HomeProfilAnies Bersinar, Jokowi Tenggelam

Anies Bersinar, Jokowi Tenggelam

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebutkan bahwa pemerintah DKI Jakarta sedang mengebut pembangunan laboratorium yang bisa melakukan swab test virus corona atau Covid-19 dengan lebih akurat dan dengan jumlah yang masif. Hal tersebut disampaikannya dalam wawancara dengan Deddy Corbuzier. Terlepas dari kapan laboratorium itu akan selesai, hal ini menunjukkan bahwa dari sisi komunikasi kebijakan, Anies unggul jauh dibandingkan banyak tokoh nasional saat ini – hal yang nyatanya bisa dilihat dari garis pendidikan dan latar belakangnya.


PinterPolitik.com

Anies juga memberi penilaiannya secara pribadi terhadap kebijakan pengadaan alat rapid test yang dilakukan oleh pemerintah pusat yang menurutnya kurang efektif karena akurasinya yang tidak sebaik swab test.

Anies tentu benar sebab rapid test yang hasilnya positif belum tentu positif Covid-19. Soalnya rapid test memang hanya menguji keberadaan antibodi di dalam darah. Makanya tidak heran metode test ini tidak begitu efektif karena orang yang positif rapid test belum tentu positif Covid-19 dan begitupun sebaliknya.

Memang bentuk laboratorium yang bisa melakukan swab test seperti yang dimaksud Anies belum terlihat dan jelas akan dibangun di mana. Namun, dalam wawancara tersebut, Anies menampilkan sebuah keyakinan di tengah ketidakpastian dan kepanikan akan wabah Covid-19 yang tengah terjadi di masyarakat.

Secara keseluruhan dalam beberapa waktu terakhir, Anies memang mampu menampilkan diri sebagai pengambil kebijakan yang lebih baik dibandingkan pemerintah pusat. Sekalipun Jakarta saat ini telah menjadi zona merah, langkah-langkah penanganan Covid-19 yang dilakukan oleh Anies dianggap lebih komprehensif dan terukur.

Ketika Jokowi menyoroti soal 14 ribu orang yang keluar dari Jakarta dalam 8 hari dengan 876 armada bus – yang mana memperbesar potensi penyebaran Covid-19 ke luar wilayah episentrum penyebaran dari Jabodetabek – Anies lantas mewacanakan pelarangan bus antarkota antarprovinsi (AKAP) keluar masuk Jakarta.

Namun, kebijakan Anies ini dibatalkan oleh Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan selaku Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Perhubungan. Menurut Luhut, ada efek keekonomian yang belum diperhitungkan dalam rancangan kebijakan tersebut.

Baca juga :  Betulkah Jokowi Melemah? 

Sekalipun dibatalkan, Anies kadung menarik simpati masyarakat lewat wacana tersebut dan kadung dinilai sebagai pemimpin yang “lebih baik” dari pejabat-pejabat pusat.

Entah sengaja atau tidak, yang jelas Anies telah melakukan salah satu langkah kepemimpinan yang berhasil dalam masa krisis seperti yang disebut oleh penulis dan kolumnis Kevin Daum. Anies telah bergerak dan memutuskan langkah-langkah yang harus diambil berdasarkan sense of urgency atau kategori darurat tidaknya sebuah masalah.

Jika melihat kemampuan Anies secara keseluruhan untuk berkomunikasi misalnya, hal tersebut sebetulnya bisa dilihat dari masa kecil hingga karier profesionalnya.

Lahir di Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 7 Mei 1969 dari pasangan Rasyid Baswedan dan Aliyah Rasyid, Anies memang dikenal sebagai seseorang yang mudah bergaul dan memiliki banyak teman. Inilah yang mungkin menggambarkan bakat alamiahnya dalam berkomunikasi.

Saat duduk di bangku SMP, Anies adalah  pengurus bidang yang lagi-lagi juga berhubungan dengan keahlian komunikasi, yaitu pengurus Seksi Humas di OSIS sekolahnya kala itu.

Kemudian, pada tahun 1987, dia terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar AFS dan tinggal selama setahun di Milwauke, Wisconsin, Amerika Serikat.

Sekembalinya ke Indonesia, Anies mendapat kesempatan berperan di bidang jurnalistik. Ia bergabung dengan program Tanah Merdeka di Televisi Republik Indonesia cabang Yogyakarta dan mendapat peran sebagai pewawancara tetap tokoh-tokoh nasional – lagi-lagi posisi yang berhubungan dengan kemampuannya berkomunikasi.

