HomeProfilAndika, TNI Siap Turun Lawan Covid-19?

Andika, TNI Siap Turun Lawan Covid-19?

Kecil Besar

Beberapa pihak menilai TNI perlu dilibatkan dalam penanganan Covid-19. Pelibatan TNI ini dianggap perlu untuk dilakukan berkaca pada beberapa negara yang sudah melakukannya. Untuk tujuan itu, perlu sekiranya untuk melihat pucuk pimpinan TNI yang ada saat ini dan memperkirakan kebijakan apa yang mungkin diambil para petinggi militer tersebut. Salah satu yang penting untuk disorot saat ini adalah pimpinan di matra terkuat TNI: KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa.


PinterPolitik.com

“Kita tidak boleh menolak pasien corona, dengan alasan apapun, maksimalkan fasilitas ruang isolasi tenda lapangan di 71 titik RSAD (Rumah Sakit Angkatan Darat), ini kan bersifat emergency, dan kemanusian, yang kalian butuhkan akan kami usahakan, segera dan secepatnya”, demikian kata-kata Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa kala memberi arahan terkait penanganan viru scorona alias Covid-19 di Markas Besar TNI AD Jakarta.

Arahannya jelas: pasien Covid-19 tak boleh ditolak oleh rumah sakit militer. Ini juga menjadi jawaban atas pertanyaan terkait keterlibatan militer – TNI AD secara khusus – dalam penanganan bencana kesehatan nasional bertajuk Covid-19.

Terlepas dari arahan Andika agar rumah sakit milik TNI AD harus membuka diri terhadap penanganan Covid-19, hal yang menarik untuk dilihat juga dari konteks ini adalah peran militer secara langsung katakanlah dengan turun langsung ke lapangan untuk membantu “menertibkan” masyarakat.

Efek “menertibkan” ini penting jika melihat masih banyaknya masyarakat yang “bandel” dengan terus berkerumun dan berkumpul tanpa memikirkan efek lanjutan dari Covid-19 yang bisa saja akan makin mudah tersebar dan menular.

Berkaca dari beberapa negara dengan level kasus Covid-19 yang cukup tinggi, pelibatan militer penting untuk menegakkan ketertiban tersebut. Memang telah ada Polri yang secara tupoksi langsung bersentuhan dengan masyarakat. Namun, dalam situasi seperti ini, TNI akan menjadi kunci utamanya.

Baca juga :  Titiek Puspa: ‘Pinnacle’ Nyanyian Soeharto?

Tiongkok, Italia, Spanyol hingga Inggris telah mengambil kebijakan pelibatan militer dalam penanganan krisis kesehatan global ini. Sementara Amerika Serikat (AS) sedang menimbang opsi tersebut. India kini didesak untuk mengambil opsi tersebut – pasca kekacauan akibat kebijakan lockdown – dan Prancis telah menarik pasukannya dari Irak untuk membantu penanganan Covid-19.

Di Indonesia sendiri, TNI punya tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang diatur dalam Undang-Undang dan memungkinkannya terlibat dalam penanganan bencana seperti Covid-19.

Nah, matra terdekat dalam konteks penanganan bencana ini tentu saja Angkatan Darat. Sejauh ini memang belum ada kebijakan resmi – katakanlah dari Presiden Jokowi – untuk meminta TNI AD membantu penanganan Covid-19 dengan langsung terjun menertibkan masyarakat.

Namun, ini juga sekaligus menunjukkan kuatnya posisi Andika sebagai pemimpin tertinggi di matra terkuat militer ini. Yang kita bicarakan ini adalah sosok yang sempat disebut-sebut akan menjadi Wakil Panglima TNI – isu yang mencuat pada November 2019 lalu – sekalipun menurut politikus Partai Gerindra Fadli Zon, sang jenderal lebih cocok menjadi Panglima TNI.

Andika sendiri adalah sosok prajurit berprestasi. Lengkapnya Jenderal TNI Andika Perkasa, S.E., M.A., M.Sc. lahir di Bandung, Jawa Barat, 21 Desember 1964. Ia lulusan Akademi Militer tahun 1987 dan berpengalaman dalam infanteri di korps baret merah, Kopassus.

Menantu dari mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Jenderal (HOR) TNI (Purn.) A.M. Hendropriyono ini pernah bergabung di Satuan-81 /Penanggulangan Teror (Gultor) Kopassus selama 12 tahun, dan setelah penugasan di Departemen Pertahanan dan Mabes TNI-AD kembali bertugas di Kopassus sebagai Komandan Batalyon 32/Apta Sandhi Prayuda Utama, Grup 3/Sandhi Yudha.

Gelar akademik di luar militer tak perlu diragukan lagi. Selain lulusan Akademi Militer dan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Sekoad), ia juga tercatat sebagai lulusan Military College of Vermont di Norwich University, National War College di National Defense University, Harvard University, dan
Trachtenberg School of Public Policy and Public Administration di George Washington University yang semuanya berlokasi di Amerika Serikat.

Baca juga :  Di Balik Kisah Jokowi dan Hercules?

Ia sempat menjabat sebagai Komandan Resimen Induk (Danrindam) Kodam Jaya/Jayakarta di Jakarta dan Komandan Resor Militer (Danrem) 023/Kawal Samudera Kodam I/Bukit Barisan berkedudukan di Kota Sibolga, Sumatra Utara.

