Site icon PinterPolitik.com

Partai AfD Jerman, Munculnya Nazi Baru?

Kebijakan Kanselir Jerman Angela Merkel yang membuka lebar perbatasan bagi para pengungsi Timur Tengah, ternyata mengundang gerakan anti-Islam di Jerman. Salah satu partai yang paling lantang menentang kebijakan Merkel, adalah Frauke Petry, Ketua Umum Partai Alternatif fur Deutschland (AfD) yang dikenal sebagai partai sayap kanan yang sangat populis.


Pinterpolitik.comJum’at, 3 Februari 2017

JERMAN – Serangan teroris di Pasar Natal, Breitscheidplatz, Berlin, tanggal 20 Desember 2016 yang menewaskan 12 orang, hanyalah salah satu pemicu tumbuhnya sikap anti-Islam di Jerman. Sebelumnya, perasaan antipati sudah mulai tumbuh akibat membanjirnya pengungsi Muslim dari Timur Tengah di kota-kota Jerman.

“Jerman tidak lagi aman. Seharusnya sudah menjadi tugas kanselir untuk mengabarkan Anda tentang ini. Tapi karena dia tidak bersedia, maka saya yang mengatakannya,” kata wanita berusia 41 tahun yang dengan tegas menyatakan kalau AfD mengadopsi manifesto anti-Islam. Menurutnya, Islam bukanlah bagian dari Jerman.

Partai yang sebelumnya berhaluan kiri – sosialis pro lingkungan, kini berubah menjadi partai populis sayap kanan. Di tahu 2013, AfD juga sempat menegakkan platform Eurosceptic yaitu menentang Eropa bersatu. Sikap menentang Islam ini dituangkan dalam manifesto kebijakan partai dan menambah kontroversi yang selama ini selalu menyelubungi partai.

Kebijakan baru AfD meliputi larangan membangun menara masjid, azan, dan penggunaan jilbab di sekolah negeri. AfD juga menyepakati untuk menentang penggunaan mata uang euro, dan menolak mengakui Uni Eropa sebagai entitas politik. Manifesto lainnya, AfD menentang keberadaan senjata nuklir di Jerman serta menolak pengerahan tentara Jerman di luar negeri.

Partai yang dibentuk 2013 ini perkembangannya termasuk pesat, karena saat ini sudah menduduki kursi parlemen daerah di separuh Jerman dan Parlemen Eropa hanya dalam waktu tiga tahun. Jajak pendapat dilakukan Emnid Insitute untuk harian Bild am Sonntag menemukan bahwa partai ini telah menjadi partai terbesar ketiga di Jerman.

Sikap Partai yang ekstrim ini dikhawatirkan mewakili sikap isolasionisme dan xenofobia masyarakat Jerman. Dan bila mampu berkuasa di pemerintahan, orangtua tunggal dengan empat anak yang sering dijuluki sebagai Adolfina ini dapat menjadi ancaman stabilitas dunia, terutama mengenai toleransi beragama. (Berbagai sumber/R24)

Exit mobile version