan kompak dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19.  Hal ini mengingat kondisi geografis antara Israel dan Palestina saling berdekatan.

Pejabat Israel dan Palestina terus bekerja sama dalam urusan keamanan dan sipil. Hal ini disampaikan oleh Pejabat Senior Palestina yang telah menetapkan mekanisme khusus untuk mengkomunikasikan isu khusus berkaitan dengan covid-19. Perwakilan dari kedua negara ini bertemu secara rutin untuk menyepakati hal-hal yang menjadi perhatian bersama, seperti pandemi Covid-19.

Bentuk kerja sama kedua negara ini terlihat saat Palestina melaporkan dua kasus pertama Covid-19 di wilayah Gaza. Menghadapi hal ini, Israel dan Hamas – kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan – melakukan tindakan cepat untuk memerangi Covid-19 di jalur Gaza. Israel mengirim lebih dari 1.000 alat tes Covid-19, sementara Hamas membangun seribu ruang isolasi baru.

Perwakilan dari Kedua Kementrian Kesehatan serta Koordinator Israel untuk Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT) memfasilitasi empat pelatihan medis untuk tim medis Palestina. Sejauh ini, rumah sakit Israel sedang sibuk dibawah tekanan ratusan kasus Covid-19 dalam setiap harinya.

Di rumah sakit Israel juga terdapat dokter yang merupakan warga Palestina. Kedua negara ini berkolaborasi dalam menangani pasien covid-19.

Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah melakukan kerja sama dengan pejabat kesehatan Israel. Mereka berkolaborasi untuk mengatur pergerakan warganya dalam menerapkan kebijakan manajemen rumah sakit.

Pada bulan Maret, Isarel dan Otoritas Palestina menyetujui kebijakan untuk memerangi wabah Covid-19. Kebijakan ini meliputi pembatasan pergerakan populasi sembari membiarkan warga Palestina bekerja. Para pekerja Palestina diberi waktu tiga hari untuk memutuskan apakah tetap tinggal di Israel selama masa pandemi atau kembali ke Tepi Barat.

Sebelumnya, pada 7 Maret, Israel dan Palestina juga mengeluarkan kebijakan untuk mencegah penularan Covid-19. Israel mengunci akses ke Kota Betlehem. Sementara, Palestina menutup Gereja Betlehem sejak tanggal 5 Maret.

Langkah ini diambil setelah terdapat sembilan kasus Covid-19 di Betlehem. Baik warga Israel maupun Palestina dilarang untuk keluar masuk ke kota Betlehem.

Pemerintah Israel juga mengeluarkan kebijakan lain untuk melawan wabah Covid-19. Kebijakan yang dikeluarkan adalah menutup perbatasan dengan Mesir.

Pemerintah Israel juga melarang militernya untuk keluar dari wilayahnya. Kebijakan lain yang dikeluarkan Israel adalah membatalkan acara-acara penting seperti latihan militer dengan Amerika Serikat (AS).

Adapun, Palestina juga mengeluarkan beberapa kebijakan untuk menangkal penyebaran Covid-19. Menteri Pariwisata Palestina, mengeluarkan beberapa kebijakan seperti melarang masuknya wisatawan asing dan mengimbau seluruh hotel agar tidak menerima warga asing. Selain itu, Palestina juga sudah menutup akses lalu lintas ke Jalur Gaza.

Lembaga Israel juga bertanggung jawab atas kegiatan sipil di wilayah Palestina. COGAT terus melakukan kerja sama dan koordinasi dengan otoritas setempat untuk memerangi wabah Covid-19.

Otoritas Israel juga memfasilitasi tempat tinggal sementara bagi warga Palestina. Israel menyediaan tempat tinggal sementara bagi 70 ribu pekerja Palestina. Hal ini dilakukan mengingat sebelumnya perbatasan Tepi Barat ditutup. Penutupan Perbatasan ini di lakukan untuk meminimalisir penyebaran Covid-19.

Seorang pejabat di Asosiasi Pekerja Konstruksi Israel, Shay Puzner, mengatakan bahwa empat ribu perusahaan konstruksi telah berkoordinasi dengan Asosiasi Hotel Israel. Koordinasi ini berkaitan dengan penyediaan rumah sementara untuk 12 ribu pekerja asal Palestina.

Perusahan-Perusahaa Israel juga menyediakan apartemen kosong untuk 28 ribu pekerja bangunan Palestina. Para pekerja Palestina ini sejatinya merupakan tulang punggung konstruksi Israel. Tanpa para pekerja Palestina ini, industri Israel akan berhenti.

Masih Ada Pertikaian

Meski kedua negara telah memutukan untuk bersatu dan bekerja sama tingkat tinggi dalam rangka memerangi covid-19, tampaknya konflik masih terjadi. Kota-kota di Israel, Tel Aviv, enggan melepaskan dana yang mereka pungut dari penduduk Palestina. Padahal, Ramallah, membutuhkan dana tersebut untuk meningkatkan kemampuan Palestina dalam menghadapi virus yang telah menjangkit jutaan penduduk di seluruh dunia.

Selain itu, tentara Israel terus melakukan penggebrekan di daerah-daerah Palestina dan menghancurkan rumah-rumah serta bangunan lainnya. Beredar juga video yang memperlihatkan pria yang sakit. Pria ini dibuang di pemeriksaan Israel. Polisi Israel mengatakan bahwa pria itu sudah berada di rumah sakit untuk meminta perawatan tetapi kedapatan bekerja secara ilegal.