Ia kemudian mendapatkan promosi ke jabatan perwira tinggi (pati) dengan pangkat Brigadir Jenderal TNI sebagai Kepala Dinas Penerangan TNI-AD (Kadispenad) pada 2013. Lalu jabatan Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) diraihnya pada tahun 2014 dan Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XII/Tanjungpura  pada tahun 2016.

Sebelum akhirnya menjabat sebagai KSAD pada 2018, Andika sempat pula menjabat sebagai Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat (Dankodiklatad) pada 2018 dan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) pada 2018.

Berbagai prestasi dan bintang penghargaan pun telah diraihnya sepanjang perjalanan karier dan lebih dari cukup untuk menggambarkan kiprahnya.

Kini, sekalipun jabatan Panglima TNI masih dipegang oleh Marsekal Hadi Tjahjanto, banyak pihak menggadang-gadang Andika sebagai calon selanjutnya yang akan menduduki posisi tersebut. Mungkin hal itulah yang membuat isu Covid-19 menjadi salah satu pembuktian kapasitas sang jenderal.

Jika pada akhirnya militer memang diminta untuk terlibat langsung dalam penangan Covid-19, maka bisa dipastikan ini akan jadi salah satu panggung pembuktian Andika. Jabatan Panglima TNI adalah yang terdekat, sementara jabatan lain selepas militer juga terbuka lebar di hadapannya. Menarik untuk ditunggu kelanjutannya. (S13)

► Ingin lihat video menarik lainnya? Klik di bit.ly/PinterPolitik

Ingin tulisanmu dimuat di rubrik Ruang Publik kami? Klik di bit.ly/ruang-publik untuk informasi lebih lanjut.

spot_imgspot_img

#Trending Article

Prabowo’s Revolusi Hijau 2.0?

Presiden Prabowo mengatakan bahwa Indonesia akan memimpin revolusi hijau kedua di peluncuran Gerina. Mengapa ini punya makna strategis?

Cak Imin-Zulhas “Gabut Berhadiah”?

Memiliki similaritas sebagai ketua umum partai politik dan menteri koordinator, namun dengan jalan takdir berbeda, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Zulkifli Hasan (Zulhas) agaknya menampilkan motivasi baru dalam dinamika politik Indonesia. Walau kiprah dan jabatan mereka dinilai “gabut”, manuver keduanya dinilai akan sangat memengaruhi pasang-surut pemerintahan saat ini, menuju kontestasi elektoral berikutnya.

Indonesia Thugocracy: Republik Para Preman?

Pembangunan pabrik BYD di Subang disebut-sebut terkendala akibat premanisme. Sementara LG “kabur” dari investasinya di Indonesia karena masalah “lingkungan investasi”.

Honey Trapping: Kala Rayuan Jadi Spionase

Sejumlah aplikasi kencan tercatat kerap digunakan untuk kepentingan intelijen. Bagaimana sejarah relasi antara spionase dan hubungan romantis itu sendiri?

Menguak CPNS “Gigi Mundur” Berjemaah

Fenomena undur diri ribuan CPNS karena berbagai alasan menyingkap beberapa intepretasi yang kiranya menjadi catatan krusial bagi pemerintah serta bagi para calon ASN itu sendiri. Mengapa demikian?

It is Gibran Time?

Gibran muncul lewat sebuah video monolog – atau bahasa kekiniannya eksplainer – membahas isu penting yang tengah dihadapi Indonesia: bonus demografi. Isu ini memang penting, namun yang mencuri perhatian publik adalah kemunculan Gibran sendiri yang membawakan narasi yang cukup besar seperti bonus demografi.

Anies-Gibran Perpetual Debate?

Respons dan pengingat kritis Anies Baswedan terhadap konten “bonus demografi” Gibran Rakabuming Raka seolah menguak kembali bahwa terdapat gap di antara mereka dan bagaimana audiens serta pengikut mereka bereaksi satu sama lain. Lalu, akankah gap tersebut terpelihara dan turut membentuk dinamika sosial-politik tanah air ke depan?

Korban Melebihi Populasi Yogya, Rusia Bertahan? 

Perang di Ukraina membuat Rusia kehilangan banyak sumber dayanya, menariknya, mereka masih bisa produksi kekuatan militer yang relatif bisa dibilang setimpal dengan sebelum perang terjadi. Mengapa demikian? 

More Stories

Indonesia Thugocracy: Republik Para Preman?

Pembangunan pabrik BYD di Subang disebut-sebut terkendala akibat premanisme. Sementara LG “kabur” dari investasinya di Indonesia karena masalah “lingkungan investasi”.

It is Gibran Time?

Gibran muncul lewat sebuah video monolog – atau bahasa kekiniannya eksplainer – membahas isu penting yang tengah dihadapi Indonesia: bonus demografi. Isu ini memang penting, namun yang mencuri perhatian publik adalah kemunculan Gibran sendiri yang membawakan narasi yang cukup besar seperti bonus demografi.

Aguan dan The Political Conglomerate

Konglomerat pemilik Agung Sedayu Group, Aguan alias Sugianto Kusuma, menyiapkan anggaran untuk program renovasi ribuan rumah.