Pinter EkbisSake, Minuman Khas Jepang

Sake, Minuman Khas Jepang


socioloop.co

Sake, minuman beralkohol khas Jepang yang terkenal dengan rasa yang lembut dan aroma yang unik, telah menjadi salah satu ikon budaya Jepang yang paling dikenal di seluruh dunia.

Sake, juga dikenal sebagai nihonshu, adalah minuman yang telah melalui berabad-abad sejarah dan memiliki tempat istimewa dalam tradisi dan budaya Jepang.

Mari kita bahas sejarah dan cara pembuatan Sake, serta budaya dan tradisi yang mengitarinya, seperti seremoni minum Sake yang disebut “kagami biraki.”

Sake memiliki akar yang dalam dalam sejarah Jepang, dengan catatan tertulis yang mengacu padanya sejak ribuan tahun yang lalu.

Pada awalnya, sake digunakan dalam upacara keagamaan dan ritual suci, dan diyakini memiliki kekuatan spiritual yang kuat. Sake juga digunakan sebagai alat tawar-menawar dalam perdagangan dan politik.

Pada zaman Kofun (abad ke-3 hingga ke-6 Masehi), sake diproduksi secara besar-besaran dan digunakan dalam ritual pemakaman untuk menghormati leluhur.

Selama periode Nara (abad ke-8 hingga ke-9), pembuatan sake menjadi semakin terstruktur dan teknik-teknik baru digunakan untuk menghasilkan minuman yang lebih baik.

Selama berabad-abad, teknologi pembuatan sake terus berkembang. Proses fermentasi sake yang rumit melibatkan beras, air, dan ragi yang dikenal sebagai “koji”.

Ragi mengubah amilosa dalam beras menjadi alkohol, menghasilkan minuman beralkohol dengan kandungan alkohol yang berkisar antara 15 hingga 20 persen.

Pembuatan Sake adalah proses yang sangat teratur dan memerlukan keterampilan yang tinggi. Berikut adalah langkah-langkah utama dalam pembuatan Sake:

Membersihkan beras

Langkah awal adalah membersihkan beras dengan hati-hati untuk menghilangkan bagian terluar yang mengandung impuritas dan pati yang tidak diinginkan. Semakin banyak beras yang dibersihkan, semakin murni dan berkualitas Sake yang dihasilkan.

Baca juga :  Zaken Kabinet atau Titan Kabinet?

Proses peragian

Koji adalah sejenis ragi yang dibiakkan pada beras yang telah dibersihkan. Proses ini mengubah pati dalam beras menjadi gula, yang nantinya akan difermentasi menjadi alkohol.

Fermentasi

Campuran beras, air, dan koji ditempatkan dalam tangki fermentasi dan dibiarkan selama beberapa minggu. Ini adalah tahap penting dalam pembuatan sake, di mana gula dari beras diubah menjadi alkohol.

Proses penekanan

Setelah fermentasi selesai, sake cairan dipisahkan dari ampas beras menggunakan teknik penekanan khusus. Ini menghasilkan cairan yang jernih yang kemudian disebut “moromi”.

Pemanasan

Moromi dipanaskan untuk menghentikan fermentasi dan membunuh bakteri yang tidak diinginkan. Proses ini juga membantu menghilangkan impuritas dan mempertahankan kestabilan rasa.

Penyaringan dan pengemasan

Sake kemudian disaring dan disaring kembali untuk menghasilkan sake yang bening dan siap diminum. Setelah proses penyaringan selesai, sake dikemas dalam botol dan siap untuk dinikmati.

Sake adalah minuman yang melekat dalam budaya dan tradisi Jepang. Salah satu tradisi yang paling terkenal adalah seremoni minum sake yang disebut “kagami biraki”.

Seremoni ini sering dilakukan pada acara perayaan, seperti pernikahan, pembukaan bisnis, atau perayaan tahun baru.

Pada saat seremoni, sebuah tong atau botol besar sake ditusuk dengan alat khusus yang disebut “kizuchi” atau palu kayu untuk membuka minuman tersebut. Hal ini melambangkan pembukaan dan kemungkinan keberuntungan.

Selain itu, sake juga sering dihidangkan dalam cangkir khusus yang disebut “ochoko” atau “sakazuki.” Ada etika khusus yang harus diikuti saat menuangkan sake untuk orang lain, seperti menuangkan minuman untuk orang lain lebih dulu sebelum menuangkan untuk diri sendiri sebagai tanda penghormatan.

Sake adalah minuman yang memiliki tempat istimewa dalam hati dan budaya Jepang. Dengan sejarah yang kaya dan proses pembuatan yang rumit, sake bukan hanya minuman, tetapi juga cerminan dari keahlian dan dedikasi yang tinggi.

Baca juga :  Zaken Kabinet atau Titan Kabinet?

Saat kamu menikmati secangkir sake, kamu tidak hanya mengevaluasi rasanya, tetapi juga merasakan kekayaan budaya dan tradisi Jepang yang ada dalam setiap tegukan. (A49)

Exclusive content

Latest article

Jokowi Jurkam Ahmad Luthfi?

Kisah “Tom Lembong” di Romawi

More article

Ridwan Kamil dan “Alibaba Way”

Jokowi Jurkam Ahmad Luthfi?

Kisah “Tom Lembong” di Romawi