Sushi, sebuah simbol ikonik dari kuliner Jepang, memiliki sejarah yang panjang dan kompleks yang merentang lebih dari seribu tahun. Sejauh ini, sushi telah berevolusi dari sebuah metode pengawetan ikan hingga menjadi sebuah seni kuliner yang dihormati di seluruh dunia.
Konsep awal sushi berasal dari sebuah kebutuhan praktis: pengawetan ikan. Di zaman kuno, teknik fermentasi digunakan untuk memperpanjang masa simpan ikan. Di antara teknik-teknik awal ini adalah ‘Narezushi,’ di mana ikan mentah dibungkus dalam beras fermentasi. Beras ini kemudian dibuang, sementara ikan, yang telah diawetkan dimakan.
Di abad ke-17, saat metode fermentasi semakin canggih, proses pengawetan menjadi lebih cepat. Ini memungkinkan beras yang digunakan dalam fermentasi untuk dimakan bersama ikan, menandai lahirnya bentuk sushi yang lebih modern. Pada saat yang sama, cuka beras mulai digunakan untuk mempercepat fermentasi dan menambah rasa.
Perkembangan besar berikutnya datang selama periode Edo di Jepang (1603-1868). Di Tokyo (dikenal sebagai Edo pada masa itu), bentuk sushi yang dikenal sebagai “Nigiri” mulai populer. Nigiri adalah potongan ikan mentah yang diletakkan di atas sejumput beras yang telah diberi cuka. Penemuannya dikaitkan dengan Hanaya Yohei, yang memulai format ini sebagai makanan cepat saji di jalanan Tokyo.
Pada pertengahan abad ke-20, sushi mulai mendapatkan popularitas di luar Jepang, terutama di Amerika Serikat. Pengenalan “California Roll,” yang menggunakan alpukat sebagai pengganti ikan mentah, membantu mendorong popularitas sushi di Barat. Sekarang, bentuk-bentuk inovatif dari sushi, seperti sushi burrito, sushi pizza, dan sebagainya bisa ditemukan di seluruh dunia.
Hari ini, sushi telah menjadi lebih dari sekadar makanan; ini adalah sebuah bentuk ekspresi seni. Teknik dan keahlian diperlukan untuk membuat sushi yang sempurna—mulai dari memilih ikan yang tepat, memotongnya, hingga menata beras—semua memerlukan pelatihan intensif. Oleh karena itu, menjadi seorang sushi chef atau “Itamae” bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan bertahun-tahun latihan.
Dalam konteks budaya, sushi telah menjadi simbol dari kecanggihan dan dedikasi Jepang terhadap detail dan kualitas. Itu juga menunjukkan hubungan mendalam antara manusia dan alam, terutama dalam pemilihan dan pengolahan bahan-bahannya.
Secara keseluruhan, sushi adalah sebuah fenomena kuliner yang telah mengalami banyak perubahan sejak awal kelahirannya. Dari sebuah metode sederhana untuk mengawetkan ikan, sushi telah berevolusi menjadi salah satu bentuk kuliner paling ikonik di dunia. (A49)