Lalu, ketika diterima masuk di Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Anies tetap aktif berorganisasi dan bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di fakultasnya, Anies menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa dan ikut membidani kelahiran kembali Senat Mahasiswa UGM setelah pembekuan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ia juga terpilih menjadi Ketua Senat Universitas pada kongres tahun 1992 dan membuat beberapa gebrakan dalam lembaga kemahasiswaan.

Kemudian pada tahun 1993, Anies mendapat beasiswa dari JAL Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas di Sophia University, Tokyo dalam bidang kajian Asia. Beasiswa ini ia dapatkan setelah memenangkan sebuah lomba menulis mengenai lingkungan – lagi-lagi kemampuan yang berhubungan dengan komunikasi.

Setelah lulus kuliah, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi UGM, sebelum mendapat beasiswa Fulbright dari AMINEF untuk melanjutkan kuliah masternya dalam bidang keamanan internasional dan kebijakan ekonomi di School of Public Affairs, University of Maryland, College Park pada tahun 1997.

Sesaat setelah lulus dari Maryland, Anies kembali mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya dalam bidang ilmu politik di Northern Illinois University pada tahun 1999. Dia bekerja sebagai asisten peneliti di Office of Research, Evaluation, and Policy Studies di kampusnya, dan meraih beasiswa Gerald S. Maryanov Fellow – penghargaan yang hanya diberikan kepada mahasiswa NIU yang berprestasi dalam bidang ilmu politik pada tahun 2004.

Dari latar belakang pendidikan dan masa lalunya, bisa dilihat betapa perjalanan pendidikannya sangat menentukan kemampuan untuk berkomunikasi yang kini dimiliki Anies. Tak heran jika Anies punya segala kelebihan yang membuatnya menonjol di saat-saat krisis seperti sekarang ini.

Publik tentu bisa menilai sendiri, apakah yang dilakukan oleh Anies benar-benar untuk kepentingan masyarakat atau hanya sekedar mencari panggung politik semata. Yang jelas, Anies lebih banyak mengungkapkan hal-hal yang lebih mengena dalam penanggulangan situasi kegentingan seperti sekarang ini. (S13)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_img

#Trending Article

Betulkah Jokowi Melemah? 

Belakangan mulai muncul pandangan bahwa pengaruh politik Jokowi kian melemah, hal tersebut seringnya diatribusikan dengan perkembangan berita judi online yang kerap dikaitkan dengan Budi Arie, dan kabar penangguhan jabatan doktor Bahlil Lahadalia, dua orang yang memang dulu disebut dekat dengan Jokowi. Tapi, apakah betul Jokowi sudah melemah pengaruhnya? 

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

Paloh Pensiun NasDem, Anies Penerusnya?

Sinyal “ketidakabadian” Surya Paloh bisa saja terkait dengan regenerasi yang mungkin akan terjadi di Partai NasDem dalam beberapa waktu ke depan. Penerusnya dinilai tetap selaras dengan Surya, meski boleh jadi tak diteruskan oleh sang anak. Serta satu hal lain yang cukup menarik, sosok yang tepat untuk menyeimbangkan relasi dengan kekuasaan dan, plus Joko Widodo (Jokowi).

Prabowo, Kunci Kembalinya Negara Hadir?

Dalam kunjungan kenegaraan Prabowo ke Tiongkok, sejumlah konglomerat besar ikut serta dalam rombongan. Mungkinkah negara kini kembali hadir?

Prabowo dan “Kebangkitan Majapahit”

Narasi kejayaan Nusantara bukan tidak mungkin jadi landasan Prabowo untuk bangun kebanggaan nasional dan perkuat posisi Indonesia di dunia.

Prabowo & Trump: MAGA vs MIGA? 

Sama seperti Donald Trump, Prabowo Subianto kerap diproyeksikan akan terapkan kebijakan-kebijakan proteksionis. Jika benar terjadi, apakah ini akan berdampak baik bagi Indonesia? 

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

Menguji “Otot Politik” Andika Perkasa

Pilgub Jawa Tengah 2024 kiranya bukan bagaimana kelihaian politik Andika Perkasa bekerja di debutnya di kontestasi elektoral, melainkan mengenai sebuah hal yang juga lebih besar dari sekadar pembuktian PDIP untuk mempertahankan kehormatan mereka di kandang sendiri.

More Stories

Masihkah Prabowo Americans’ Fair-Haired Boy?

Dua negara menjadi tujuan utama Prabowo saat melakukan kunjungan kenegaraan pertamanya pasca dilantik sebagai presiden: Tiongkok dan Amerika Serikat.

The War of Java: Rambo vs Sambo?

Pertarungan antara Andika Perkasa melawan Ahmad Luthfi di Pilgub Jawa Tengah jadi panggung pertarungan besar para elite nasional.

Hype Besar Kabinet Prabowo

Masyarakat menaruh harapan besar pada kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.