Seorang juru bicara kepolisian mengatakan bahwa polisi itu mengawal pria tersebut ke perlintasan keamanan Maccabim. Sebelum dibawa ke pos pemeriksaan, pria tersebut negatif Covid-19. Namun, tindakan ini terlanjur membuat geram warga Palestina.

Buntut dari tindakan ini, Otoritas Palestina mengatakan 15 warga palestina yang dipekerjaakan di permukiman dinyatakan positif covid-19 setelah dites medis. Kebijakan Israel untuk mengizinkan masuknya pekerja Palestina nyatanya untuk kepentingan pribadi.

Upaya ini dilakukan untuk melindungi perekonomian israel dengan mengorbankan para pekerja Palestina. Israel sendiri sempat memperbolehkan warga Palestina yang bekerja di permukimannya. Warga Palestina ini bebas bolak-balik menyebrang perbatasan setiap hari, sebelum larangan perjalanan diterapkan.

Perlunya Kerja Sama

Terlepas dari konflik dan pertikaian kedua negara ditengah pandemi Covid-19, kerja sama antara Israel dan Palestina perlu ditingkatkan dalam mengendalikan wabah Covid-19. Kerja sama diantara kedua negara tidak serta merta untuk kepentingan pribadi mereka, melainkan juga untuk memastikan kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan penduduk Israel dan Palestina.

Adanya pandemi Covid-19 juga membuat perseteruan Israel dan Palestina mulai mereda. Justru dengan adanya musibah ini, mampu menyatukan mereka.

Semoga saja, kerja sama antara kedua negara ini tidak berhenti walaupun musibah telah berhenti. Kerja sama antara Israel dan Palestina juga patut ditiru oleh negara lain yang dulunya berseteru untuk bersatu.

Wabah Covid-19 juga telah mengingatkan bahwa kita sebagai umat manusia perlu bersatu dalam menghadapi musibah yang ada. Tanpa memandang perbedaan ras, suku, bangsa, dan agama, seluruh negara dari berbagai penjuru dunia perlu berkolaborasi dan bekerja sama antara satu sama lain untuk mencari solusi terbaik dalam mengendalikan wabah Covid-19.

Tulisan milik Dewangga Putra Mikola, mahasiswa Administrasi Publik di Universitas Negeri Yogyakarta.

“Disclaimer: Opini adalah kiriman dari penulis. Isi opini adalah sepenuhnya tanggung jawab penulis dan tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi PinterPolitik.com.”

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_img

#Trending Article

Segitiga Besi Megawati

Relasi Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri kini memasuki babak baru menyusul wacana pertemuan dua tokoh tersebut.

Prabowo & Hybrid Meritocracy Letnan-Mayor

Promosi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo sebagai Pangkogabwilhan I di rotasi perdana jenderal angkatan bersenjata era Presiden Prabowo Subianto kiranya mengindikasikan pendekatan baru dalam relasi kekuasaan dan militer serta dinamika yang mengiringinya, termasuk aspek politik. Mengapa demikian?

The Real Influence of Didit Hediprasetyo?

Putra Presiden Prabowo Subianto, Didit Hediprasetyo, memiliki influence tersendiri dalam dinamika politik. Mengapa Didit bisa memiliki peran penting?

Keok Pilkada, PKS Harus Waspada? 

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menjadi salah satu partai yang paling tidak diuntungkan usai Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. Mungkinkah hal ini jadi bahaya bagi PKS dalam waktu mendatang?

Prabowo and The Nation of Conglomerates

Dengarkan artikel ini: Sugianto Kusuma atau Aguan kini jadi salah satu sosok konglomerat yang disorot, utamanya pasca Menteri Tata Ruang dan Agraria Nusron Wahid mengungkapkan...

Megawati and The Queen’s Gambit

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mungkin akan dielu-elukan karena dinilai brilian dengan menunjuk Pramono Anung sebagai calon gubernur dibandingkan opsi Ahok atau Anies Baswedan, sekaligus mengalahkan endorse Joko Widodo di Jakarta. Namun, probabilitas deal tertentu di belakangnya turut mengemuka sehingga Megawati dan PDIP bisa menang mudah. Benarkah demikian?

Gibran Wants to Break Free?

Di tengah dinamika politik pasca-Pilkada 2024, seorang wapres disebut ingin punya “kebebasan”. Mengapa Gibran Rakabuming wants to break free?

Ada Operasi Intelijen Kekacauan Korea Selatan? 

Polemik politik Korea Selatan (Korsel) yang menyeret Presiden Yoon Suk Yeol jadi perhatian dunia. Mungkinkah ada peran operasi intelijen dalam kekacauan kemarin? 

More Stories

Menyingkap Sportwashing dalam Laga Indonesia-Bahrain

Kontroversi ini perpanjang daftar kritik terhadap wasit dari Timur Tengah, di tengah dugaan bias dan pengaturan skor sepak bola internasional.

Unlike Jokowi, Prabowo Will Be His Own Man

More assertive foreign policy and democratic backsliding are most likely on the horizon as Prabowo Subianto becomes the next Indonesian president.

Fenomena Gunung Es “Fake Review”

Fenomena fake review kini banyak terjadi di jual-beli daring (online). Siapakah yang dirugikan? Konsumen, reviewer, atau pelaku usahakah yang terkena dampaknya? PinterPolitik.com Sejak berlangsungnya proliferasi internet...